Saturday, December 25, 2010

Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian III)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool


Selamat Hari Natal 2010.

Salah satu masalah metode cut-loss dengan nominal tertentu adalah anda harus mengira-ngira gejolak/volatilitas saham--suatu hal yang tidak mudah. Masalah bertambah banyak karena volatilitas tidak hanya berbeda antara saham yang satu dengan yang lain; volatilitas juga tergantung kondisi pasar. Artinya: volatilitas suatu saham bisa berubah dari waktu ke waktu. Volatilitas/gejolak harga saham BUMI pada saat ini belum tentu sama dengan gejolak 6 bulan lalu. 

Lah, terus bagaimana dong? 

Tenang, jangan panik dulu. Ada solusi yang mudah untuk masalah ini. Anda sebenarnya tidak perlu tahu angka spesifik volatilitas masing-masing saham; anda hanya perlu tahu volatilitas suatu saham RELATIF terhadap saham lain. 

Maksud saya begini. Di atas, saya mengatakan bahwa gejolak harga saham-saham blue-chips (berkapitalisasi besar) tidaklah sebesar gejolak saham-saham lapis kedua (second line) atau lapis ketiga. Kalau anda bisa membedakan saham blue-chips dari saham bukan blue-chips, anda bisa memakai metode cut-loss nominal ini.

Yang perlu anda lakukan adalah mengklasifikasikan saham berdasarkan golongan, misalnya: A. Blue-chips, B. Lapis kedua, C. Lapis ketiga. Untuk sekarang ini kalau anda belum bisa membedakan saham lapis kedua dan lapis ketiga, klasifikasikan saja saham menjadi dua golongan: A. Blue-chips, B. Bukan Blue-Chips. 

Apa saja saham-saham blue-chips itu? Kalau anda belum bisa menentukan sendiri, golongkan saham-saham berikut sebagai blue-chips: ASII, ANTM, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BUMI, GGRM, INCO, INDF, ISAT, PGAS, PTBA, SMGR, TLKM, UNTR, UNVR. 

Langkah berikut adalah menentukan berapa besar volatilitas saham golongan B RELATIF terhadap saham golongan A. Katakan saja anda menganggap saham golongan B bergejolak 2 kali lipat golongan A. Dengan demikian, nominal Rupiah saham golongan B yang boleh anda beli adalah SETENGAH dari saham golongan A. 

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat ilustrasi berikut. 

Misalkan total modal main saham anda adalah Rp 100 juta dan anda menetapkan Rp 2 juta (2% dari modal) sebagai nominal kerugian pemicu cut-loss masing-masing saham. Anda juga menetapkan penurunan 5% untuk cut-loss saham golongan A. Dengan demikian, anda harus cut-loss saham-saham golongan B kalau mereka turun 10% (karena gejolak saham golongan B diasumsikan 2 kali golongan A). 

Karena nominal cut-loss adalah Rp 2 juta dan nominal ini sama untuk semua saham, maka jumlah nominal saham golongan A yang boleh anda beli: 

(100% / 5%) x Rp 2 juta = Rp 40 juta 


Jumlah nominal saham golonga B yang boleh anda beli:

(100%/10%) x Rp 2 juta = Rp 20 juta

Jadi kalau anda menetapkan bahwa gejolak harga saham golongan B adalah 2 kali saham golongan A, jumlah nominal saham golongan B yang boleh anda beli adalah SETENGAH dari golongan A.

Kalau ada golongan C yang anda perkirakan volatilitasnya 3 kali lipat golongan A, jumlah nominal saham golongan C yang boleh anda beli adalah SEPERTIGA dari golongan A.

Agak rumit, tapi tidak terlalu sulit, bukan?


Kalau anda tidak mau menggolongkan saham berdasarkan blue-chip dan non-blue-chip, anda bisa mencoba menggolongkan saham berdasarkan harga. Misalnya: A -- harga di atas Rp 2000, B -- harga antara Rp 200 dan 2000, C-- harga di bawah Rp. 200.

Tapi masih ada masalah lain dengan metode ini. Mau tahu? Lanjut baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian IV)."








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Saturday, December 18, 2010

Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian II)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian I)."

Kelemahan cut-loss berdasarkan persentase: metode ini menerapkan cut-loss sama rata untuk semua saham tanpa kecuali padahal gejolak harga (volatilitas) saham tidak semuanya sama.

Kalau anda perhatikan dengan seksama, gejolak harga saham-saham blue-chips (misalnya ASII, BMRI, TLKM) tidak sebesar gejolak saham-saham lapis kedua atau ketiga (BHIT, JPRS, MLPL). Artinya: kemungkinan saham TLKM untuk naik atau turun, misalnya, sebesar 20% dalam sehari relatif kecil dibanding kemungkinan MLPL naik atau turun 20%.

Kalau anda memakai persentase cut-loss sama untuk saham yang gejolak harganya tinggi, ada kemungkinan anda akan terkecoh untuk cut-loss. Setelah anda cut-loss, saham itu kembali naik.

Tapi janganlah anda memakai kelemahan di atas sebagai alasan untuk tidak menetapkan titik cut-loss. Kalau anda adalah seorang pemula main saham, baik sebagai investor ataupun sebagai trader/pedagang, dan belum bisa membedakan gejolak/volatilitas masing-masing saham, tentukan cut-loss dengan metode persentase dan JANGAN sekali-kali main saham yang gejolaknya besar.

Saya sarankan anda untuk main hanya saham blue-chips atau saham yang berkapitalisasi besar saja. Kalau anda ngeyel dan tetap main saham-saham lapis kedua atau bahkan lapis ketiga, sangat besar kemungkinan anda akan merugi besar dalam waktu singkat.


Cut-Loss/Stop-loss Berdasarkan Jumlah Nominal Tertentu

Dengan metode ini anda menentukan jumlah nominal kerugian sebagai titik cut-loss. Cara ini kelihatannya sama saja dengan metode persentase tapi sebenarnya tidaklah demikian. Mengapa? Karena kita menentukan jumlah nominal kerugian berdasarkan total modal kita, bukan berdasarkan nominal masing-masing saham yang kita beli.

