Saturday, April 30, 2011

Main Saham Bisa Untung Berapa?

Pada pos “Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?” saya menulis bahwa rata-rata laba main saham IPO adalah sekitar 1% dari modal. Itupun kalau untung. Bagaimana dengan main saham pada pasar regular? Untungnya bisa berapa?

Banyak pemula berangan-angan untung besar dari main saham: mereka bermimpi untung 5-10% per bulan, atau 60-120% per tahun. Sebagai informasi, investor handal seperti Warren Buffet dan trader handal seperti George Soros hanya mendapat imbal-hasil rata-rata 20-30% per tahun. Kalau investor dan trader handal hanya mendapat untung 20-30% per tahun, masuk akalkah kalau pemula mengharapkan untung 60-120%?

Kalau begitu, bagaimanakah ekspektasi yang masuk akal?

Pada pos “Target Laba Main Saham (Bagian I)” saya menyarankan anda menentukan target keuntungan berikut:


Pengalaman sampai dengan 2 tahun: Rugi kurang dari 20% per tahun
Pengalaman 2 sampai dengan 6 tahun: Untung 10% per tahun
Pengalaman di atas 6 tahun:Untung minimal 20% per tahun


Dari target di atas, anda bisa lihat bahwa bagi pemula tidak rugi sudah merupakan prestasi yang membanggakan. Mengapa? 

Karena siapapun yang punya modal untuk membuka rekening saham dapat langsung bertransaksi saham, tidak peduli apakah ia bisa atau tidak, mengerti atau tidak. Pemula yang tidak tahu apa-apa tentang saham harus langsung berlomba dengan pemain saham profesional yang sudah berpengalaman. Kalau saya ibaratkan dengan lomba renang, pemula yang baru belajar berenang harus berlomba dengan atlet renang nasional. Coba anda pikirkan, kira-kira siapa yang akan menang?

Sebelum anda mulai main saham, sadarlah bahwa di bursa saham berlaku hukum rimba atau bahasa kerennya: Survival of the Fittest. Atau Smartest, atau Luckiest.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, April 23, 2011

Cara/Teknik Menganalisa Saham


Secara garis besar, ada tiga teknik/cara menganalisa saham:

  • Analisa Fundamental
  • Analisa Teknikal
  • Analisa Lain-lain 

Analisa Fundamental

Analisa Fundamental adalah cara menganalisa saham berdasarkan fundamental perusahaan yang biasanya tercermin dari laporan keuangan. Para analis saham meneliti asset, hutang, penjualan, biaya, laba/rugi, dan berbagai aspek lain perusahaan untuk menerka harga wajar saham.

Dari laporan keuangan, bagian yang paling harus anda perhatikan adalah laba perusahaan. Mengapa? Karena faktor penentu utama harga saham adalah laba perusahaan, atau tepatnya laba per saham. Untuk mempermudah perbandingan satu saham dengan yang lain, laba ini biasanya diungkapkan dalam price-earning-ratio (PER). Silahkan baca pos "Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku "One Up on Wall Street (Bagian V)."

Perlu anda ingat bahwa analisa fundamental mengharuskan anda memPREDIKSI kondisi keuangan perusahaan—terutama laba—di masa datang. Memprediksi adalah kata lain dari menebak; ketika menebak, analis terjenius pun bisa salah karena tidak seorangpun tahu apa yang akan terjadi di masa datang.

Masalah lain analisa fundamental adalah harga saham di bursa bergerak mendahului publikasi laporan tersebut. Artinya, saham sudah terlebih dahulu naik/turun sebelum laporan keuangan diumumkan. Pada saat laporan keuangan diumumkan ke publik, biasanya sudah terlambat bagi pemain saham untuk bertindak beli atau jual.

Mengapa?

Orang-orang dalam (insiders) sudah terlebih dulu tahu kondisi keuangan perusahaan, jauh sebelum laporan tersebut dipublikasikan. Sangat mungkin berita ini bocor ke segelintir pemain (bandar) saham yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menjual atau membeli. Tindakan ini sebenarnya termasuk tindak pidana yang disebut “insider trading.” Tapi hampir belum pernah terjadi pelaku “insider trading” di Indonesia yang dipidanakan.

Bila anda tertarik pada analisa fundamental yang praktis, silahkan membaca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street' (Bagian I)."

Kalau anda ingin tahu inti dari analisa fundamental, silahkan baca pos "Apa Inti Analisa Fundamental?"


Analisa Teknikal

Analisa teknikal adalah cara menganalisa saham dengan memperhatikan pola harga dan volume saham.

Pola harga saham terbagi atas dua: Trending dan Trendless. Trending terbagi dua lagi: uptrend dan downtrend. Untuk jelasnya, silahkan baca pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless" dan pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway."

Analisa teknikal juga bersifat PREDIKSI, jadi apapun metode yang anda pakai, anda bisa salah. Lagipula, tidak ada single analisa teknikal yang bisa berlaku pada semua keadaan.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang analisa teknikal, silahkan baca pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I."