Dr. Alexander Elder di buku Come Into My Trading Room menyarankan pemicu cut-loss untuk masing-masing saham adalah 2% dari total modal. Kalau misalkan total modal main saham anda adalah Rp 100 juta, nominal kerugian pemicu cut-loss anda adalah Rp 2 juta.


Maksud saya begini: begitu saham anda mencapai kerugian Rp 2 juta, anda harus langsung menjual. Jadi kalau anda beli saham sejumlah Rp 10 juta, anda harus cut-loss kalau rugi mencapai Rp 2 juta. Kalau anda beli sejumlah Rp 100 juta, anda juga harus cut-loss kalau rugi Rp 2 juta.

Ingat: tidak peduli apakah anda beli satu saham sejumlah Rp 10 juta, 20 juta, 50 juta, ataupun 100 juta, anda harus cut-loss kalau kerugian saham tersebut mencapai Rp 2juta.

Nah, kalau anda bisa mengira-ngira gejolak harga saham yang anda mau beli, metode cut-loss ini lebih tepat daripada metode persentase. Misalkan menurut pengamatan anda saham TLKM kalau turun 5% biasanya akan terus turun. Dengan kata lain: kalau TLKM turun 5%, anda cut-loss. Karena nominal cut-loss anda adalah Rp 2 juta (2% dari total modal Rp 100 juta), berarti anda boleh membeli TLKM sejumlah:

(100% / 5%) x Rp 2 juta = Rp 40 juta

Jadi anda boleh beli TLKM sejumlah Rp 40 juta dan kalau ia turun Rp 2 juta (5% dari Rp 40 juta), anda cut-loss.

Misalkan juga menurut pengamatan anda saham MLPL akan terus turun kalau sudah turun 20%. Karena nominal cut-loss adalah tetap Rp 2 juta, jumlah nominal MLPL yang boleh anda beli adalah:

(100% / 20%) x Rp 2 juta = Rp 10 juta

Jadi anda boleh beli MLPL sejumlah Rp 10 juta dan kalau ia turun Rp 2 juta (20% dari Rp 10 juta), anda cut-loss.

Kalau anda tidak tahu volatilitas saham, bagaimana caranya memakai metode ini? Lanjutkan baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian III)." 








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Monday, December 13, 2010

Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian I)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Sebelum membaca pos ini, sebaiknya anda baca dulu "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini."

Cut-loss/stop-loss adalah aksi menjual saham kita yang posisinya rugi agar kerugian tidak bertambah besar. Sebenarnya cut-loss ini adalah bagian dari teknik menjual. Tapi karena begitu pentingnya cut-loss untuk keselamatan finansial anda kala bermain saham, saya terdorong untuk mendiskusikan cut-loss sebagai topik tersendiri.

Ada berbagai cara melakukan cut-loss/stop-loss. Metode-metode tersebut antara lain berdasarkan:

  • Persentase tertentu
  • Jumlah nominal tertentu
  • Titik support
  • Analisa teknikal lain-lain

Apapun metode yang anda pilih, anda harus ingat dua hal berikut:

1. Titik/harga cut-loss harus ditentukan langsung pada saat anda membeli (membuka posisi awal). Jadi begitu anda memiliki saham, detik itu juga anda sudah harus tahu titik cut-loss saham tersebut. Jangan pakai alasan,"Nanti kalau sudah turun baru saya tentukan cut-loss di mana." Kalau saham sudah turun, pikiran anda sudah terkontaminasi pergerakan harga saham dan keputusan anda kemungkinan besar akan salah dan mengakibatkan kerugian jauh lebih besar.

2. Titik cut-loss tidak boleh dirubah ke arah yang berpotensi merugikan lebih besar; titik cut-loss hanya boleh dirubah ke arah yang potensi ruginya lebih kecil. Maksud saya begini: kalau anda membeli saham di harga Rp 1000 dan menetapkan cut-loss di 900, ketika saham turun ke harga 950, anda TIDAK BOLEH berubah pikiran dan menurunkan titik cut-loss ke 800. Tetapi anda boleh—kalau anda punya alasan kuat—untuk menaikkan titik cut loss, misalnya, ke 930. Jadi, titik cut-loss adalah jalan satu arah, hanya boleh dirubah ke arah yang potensi kerugiannya lebih kecil.

Metode cut-loss berdasarkan titik support dan analisa teknikal relatif rumit karena untuk melakukannya, anda harus sudah menguasai seluk-beluk analisa teknikal. Kalau anda harus lebih dulu belajar analisa teknikal—yang memerlukan pengorbanan waktu dan usaha yang besar—saya yakin anda malahan tidak akan menentukan titik cut-loss sama sekali. Karena itu, saya menganjurkan para pemula untuk memakai metode persentase atau metode jumlah nominal.


Mari kita mulai.


Cut-Loss Berdasarkan Persentase

Dengan metode ini anda menentukan besar persentase penurunan harga saham sebagai acuan untuk cut-loss. Persentase acuan ini anda terapkan sama rata pada semua saham yang anda beli.

Misalkan anda menetapkan penurunan harga 10% untuk cut-loss. Kalau anda membeli saham TLKM di Rp 8.000, berarti titik cut-loss adalah:

8.000 – (10% x 8.000) = 7.200

Jadi kalau saham TLKM turun ke Rp 7.200, anda harus langsung jual untuk stop kerugian anda.

Metode persentase ini cukup sederhana jadi tidak ada alasan untuk tidak menentukan titik cut-loss. Hanya saja masih ada satu hal yang harus ditentukan: berapa besaran persentase cut-loss tersebut, apakah 5%, 10% atau lebih?

Berapa persen cut-loss yang ideal? Sayangnya, tidak ada cut-loss yang ideal. Gerald Loeb di bukunya The Battle for Investment Survival menganjurkan 10%. William O'Neil di buku How to Make Money in Stocks menganjurkan 7-8%.

Anjuran saya: mulailah dengan 10%. Dengan bertambahnya pengalaman anda mengikuti gejolak harga saham, anda dapat merubah persentase cut-loss tersebut di kemudian hari agar sesuai dengan kondisi anda.

Mau tahu kelemahan metode ini? Lanjutkan baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian II)."







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Monday, December 6, 2010

Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian II)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Pos ini adalah lanjutan dari "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian I)."

Yang lebih mengesalkan Karim adalah, setelah ia jual, ENRG malah mulai bergerak naik. Tiga bulan kemudian, ENRG bertengger di kisaran 180. "Kalau ENRG turun ke 120, saya beli balik lah," Karim berpikir. Tapi ENRG bukannya turun, tapi naik ke 250 dan Karim membeli di harga tersebut karena ia yakin ENRG akan naik terus.

Tepat setelah Karim beli, ENRG kembali turun. Siklus di atas terulang kembali, dan lagi-lagi Karim rugi.

Dari ilustrasi di atas, Karim HANYA rugi 20%. Kenyataan di bursa menunjukkan bahwa banyak investor yang enggan cut-loss waktu rugi sedikit, akhirnya menjual saham ketika rugi sudah membengkak.

Coba anda bayangkan kalau Karim membeli saham di harga Rp 1000 lalu saham tersebut turun ke Rp 100. Ia rugi 90% dan kondisi ini bisa-bisa mengancam kesehatan finansialnya.

Saya yakin kasus yang menimpa Karim bukan suatu yang langka. Mungkin anda pun pernah mengalaminya. Saya sendiri mengalami hal tersebut berpuluh-puluh kali ketika saya baru mulai main saham. Kalau saja waktu itu ada yang mengajarkan saya untuk cut-loss, tentu saya tidak akan rugi 40-70% di 5 tahun pertama saya berkecimpung main saham.

Mungkin anda masih ngeyel dan berkata,"Selama ini saya tidak pernah cut-loss. Kenyataannya saham saya setelah turun sementara, akhirnya naik ke harga lebih tinggi dari harga beli."

Betul, kalau kondisi pasar lagi bullish, saham setelah turun malah naik lebih tinggi lagi. Tapi kalau anda memakai ini sebagai acuan investasi atau trading saham, anda akan menderita rugi telak ketika kondisi bullish berubah menjadi bearish. Ingat: pada kondisi bearish, saham tidak naik ke harga beli anda tapi terus-menerus turun. Saham yang anda beli di Rp 5.000 bisa turun ke harga 5oo. Kalau anda tidak cut-loss, saham tersebut harus naik 10 kali lipat hanya untuk balik modal. Kenaikan 10 kali lipat ini mungkin saja terjadi tapi kalaupun terjadi tidaklah mungkin dalam waktu singkat. Yang lebih mungkin terjadi adalah anda menjual saham tersebut sebelum ia mencapai Rp 5.000 lagi.

Memang, berdasarkan pengalaman, cut-loss adalah hal yang sulit dilakukan pemain saham, baik oleh investor ataupun trader/pedagang. Sampai hari inipun saya masih sering ragu untuk melakukannya. Tapi cut-loss adalah tindakan yang amat-sangat penting kalau mau selamat di bursa saham. Saya sendiri baru bisa konsisten cut-loss setelah bermain saham lebih dari 5 tahun. Dan hanya setelah konsisten melakukan cut-loss, saya mulai meraih keuntungan konsisten.

Percayalah, sebelum anda belajar teknik main saham yang lain, yakinkan dulu diri anda betapa pentingnya cut-loss. Tidak ada yang bisa menyelamatkan anda dari kehancuran financial bila anda tidak pernah mau cut-loss.

Mau tahu cara cut-loss? Silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham."







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Sunday, December 5, 2010

Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian I)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Di dunia properti dikatakan bahwa tiga hal paling penting adalah lokasi, lokasi, lokasi. Dalam bermain saham tiga hal terpenting adalah cut-loss, cut-loss, cut-loss.

Apakah cut-loss itu?

Cut-loss (memotong kerugian), atau kadang disebut stop-loss (stop kerugian), adalah tindakan menjual (menutup posisi) saham yang rugi. (Saya berasumsi pemain saham di Indonesia membuka posisi dengan membeli dan menutup dengan menjual karena di Bursa Efek Indonesia sulit untuk short-sell.)

Mengapa cut-loss itu penting?

Cut-loss penting karena tidak ada jaminan bahwa saham yang kita beli tidak akan turun. Kalau sudah turun, saham bisa saja turun banyak lalu naik sedikit dan setelah itu turun lebih banyak lagi. Kalaupun akhirnya naik, belum tentu saham itu naik mencapai harga beli kita.

Nah, cut-loss ini berfungsi seperti sekring yang memutuskan aliran listrik tegangan tinggi yang berpotensi membawa bencana. Dengan melakukan cut-loss, kita menjual sebelum saham turun ke harga yang mengancam keselamatan financial kita. Lagipula, tindakan cut-loss kemungkinan besar akan mencegah kita menjual saham di harga rendah ketika saham tersebut malah sudah akan naik.

Mungkin anda menganggap cut-loss hanya patut dilakukan trader dan tidak penting untuk investor. "Saya kan investor jangka panjang," protes anda dalam hati. "Saya tidak khawatir kalau saham turun." Oh ya? Mari kita lihat ilustrasi di bawah ini.


Misalkan investor Karim Keukeh membeli saham ENRG di harga 150. Setelah tiga bulan, ENRG naik ke 200. Karim senang tapi ia tidak mau menjual. "Kalau ENRG naik ke 250, saya jual deh," begitu pikir si Karim. Ketika saham naik ke 250, ia berubah pikiran dan masih tidak mau jual. "Kalau 300 baru saya jual."
 

ENRG naik ke 280 dan mulai turun. Empat bulan kemudian, saham ENRG turun ke 220, Karim berpikir,"Kalau nanti naik ke 260, saya jual." Sayangnya saham itu hanya naik ke 240, lalu kembali turun. Ke 200, ke 170, ke 150, ke 110. Dan ENRG bertahan di level 100an selama setahun.

"Sungguh sialan si ENRG," kata Karim kepada istrinya. "Kalau dia naik ke 125—rugi Rp 25 alias 20%—saya jual deh." Tiga bulan kemudian, benar ENRG naik ke 125, dan Karim menjualnya. Setelah memegang ENRG hampir 2 tahun Karim menderita rugi 20%, padahal ia bisa untung 60%an kalau menjual di 250.

Urusan Karim dengan ENRG masih belum selesai. Bagaimana selanjutnya? Silahkan klik di sini "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian II)."