Analisa Lain-lain

Analisa Lain-lain adalah cara menganalisa saham yang tidak termasuk dalam kategori analisa fundamental dan analisa teknikal. Ada dua contoh yang terbersit di benak saya.

Contoh pertama adalah analisa siklus tahunan seperti yang dikemukakan Jeff Hirsch, penyusun buku Stock Trader’s Almanac. Jeff merekomendasi agar pemain saham Amerika berinvestasi di saham dari bulan November ke April, lalu mengalihkan investasi tersebut ke fixed-income (atau deposito) dari bulan May sampai Oktober. Investor yang melakukan ini dapat meraup keuntungan berlipat-ganda dibanding kalau terus berinvestasi di saham sepanjang tahun.

Contoh kedua adalah cara Warren Buffet menganalisa saham atau perusahaan. Warren Buffet tidak hanya menganalisa laporan keuangan perusahaan tapi ia juga menganalisa orang-orang (manajer) yang mengelola perusahaan. Ia percaya bahwa kondisi perusahaan sangat tergantung kehandalan manajemen orang-orang tersebut. Jadi ketika Mr. Buffet membeli perusahaan, ia membeli perusahaan berikut para pengelola (manajer) perusahaan tersebut. 

Coba saja anda bandingkan logika Warren Buffet dengan klub sepak-bola. Kehandalan suatu klub sangat tergantung dari pemain-pemainnya. Tidak ada gunanya anda membeli klub Manchester United dengan harga mahal kalau semua pemainnya memutuskan pindah ke klub lain.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, April 16, 2011

Arti Istilah Saham "Blue-Chip"

Ketika anda membaca ulasan tentang saham, anda mungkin pernah menjumpai istilah saham “blue-chip.” Mungkin anda bertanya-tanya, “blue-chip” ini sebenarnya perusahaan apa sih. Mari kita bersama-sama menelusuri, perusahaan apakah si “blue-chip” ini.

Menurut kamus Oxford-American:

Blue-chip = adj. denoting companies or their shares considered to be reliable investment …

Dalam bahasa Indonesia “blue-chip” kira-kira artinya: saham terpercaya atau berkapitalisasi besar yang dianggap sebagai investasi yang relatif aman.

Anda bisa lihat bahwa definisi ini tidak spesifik. Perusahaan bagaimana yang bisa disebut “terpercaya”? Seberapa besar “berkapitalisasi besar” suatu perusahaan agar ia dapat dikategorikan “ blue-chip”? Terus terang, tidak ada patokan dan angka yang jelas untuk ini.

Di Bursa Efek Indonesia, saham-saham yang biasa dikategorikan “blue-chip” adalah perusahaan-perusahaan besar yang dikenal segenap masyarakat. Beberapa di antaranya:

Astra International (ASII)
Bank Mandiri (BMRI)
Bank BRI (BBRI)
International Nickel (INCO)
Indofood Sukses Makmur (INDF)
Perusahaan Gas Negara (PGAS)
Perusahaan Tambang Batu Bara (PTBA)
Unilever (UNVR)

Kebanyakan perusahaan “blue-chip” di Bursa Efek Indonesia adalah BUMN, tapi tidak semua BUMN masuk kategori “blue-chip.” Indofarma (INAF), Kimia Farma (KAEF), Kertas Basuki Rahmat (KBRI) adalah BUMN tapi pasar tidak menganggap perusahaaan-perusahaan tersebut sebagai “blue-chip.”

Bagaimana dengan Bumi Resources (BUMI)? Apakah ia layak dikategorikan “blue-chip”?

Kalau ditelaah dari kapitalisasi pasar, BUMI seharusnya termasuk “blue-chip.” Dilihat dari volume dan aktivitas transaksi saham tersebut yang cukup ramai, BUMI juga seharusnya dikategorikan “blue-chip.” Tapi saya merasa ada sebagian pemain saham Indonesia yang tidak setuju dengan pendapat ini. Jadi, saya memutuskan bahwa kategori BUMI adalah “semi blue-chip.” 

Intinya, ketika berbicara tentang saham “blue-chip,” anda harus terlebih dahulu menyamakan persepsi. Yang anda anggap “blue-chip” belum tentu dianggap “blue-chip” oleh pialang saham anda. Yang disebut “blue-chip” oleh seorang analis saham, belum tentu dianggap “blue-chip” oleh analis lain.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, April 9, 2011

Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian II



Prinsip ketiga: Sebelum anda percaya pada analisa teknikal, anda harus terlebih dulu percaya pada dalil momentum.

Dalil momentum mengatakan bahwa sesuatu yang bergerak maju akan cenderung tetap bergerak maju; yang bergerak turun, cenderung tetap turun; yang tidak bergerak, cenderung tetap tidak bergerak.

Kalau anda ingin membuktikan dalil ini, coba anda mendorong mainan mobil-mobilan. Mobil itu akan meluncur, lalu kecepatannya melambat sebelum berhenti. Mobil tersebut tidak berhenti mendadak, apalagi langsung berubah dari maju menjadi mundur. Coba anda pikirkan, adakah benda yang sedang bergerak maju cepat lalu tiba-tiba berbalik arah tanpa terlebih dahulu memperlambat majunya?