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Thursday, December 2, 2010

Main Saham IPO Tidak Berarti Pasti Untung

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Pada pos "Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?" saya mengatakan bahwa keuntungan main saham IPO biasanya sekitar 1% dari modal kalau saham tersebut naik kencang. Anda jangan salah menyimpulkan bahwa main saham IPO pasti untung. Tidak begitu. Seperti investasi atau spekulasi yang lain, main saham IPO bisa untung tapi bisa juga rugi. Mari kita lihat contoh terkini: IPO Wintermar Offshore (WINS).

Data IPO WINS adalah sebagai berikut:

Harga Penawaran: Rp 380.
Jatah book-building: sekitar 2.5%
Jatah pooling: 3.5%
Tanggal listing: 26 November 2010
Harga pada hari pertama: Tertinggi (Hi) 500, terendah (Lo) 350

Mari kita menghitung potensial untung rugi saham WINS.

Pada hari pertama transaksi, kejadian di harga 420 – 500 relatif sedikit dan hanya terjadi dalam waktu singkat, jadi kalaupun anda langsung menjual kemungkinan terjual di harga 405.

Untung dari kenaikan harga:    (405 – 380) / 380 = 6.6%

Total untung = 3.5% (jatah pooling) x 6.6% (kenaikan harga) = 0.23%

Jadi kalau anda ikut pooling Rp 100juta, anda mendapat untung cuma Rp 230.000.

Itu kalau anda cepat menjual di pagi hari. Kalau anda menjual di sore hari di harga 350, anda akan merugi.

Rugi dari penurunan harga:    (380-350) /380 = 7.9%

Total rugi = 3.5% (jatah pooling) x 7.9% (penurunan harga) = 0.28%

Jadi kalau anda ikut pooling Rp 100juta, anda menderita rugi Rp 280.000.

(Kerugian yang relatif kecil dari main IPO membuat saya menganjurkan di pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula" bahwa ada baiknya pemula belajar main saham dimulai dari saham IPO.)

Ketika berspekulasi, kita tidak mungkin menghilangkan sama sekali resiko rugi. Itulah sebabnya saya menekankan bahwa anda harus menentukan titik cut-loss (jual rugi) sebelum saham mulai ditransaksikan. Bila saham turun, anda harus menjual di harga cut-loss/stop-loss yang sudah anda tentukan untuk menghentikan kerugian lebih lanjut.

Ingat: main saham IPO tidak berarti pasti untung; ada kalanya juga anda akan rugi.









Pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Saturday, November 27, 2010

Arti “Bullish” dan “Bearish” di Bursa Saham

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Mungkin anda pernah mendengar kenalan investor saham mengatakan,"Saham lagi bullish; ikutan investasi yuk," atau "Bursa saham bearish nih, pusing." Apa sebenarnya arti Bullish dan Bearish?

Bullish adalah kata sifat (adjective), berasal dari kata bull (bahasa Inggris) yang berarti banteng. Bearish berasal dari kata bear yang berati beruang.

Kamus American Heritage memberi penjelasan sebagai berikut:

Bullish adj. …2a. Causing, expecting, or characterized by rising stock market prices. b. Optimistic or confident

Dalam bahasa Indonesia: a. menyebabkan, mengharapkan, atau terkarakterisasi/terciri oleh naiknya harga saham. b. optimis atau percaya diri

Bearish adj. …2a. Causing, expecting, or characterized by falling stock market prices. b. Pessimistic.

Dalam bahasa Indonesia: a. menyebabkan, mengharapkan, atau terkarakterisasi/terciri oleh turunnya harga saham. b. pesimis.

Jadi kalau orang bilang saham sedang bullish, artinya harga saham lagi naik; kalau orang bilang saham lagi bearish, artinya harga saham sedang turun.

Kenapa memakai istilah bull (banteng) dan bear (beruang)?

Terus terang saya tidak tahu pasti mengapa. Mungkin para pemain saham di Wall Street pada tahun 1800an menyamakan saham yang sedang naik dengan banteng yang penuh semangat, menerjang sasaran berwarna merah. Sedangkan saham yang sedang turun mereka umpamakan dengan beruang, yang walaupun kuat tapi di musin dingin bisa tidur berbulan-bulan.


Ada juga yang mengatakan bahwa banteng melambangkan kenaikan harga saham karena banteng menanduk musuhnya dari bawah ke atas, sedangkan beruang melambangkan penurunan harga karena beruang mencakar musuhnya dari atas ke bawah. Masuk akal juga.

Apapun alasannya, dari segi komunikasi perumpamaan ini berdampak positif karena membuat kata sifat pesimisme dan optimisme mudah dikomunikasikan. Contoh: karena banteng mencerminkan optimisme, Merrill Lynch—sekuritas saham Amerika—memakai banteng sebagai logo untuk mengkomunikasikan optimisme perusahaan.


Ada satu hal yang perlu ketahui: walaupun bear mencerminkan penurunan harga saham, tidak berarti kondisi tersebut tidak bisa menghasilkan untung. Di bursa-bursa yang bisa melakukan short-selling (menjual saham yang dipinjam), para short-sellers meraup untung kalau saham turun. (Secara teoritis, kita bisa short-sell di Bursa Efek Indonesia. Tapi kenyataan lapangan lain: hampir tidak ada sekuritas saham yang mengijinkan nasabah melakukannya.)

Di Wall Street ada pepatah, "Bull makes money, bear makes money, but pig gets slaughtered." Artinya: optimis meraih untung, pesimis meraih untung, tapi si serakah akan terjagal.

Karena tidak ada kata bahasa Indonesia yang sesingkat dan sepadat bullish dan bearish, tidak heran banyak tulisan (termasuk blog ini) dan percakapan dalam bahasa Indonesia yang memakai kata-kata bullish dan bearish untuk mendeskripsikan kondisi bursa saham.


Memang bullish dan bearish tidak ada definisi yang spesifik. Tapi di analisa teknikal, bullish bisa diartikan UPTREND. Sedangkan bearish bisa diartikan DOWNTREND. Kalau anda mau tahu lebih banyak tentang trend, silahkan baca pos "Arti Istilah Saham Trending, Trendless" dan dilanjutkan ke pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Saturday, November 20, 2010

Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Hingar-bingar IPO (Initial Public Offering) Krakatau Steel—yang katanya terlalu murah—membuat banyak orang (mungkin termasuk anda) menjadi tertarik main saham. Apalagi pada hari pertama transaksi, saham Krakatau Steelyang harga IPOnya Rp 850naik ke Rp 1270.

"Kalau saya beli di IPO," anda berandai-andai, "dan jual di 1200 aja, saya dapat untung 41%. Kalau saya beli IPO Krakatau Steel sejumlah Rp 100 juta, berarti untungnya Rp 41 juta. Wah, asyik banget nih."

Sebelum anda terlena dalam mimpi terlalu lama, saya akan menjelaskan di pos ini bahwa laba main saham IPO biasanya hanya sekitar 1%, dan hampir tidak mungkin mencapai 40an%.

Mengapa hanya 1%, bukan 40% sebesar kenaikan harga saham?

Saham IPO yang naik kencang setelah listing (ditransaksikan di bursa) adalah saham yang banyak diminati pemain saham. Karena banyak peminatnya, saham IPO dijatah sesuai total pesanan. Misalkan jumlah saham IPO adalah 1.000 lot tetapi total pesanan adalah 10.000 lot, setiap pemesan 10 lot akan mendapatkan jatah 1 lot alias 10% dari total yang dipesan. Ingat, semakin banyak peminat semakin kecil jatah yang didapat.

Contoh: pada IPO Krakatau Steel, pemesan di book-building mendapat jatah di bawah 0.5%, bahkan banyak yang tidak mendapat jatah sama sekali. Pemesan di saat pooling mendapat jatah lebih banyak, yaitu sekitar 3.6%.

Kalau kita menggunakan jatah pooling untuk menghitung laba, laba yang didapat adalah:

3.6% (jatah pooling) x 41% (kenaikan harga saham) = 1.44%

Artinya: kalau anda pesan saham Krakatau Steel (KRAS) sebanyak Rp 100 juta di waktu pooling dan menjualnya di harga Rp 1200, anda akan mendapat untung Rp 1.440.000.

Itu kalau anda jual di harga 1200. Kalau anda jual di harga lebih tinggi, tentu laba anda lebih tinggi. Tapi kalaupun anda jual KRAS di harga 1500 (hampir mendekati harga tertinggi Rp 1520 pada hari listing ke dua), total laba anda hanya 2.7% dari modal, sangat jauh dari 40an%.

Perlu anda ketahui bahwa KRAS termasuk saham IPO yang naik kencang. Saham-saham IPO lain pada umumnya tidak naik setinggi KRAS.

Contoh: pemesan saham Indofood CBP waktu pooling mendapat jatah sekitar 8% di harga Rp 5395. Pada hari pertama ICBP ditransaksikan antara Rp 5700 – 6200. Andai kata anda menjual ICBP di harga 6000 berarti keuntungan dari kenaikan harga adalah:

(6000 – 5395) / 5395 = 11.2%

Keuntungan dari seluruh modal adalah:

8% (jatah pooling) x 11.2% (kenaikan harga saham) = 0.9%

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa main saham IPO bisa menguntungkan, tapi untungnya hanya sekitar 1%. Cara menghitung keuntungan yang benar adalah mengalikan persentase jatah yang kita dapat dengan kenaikan harga, bukannya semata-mata menghitung kenaikan harga saham.

Masih tertarik main saham IPO walau--kalaupun untung--untungnya cuma sekitar 1%? Silahkan baca pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula."







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Tuesday, November 16, 2010

10 Tips Cara Mencegah Petaka Trading

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool


Ada tips menarik dari GFT tentang cara mencegah tragedi trading. Coba download di link berikut: GFT's 10 Tips to Avoid Trading Tragedy.

Kalau saja sekuritas saham di sini memberikan tips seperti, pemain saham pemula, baik investor ataupun trader, akan mengerti resiko main saham dan lebih berhati-hati.

Tips tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Learn the rules of the road. Pelajari rambu-rambu jalan.
  2. Pick a route and stick to it. Pilih rute dan jalankan.
  3. Practice. Berlatihlah.
  4. Check the conditions before placing a trade. Pelajari keadaan sebelum melakukan trading.
  5. Know how far you can afford to go. Tahu berapa jauh anda dapat bertahan.
  6. Know where to stop along the way. Tahu kapan harus berhenti.
  7. Avoid road rage. Jangan emosi di jalan.
  8. Know what type of driver you are. Tahu anda tipe pengemudi seperti apa.
  9. Remember, slow and steady. Ingat, perlahan tapi pasti.
  10. Never be afraid to explore a new path. Jangan takut untuk mencoba jalan baru.
Catatan: Saya tidak punya account di GFT dan tidak terafiliasi sama sekali dengan mereka. 







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Saturday, November 13, 2010

Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian III)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool


Persiapan Sebelum Listing

Setelah trading plan, masih ada hal-hal lain yang harus disiapkan. Kalau anda memakai pialang via telepon, perkenalkan diri anda ke sang pialang. Minta nomor telepon direct dan HPnya; ungkapkan niat anda mau menjual saham IPO. Ingat: pialang manusia hanya punya dua telinga berarti hanya bisa on-line 2 telepon. Kalau anda tidak dikenal, apalagi saat saham IPO ramai ditransaksikan, si pialang mungkin tidak mau menerima telepon anda.

Alasan di atas adalah sebab utama saya menganjurkan anda membuka rekening on-line (internet) dan tidak perlu tergantung pialang manusia untuk bertransaksi. Kalau anda punya rekening on-line, pelajari dulu cara melihat harga saham dan cara memasukkan order jual. Lakukan ini sebelum listing supaya anda sudah tahu benar apa yang harus dikerjakan saat listing.

Hal berikut yang perlu anda tahu adalah kode saham tersebut. Semua saham di Bursa Efek Indonesia punya kode 4 huruf, misalnya KRAS untuk Krakatau Steel. Tanyakan kode saham IPO tersebut ke pialang anda.


Listing (Pencatatan di bursa atau hari transaksi pertama) 

Kalau proses book-building, pemesanan, dan penjatahan ibarat kehamilan, hari listing adalah hari kelahiran si bayi. Jantung anda berdegup cepat, menanti keluarnya sang bayi. 