Dalil momentum yang merupakan hukum fisika juga berlaku dalam pergerakan harga saham. Saham yang sedang dalam trend naik biasanya tidak langsung anjlok lagi ke harga semula. (Kalau saham mencoba naik tapi langsung turun ke harga semula, ini berarti saham tersebut belum bermomentum naik.) Saham yang sedang dalam trend turun tidak langsung berubah arah dan naik dengan kencang. Saham yang bergerak sideway kemungkinan akan tetap sideway sampai ada aksi beli atau jual signifikan yang meretas gerakan sideway ini. (Kalau anda tidak tahu arti istilah trend dan sideway, silahkan baca pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless.")

Kalau anda masih kurang yakin dengan dalil momentum ini, saya sarankan anda memperhatikan gerak harga beberapa saham selama beberapa bulan. Coba anda lihat sendiri apakah benar saham yang sedang turun lebih cenderung turun, saham yang sedang naik lebih cenderung naik, saham yang bergerak sideway lebih cenderung sideway.

Kalau setelah beberapa bulan menelaah gerakan harga saham anda masih tidak percaya dalil momentum, artinya anda tidak akan percaya pada analisa teknikal apapun dan sebaiknya anda menghindari menggunakan analisa ini.


Prinsip Keempat: Prediksi dari analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.

Tidak absolut? Kok begitu?

Artinya, hanya karena analisa teknikal memberi sinyal bahwa saham akan naik, tidak berarti saham tersebut harus naik. Analisa teknikal (seperti juga analisa fundamental dan analisa-analisa lainnya) bersifat prediksi atau, dengan kata lain yang lebih gamblang, nebak. Intinya, ketika kita menebak, tebakan kita bisa salah.

Karena kemungkinan salah ini, anda harus selalu siap untuk cut-loss, apapun metode Technical Analysis yang anda gunakan.

Misalkan saja metode analisa teknikal yang anda pakai menyatakan bahwa saham ELTY akan naik. Tapi setelah anda beli, kenyataanya ELTY malah turun. Perbedaan sinyal dengan kenyataan ini berarti ada yang salah. Kesalahan ini bisa saja karena analisa teknikal yang anda gunakan tidak berfungsi baik pada situasi tersebut atau bisa juga karena anda salah menginterpretasi sinyal tersebut.

Apapun sebabnya, kenyataan yang bertolak belakang dengan harapan/prediksi mengharuskan anda untuk mengambil sikap: menyalahkan analisa teknikal atau menyalahkan pasar. Karena pasar tidak pernah salah, berarti yang salah adalah metode analisa yang anda gunakan. Kesimpulannya: kalau salah, anda harus cut-loss. Jangan berargumentasi dengan pasar. Untuk lebih tahu tentang cara cut-loss/stop-loss, silahkan baca pos “Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham.”

Mungkin anda protes, “Kalau analisa teknikal tidak menghasilkan prediksi yang absolut, ngapain gue pake?”

Jawaban ini akan anda temukan pada prinsip kelima.


Prinsip Kelima: Analisa Teknikal digunakan karena bersifat konsisten dan unbiased (tidak memihak).

Memang analisa teknikal sering menelurkan prediksi salah. Tapi pemain saham tetap memakai analisa teknikal karena sifatnya yang konsisten dan unbiased. Apa maksudnya?

Salah satu sebab utama pemain saham rugi adalah karena ia tidak konsisten ketika mengambil keputusan beli atau jual. Ia memutuskan membeli dan menjual hanya berdasarkan “feeling,” cara yang saya namakan metode “semau udel.”

“Feeling gua saham BBRI mau naik nih. Jadi gua beli lah,” begitu kira-kira argumentasi yang diberikan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, tidak ada sebab-akibat, tidak ada perhitungan matematis, tidak ada analisa spesifik.

Masalahnya, “feeling” tidak bisa diukur dan tidak bisa dikalkulasi dengan jelas. Lagipula “feeling” anda tergantung apakah anda senang, sedih, siaga, ngantuk, lapar, kenyang, jatuh cinta, patah hati. Karena sifat “feeling” yang tidak konsisten ini, anda bisa melakukan kesalahan terus-menerus karena anda tidak menggunakan patokan jelas untuk memutuskan beli atau jual saham.

Berbeda dengan analisa teknikal.

Analisa teknikal dikalkulasi dengan menggunakan data otentik harga (dan volume) saham. Harga dan volume ini adalah fakta, tetap sama, dan tidak tergantung kondisi anda. Juga tidak tergantung hari yang cerah, mendung, panas, dingin, hujan. Perhitungan matematis analisa teknikal bersifat konsisten dan tidak memihak, sifat yang sangat penting ketika anda berhadapan dengan pasar dan diri anda yang kondisinya berubah-rubah. 

Demikian prinsip-prinsip dasar analisa teknikal. Cerna dan cermati. Hanya setelah anda setuju dengan prinsip-prinsip ini, barulah anda siap mempelajari analisa teknikal secara mendalam.

Silahkan lanjut baca ke pos "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]