Bursa akan dibuka jam 09:30 tapi jam 09:08 anda sudah siap di depan komputer, sudah on-line dengan server sekuritas anda. Anda sudah membuka layar Order Book dan layar Done by Stock saham anda. Detik demi detik anda hitung. Tik-tok-tik-tok.

Jam 09:30 saham mulai ditransaksikan; saham naik-turun, naik lagi terus turun lagi. Naik-turunnya harga saham membingungkan anda tapi untunglah anda sudah menyiapkan trading plan. Laksanakan rencana tersebut dengan konsisten. Kalau trading plan anda adalah jual, jual. Kalau setelah anda jual saham masih naik, jangan berkecil hati. Pemain saham berpengalaman pun sering menjual di harga rendah.

Kalau saham turun, anda juga harus konsisten dengan trading plan. Cut-loss secepat mungkin, jangan takut rugi. Kerugian ini akan tertutup oleh keuntungan dari IPO-IPO yang lain.

Jangan berbesar kepala kalau untung, jangan berkecil hati kalau rugi. Petualangan anda di dunia saham baru dimulai. Teruslah belajar.


Mau tahu prospek laba main saham IPO? Silahkan baca pos "Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?"







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Thursday, November 11, 2010

Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian II)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian I)."

Cara Membeli Saham 

Untuk membeli saham IPO, anda tidak harus mengantri dan berdesak-desakkan seperti yang anda lihat di TV atau koran; anda hanya perlu memesan ke pialang (broker) anda. Belum buka rekening di pialang saham/sekuritas? Saat untuk melakukannya sekarang. (Kalaupun anda tidak beli lewat pialang, anda tetap harus punya rekening di sekuritas untuk menjual saham yang anda dapat.) 

Sebelum membuka rekening, pastikan bahwa sekuritas pilihan anda menerima pesanan IPO karena tidak semua sekuritas melakukannya. Sebaiknya juga anda memilih sekuritas yang punya sistem on-line trading. [Saya akan menulis pos cara memilih pialang saham di kemudian hari. Mohon kembali berkunjung.]

Setelah punya rekening saham, langkah selanjutnya adalah memantau tanggal penawaran IPO tersebut. Pada saat penawaran, yang berlangsung 2-3 hari kerja, anda harus menyetor uang sejumlah saham yang anda pesan. Proses pemesanan saham seperti ini biasa disebut pooling. Untuk detil proses pemesanan, silahkan hubungi pialang anda.

Mohon diperhatikan bahwa pesanan harus dalam kelipatan 500 lembar* karena saham ditransaksikan dalam kelipatan lot dan 1 lot = 500 lembar. Contoh: anda memesan saham Krakatau Steel seharga Rp 850 sejumlah 200 lot. Jumlah yang harus anda setor adalah: 200 lot x (500 lembar/lot) x (Rp 850/lembar) = Rp 85.000.000.

Setelah memesan, anda lalu menunggu konfirmasi penjatahan.

[* Mulai 06 Jan 2014, 1 lot = 100 lembar. Silahkan baca pos "Dampak Perubahan Satuan Lot & Fraksi Harga Saham."]


Penjatahan 

Penjatahan saham diumumkan 1-2 hari sebelum hari listing (pencatatan di bursa). Siapkan mental dan jangan berharap banyak karena semakin besar minat pasar, semakin kecil jatah yang anda dapat.

Mohon diingat: anda saya sarankan hanya ikut IPO yang jatah book-buildingnya kurang dari 5%. Kalau jatah book-building kecil, jatah pooling kemungkinan juga kecil tapi tidak sekecil book-building. Dari pengalaman, saya pernah mendapat jatah dari 0,1% sampai dengan 10%. Contoh: pemesan saham Indofood CBP (ICBP) mendapat sekitar 8% dari jumlah yang dipesan.

Setelah anda tahu jumlah saham yang didapat, sebelum hari listing, anda harus membuat rencana transaksi (trading plan) saham.


Trading Plan 

Kalau mau untung main saham, anda mutlak harus menyiapkan trading  plan. Demikian pula dengan IPO, anda harus merencanakan apa yang akan anda lakukan dengan saham yang didapat. Anda bisa memilih langsung menjual saham sesaat setelah listing atau memilih beli-dan-pegang (buy-and-hold). Intinya: anda harus menentukan ini sebelum listing dan, yang lebih penting, jangan plin-plan. (Ada baiknya anda membaca dulu pos "Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik?")

Misalnya anda memilih trading, tapi saham naik kencang lalu anda memutuskan untuk berubah haluan menjadi buy-and-hold. Jangan. Atau anda memilih buy-and-hold, tapi saham turun lalu anda memutuskan menjual. Jangan. 

Kalau anda tidak tahu mau pilih yang mana, saya anjurkan anda untuk menjual saham sesaat setelah listing. Satu hal yang harus anda ketahui: anda tidak mungkin bisa konsisten menjual saham di harga tertinggi, jadi singkirkan harapan itu dari benak anda. Dan kalau anda memutuskan untuk jual, juallah saham anda di harga bid supaya langsung laku. Jangan menunggu.

Jauh lebih penting: anda harus memikirkan skenario seandainya saham turun. Apa yang akan anda lakukan? Apakah anda tetap memegang saham sampai ia naik, atau anda jual rugi? Sekali lagi, anda harus memikirkan ini matang-matang sebelum hari listing, bukan pada saat saham sudah ditransaksikan. Saran saya: jual saham kalau kerugian mencapai 10%.

Sebagai informasi: waktu saya pertama kali membeli saham IPO, saya rugi besar. Di tahun 1990 saya ikut IPO saham INCO di harga Rp 9000 dan setahun kemudian saya jual di Rp 4000. Ini adalah luka lama yang tidak akan saya lupakan. Untuk lengkapnya, silahkan baca profil saya.

Dengan bertambahnya pengalaman, anda bisa meracik trading plan yang memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Tapi sebagai pemula, mendapat untung dari main saham sudah merupakan prestasi yang membanggakan. (Silahkan baca pos "Target Laba Main Saham.")

Anda sudah siap dengan trading plan. Apa langkah selanjutnya? Lanjutkan baca ke "Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian III)."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Saturday, November 6, 2010

Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian I)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

(Catatan: beberapa kalimat di pos ini dikutip tanpa izin alias dijiplak oleh Ellen May di buku cetakan pertama Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps. Silahkan baca pos "'Teman' Ellen May Nyontek Terus Belajar Saham?")


Bursa Efek Indonesia yang bullish sejak tahun 2009 mendorong banyak perusahaan untuk menjual sahamnya melalui Initial Public Offering (IPO) alias, dalam bahasa Indonesia, Penawaran Umum Perdana. Mungkin anda melihat TV dan koran yang memberitakan ribuan orang mengantri membeli saham dan anda tertarik untuk mencoba. Pos ini menjelaskan kelebihan dan kekurangan main saham IPO dan bertujuan menjawab pertanyaan,"Bagaimana cara main saham IPO?"


Kelebihan (Advantage) Saham IPO

Untuk anda yang belum pernah main saham, ada baiknya anda mulai main saham-saham IPO karena alasan berikut:

  1. IPO biasanya marak dilakukan pada kondisi pasar bullish. Akibatnya, harga saham IPO mungkin akan naik pada waktu ditransaksikan di bursa.
  2. Anda tidak perlu menganalisa mendalam saham tersebut; anda hanya perlu tahu berapa besar animo pasar terhadapnya. Kalau minat beli saham tinggi, anda ikut IPO. Kalau minat beli rendah, jangan ikut.
  3. Anda tidak perlu menentukan harga beli karena harga sudah ditentukan penjamin emisi. (Berbeda dengan transaksi di bursa di mana anda harus menentukan sendiri di harga berapa anda mau beli.)
  4. Anda tidak perlu memilih kapan harus membeli karena tanggal penawaran IPO sudah ditentukan. (Di bursa, anda yang harus menentukan kapan anda mau beli.) Silahkan baca pos "Stress Main Saham Takkan Pupus."

Kekurangan (Disadvantage) Saham IPO

Saham IPO ada kelebihannya tapi juga ada kekurangannya, antara lain:

  1. Anda mendapat saham sesuai jatah yang ditentukan penerbit saham, bukan jumlah yang anda pesan. Artinya: anda memesan 100 lot, tapi mungkin anda cuma mendapat jatah 1 lot.
  2. Anda harus merelakan uang anda tertahan sekitar 1 minggu sejak tanggal pemesanan sampai dengan tanggal pengembalian dana (refund).
Membandingkan kelebihan dan kekurangan di atas, saya pikir ada baiknya pemula mulai belajar main saham dari saham IPO. Walau kemungkinan untung banyak sangatlah kecil, tapi sebaliknya, sangat kecil pula kemungkinan rugi banyak. Lagipula, ada baiknya anda mengikuti proses lahirnya saham di bursa.


Ikut IPO Yang Mana?

Ini adalah pertanyaan pertama yang harus kita jawab. Saya sebut di atas bahwa sebaiknya anda ikut IPO saham yang banyak peminatnya dan tidak perlu menganalisa saham secara mendalam. Ada 2 alasan saya menganjurkan ini. Pertama, anda tidak bisa menganalisa teknikal (pergerakan harga) karena saham belum ditransaksikan. Kedua, anda tidak perlu menganalisa fundamental (kondisi keuangan) karena--selain sulit--sudah tersirat dari minat beli investor kakap dan berpengalaman: mereka hanya akan beli kalau fundamental perusahaan baik.


Pertanyaan berikut: Dari mana kita tahu minat beli pasar? Jawaban: Dari hasil book-building.


Book-building
(Untuk lebih jelasnya, silahkan baca pos "Arti Istilah Book-Building Saham IPO di Bursa Efek Indonesia.")

Book-building adalah proses penjamin emisi menentukan harga jual dengan melihat minat beli dari institusi dan investor besar. Sebelum harga ditentukan, penjamin emisi memberi rentang harga penawaran saham tersebut, misalnya  antara Rp 800 - 1150 untuk saham Krakatau Steel.


Setelah mengumpulkan semua minat beli, penjamin emisi menentukan harga optimum di mana saham itu akan laku. Kalau peminat banyak, harga ditentukan di batas atas dan pemesan mendapat jatah sedikit. Kalau peminat sedikit, harga ditentukan di batas bawah dan pemesan mungkin mendapat jatah banyak.

Mungkin terbersit dalam benak anda untuk ikut book-building. Saya anjurkan anda—pemula main saham—untuk TIDAK ikut book-building karena alasan berikut:

  1. Book-building lebih diperuntukkan investor besar. Pemula dengan modal kecil sulit untuk ikut proses ini.
  2. Memesan di book-building beresiko rugi. Kalau anda memesan saham yang sepi peminat, anda bisa mendapat jatah 100% dan saham tersebut sangat mungkin akan turun pada saat ditransaksikan di bursa mengakibatkan anda rugi besar. Kalau saham yang anda pesan banyak peminatnya, anda hanya dapat jatah sangat kecil atau tidak sama sekali dan anda cuma untung sangat kecil. Kesimpulannya: kalau anda benar, anda hanya untung sedikit. Tapi kebalikannya kalau anda salah, anda bisa rugi sangat besar.  
Dari mana bisa tahu jatah book-building?

Anda bisa bertanya kepada pialang (broker) anda. Kalau saham banyak peminatnya, jatah book-building biasanya kurang dari 1%. Makin kecil jatah berarti makin besar minat pasar. Saya sarankan anda hanya ikut IPO yang jatah book-buildingnya kurang dari 5%.


Mau tahu cara membeli saham IPO? Lanjut baca ke pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian II)."


Mau tahu prospek laba main saham IPO? Silahkan baca pos "Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?"  






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Thursday, November 4, 2010

Definisi "Main Saham" di Blog Ini

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Saya memakai frase main saham untuk mengartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan jual-beli saham, termasuk investasi jangka pendek sampai jangka panjang, termasuk trading harian ataupun trading mingguan (swing trading), juga termasuk aksi korporasi (IPO, right issue, dll). 

Banyak pakar-pakar kesiangan yang menganjurkan pemula untuk tidak memakai frase main saham karena kata main berkonotasi santai dan menghibur. Tetapi, kata siapa main selalu berkonotasi santai? Apakah orang yang memeras otak main catur berarti ia lagi santai?

Lagipula, di dunia bisnis kata main sering dipakai sebagai euphemisme kata bisnis atau dagang. Pedagang tekstil bilang dia main tekstil, pebisnis elektronik ngakunya main elektronik. Kalau pebisnis saja tidak keberatan menggunakan kata main untuk menyebut profesinya, saya rasa tidak ada salahnya kalau aktivitas transaksi di bursa saham disebut main saham.

Nah, ada juga yang menganjurkan mengganti frase main saham dengan investasi saham. Walaupun maksud mereka baik, tetapi saya tidak setuju. Investasi memang berkonotasi positif tetapi kata investasi biasanya diartikan investasi jangka panjang berdasarkan analisa fundamental. Padahal, banyak juga orang main saham cepat (alias trading) dan banyak juga orang yang membeli saham tanpa analisa apapun (spekulasi murni). Artinya, main saham mencakup investasi saham tetapi investasi saham tidak mencakup cara main saham yang lain.

Jadi di blog ini, main saham berarti semua jenis jual-beli saham, dari jangka sangat panjang sampai sangat pendek, dengan atau tanpa analisa.






Pos-pos yang berhubungan:

Sunday, October 31, 2010

Stress Main Saham Takkan Pupus

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Ketika bertemu kenalan baru, setelah basa-basi biasanya mereka bertanya, "Main apa, Pak?" Maksudnya: profesi anda apa.

Saya jawab, main saham.

Mereka biasanya memberi salah satu dari tiga reaksi berikut.

Ada yang bilang: "Wah, enak dong untungnya banyak." (Silahkan baca pos "Main Saham Cepat Kaya?")

Ada juga: "Seru ya, tiap hari berjudi."

Atau, favorit saya: "Oh," sambil menatap saya dengan sorot mata 20% iba 80% sinis, menyiratkan kasihan deh lu nganggur, lalu ia lekas-lekas mengalihkan pembicaraan agar tidak mempermalukan saya lebih lanjut.

Dari reaksi-reaksi tersebut saya simpulkan bahwa kebanyakan orang menganggap main saham itu mudah, seru, dan tidak layak disebut profesi. Tidak ada yang berpikir bahwa main saham—baik investasi ataupun trading saham—sebenarnya adalah pekerjaan yang sulit dengan tingkat stress tinggi. Dan stress itu tidak pupus walaupun anda sudah berpengalaman bertahun-tahun.

Kok begitu?

Anda mungkin berpikir stress datang karena kita merugi. Pada mulanya memang betul: saya stress kala rugi. Hampir semua pemula stress karena rugi. Dengan bergulirnya waktu, saya sadar bahwa rugi adalah resiko profesi: tidak mungkin selalu untung dan tidak pernah rugi. Menyadari hal tersebut, saya menerapkan prinsip cut-loss, mulai bisa menerima kerugian, dan stress saya berkurang.

Menerapkan prinsip cut-loss memang mengurangi stress tetapi stress tetap ada. Lha, saya bingung. Udah menerima kenyataan bahwa rugi adalah resiko profesi tapi kenapa stress tidak hilang total? Setelah mencermati hal ini, saya sadar bahwa stress tidak bisa dipisahkan dari spekulasi, bukan karena selalu ada kemungkinan rugi, tetapi karena saya selalu harus membuat keputusan: beli, jual, atau pegang (buy, sell, or hold).

Masa sih? tanya anda.

Mari kita pikirkan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berusaha sedapat mungkin untuk tidak membuat keputusan baru. Nyatanya, setiap hari anda berangkat ke kantor melalui rute yang sama. Setiap hari ketika makan di rumah, anda duduk di kursi yang sama. Setiap malam ketika mau tidur, anda berbaring di sisi ranjang yang sama (bila anda tidur berduadengan pasangan andatentunya). Pilih yang rutin, jangan pilih yang berbeda, karena anda tidak mau menerima resiko melakukan hal yang berbeda.

Kalau anda main saham, anda harus—dan tidak bisa tidak—membuat keputusan. Apalagi pedagang saham full-time seperti saya: kalau saya tidak mengambil resiko dengan membeli saham, saya tidak akan pernah untung. Dengan membeli, saya membuka kemungkinan merugi. Setelah membeli, entah saham itu naik atau turun, saya harus memutuskan apakah harus pegang atau jual. Setelah membuka posisi (dengan membeli) saya tidak bisa menghindar dari keharusan membuat keputusan.

Mari kita lihat detailnya. Ketika membeli saham, saya langsung menentukan titik cut-loss. Nah, kalau saham naik, semuanya indah tapi saya tetap harus memutuskan kapan menjual. Kalau saham turun, saya sudah tahu titik cut-loss dan tinggal memutuskan kapan itu harus dilakukan.

So, masalahnya apa?

Mari kita lihat kasus berikut. Misalnya saya membeli saham BUMI di Rp 4000; saya tentukan titik cut-loss di 3600. Beberapa saat kemudian BUMI turun ke harga penutupan 3650. Saya siaga untuk menjual BUMI kalau besok ia mencapai 3600. Ketika pasar buka, BUMI turun ke 3600 dan saya langsung memasang jual BUMI di 3600 tapi tidak laku. Menjelang jam 12 siang BUMI malah turun ke 3500. Apa yang harus saya lakukan?

Apakah saya harus menjual di 3500 pada saat itu? Atau menunggu sampai sore, berharap BUMI saya di 3600 laku?

Kalau saya jual di 3500 pada siang hari dan sorenya BUMI naik ke 3600, saya akan kecewa dan stress membuat keputusan salah. Kalau saya tidak jual dan sore hari BUMI turun ke 3400, saya juga akan stress. Jual stress, tidak jual juga stress. (Mau tahu opsi lain yang bisa dilakukan? Silahkan baca pos "Dow Jones Turun 513 Points Semalam. Tindakan Apa Yang Bisa Anda Lakukan".)

Saya harap anda mulai memahami sulitnya main saham: anda diharuskan membuat keputusan terus-menerus dan banyak dari keputusan itu berasa getir. Kalau anda mau main saham, siapkan diri untuk stress. Tapi kalau anda mau hidup tenang tanpa stress, lebih baik jangan main saham.








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]