Sunday, December 26, 2021

Averaging Down: Tips & Saran

Apa itu "Averaging Down"?

Averaging Down dalam bermain saham artinya adalah membeli lagi saham (yang anda sudah punya) di harga lebih rendah dengan tujuan menurunkan harga beli rata-rata.

Di pos "Arti Istilah 'Averaging Down'" saya kemukakan bahwa secara umum, melakukan Averaging Down adalah tindakan yang salah.

Masalahnya, saya merasa bahwa banyak pemain saham sering melakukan Averaging Down. Mayoritas melakukan Averaging Down karena mereka tidak tahu bahwa itu tindakan yang salah. Tapi tidak sedikit pula pemain saham yang tahu bahwa Averaging Down adalah tindakan yang salah tapi tetap saja mereka lakukan.

Karena itu, di bawah ini saya akan memberikan tips dan saran Averaging Down agar tindakan yang salah tersebut tidak menjadi fatal.

 

Tips dan Saran "Averaging Down" Pertama

Karena tindakan Averaging Down secara umum adalah tindakan yang salah, saran saya yang pertama adalah: JANGAN melakukan Averaging Down.

Daripada melakukan Averaging Down, lebih baik anda cut-loss (jual rugi) saja saham tersebut.

Tapi mas Iyan, sergah anda, saya tidak mau cut-loss. 

Nah, kalau anda masih juga tidak mau cut-loss, silahkan lanjut ke Tips Kedua

 

Tips dan Saran "Averaging Down" Kedua

Kalau anda bersikukuh masih ingin melakukan Averaging Down walaupun sudah tahu bahwa tindakan itu salah, belilah lagi saham tersebut hanya kalau sudah turun (relatif) banyak.

Artinya begini: kalau anda punya saham CAPE dan CAPE biasanya bergerak naik-turun 10% per hari, JANGAN Average Down ketika CAPE turun hanya 10% (atau kurang) dari harga beli anda. Belilah CAPE kalau harganya sudah turun lebih dari 10%, misalkan 20 atau 30%.

Mengapa?

Karena kalau anda membeli lagi CAPE saat ia turun sedikit, dan CAPE masih turun lebih dalam, kerugian anda akan bertambah banyak.

Mohon diingat bahwa anda melakukan Averaging Down dengan harapan setelah anda beli CAPE lagi, CAPE akan berhenti turun dan berbalik naik. Masalahnya, kalau anda belinya terlalu dekat (dari harga beli pertama), kemungkian besar CAPE masih akan turun lebih dalam lagi.


Tips dan Saran "Averaging Down" Ketiga

Saat melakukan Averaging Down (pertama), belilah saham dalam jumlah relatif sedikit dari saham yang sudah anda miliki.

Artinya begini: Kalau anda sudah punya saham CAPE sebanyak 100 lot, dan saham CAPE turun dan anda mau membeli lagi, belilah lagi (pertama kali) dalam jumlah 50 lot atau kurang.

Artinya juga, JANGAN BELI saham yang di Average Down dalam jumlah LEBIH BANYAK dari yang sudah anda miliki.

Mengapa?

Masih alasan sama seperti di atas: setelah anda beli lagi saham CAPE, saham tersebut masih bisa turun lagi.



Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sunday, November 28, 2021

Mengamati Pergerakan Harga Saham. Apakah Berfaedah?

Of all the factors that go to make up a well-rounded opinion on the general market trend and, more especially, the individual stocks selected for a commitment, I would easily rank the actual price movement first.

Dari semua faktor yang memberi gambaran jelas trend pasar secara umum, dan saham yang layak dibeli, saya dengan yakin mengatakan bahwa di urutan teratas adalah pergerakan harga.



I feel that practically all relevant factors, important and otherwise, are registered int the market's behavior and, in addtion, the action of the market itself can be expected under most circumstances to stimulate buying and selling in a manner consistent enough to allow reasonably accurate forecasting of news in advance of its actual occurence.

Saya merasa bahwa semua faktor relevan, penting ataupu tidak, sudah terlihat di tingkah laku pasar, dan aksi di pasar juga bisa memprediksi berita sebelum berita tersebut tersebar luas.


These price and volume changes not only will add the most important confirmation (or vice versa) to market expectations based on analysis or advance information, but also will supply the most vital clues in the shape of calling attention to unfamiliar issues worth checking in other directions.



Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Friday, October 29, 2021

Faktor Utama Pembentuk Harga Saham

 Tulis Gerald M. Loeb di buku The Battle for Investment Survival:


 

The most important single factor in shaping security markets is public psychology. . .

Faktor terpenting yang membentuk harga saham adalah psikologi publik/pasar.


Sometimes for years certain popular shares will be persistently overvalued by the public, which continues to pay an unreasonabel sum in proportion to the theoritical valuation. And likewise, frequently, theoritic undervaluation will persit for years. It does not help one's account to feel sure one is short theoretically overvalued stocks that are currently rising or long those theoretically undervalued but actually sinking in price.

Terkadang publik menghargai tinggi bertahun-tahun saham-saham yang popular, dan terus membayar harga jauh tinggi dari valuasi teoritis. Begitu pula, harga jauh rendah dari valuasi teoritis bisa bertahan bertahun-tahun. Seseorang bisa rugi banyak kalau short saham yang secara teoritis mahal tapi terus naik atau long saham yang secara teoritis murah tapi terus turun.

 

One should bend every effort to determine what the tendencies of the public are, right or wrong, and profit from them.

Anda harus berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk mencari tahu kecenderungan publik/pasar, tidak masalah apakah kecenderungan itu benar ataupun salah, dan mendapat keuntungan dari situ.

 

 

Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sunday, September 26, 2021

Apakah Harga Saham Murah? Atau Mahal?

Tulis Gerald M. Loeb:

 

I certainly feel that it is more feasible to try to follow profitably a trend upwards or downwards than to attempt to determine the price level. I do not think anyone really know when a particular security is "cheap" or "dear" in the sense that cheapness would occur  around a real market bottom and dearness around a real top.

Saya merasa bahwa lebih baik dan menguntungkan bila anda mengikuti trend harga naik atau turun dibanding berusaha menentukan apakah harga (saham) murah atau mahal. Menurut saya tidak ada orang yang tahu apakah suatu saham murah atau mahal dalam arti murah terjadi saat pasar mencapai titik terendah dan mahal saat pasar mencapai titik tertinggi.

 


 

 

Thus effort should be concentrated first on deciding the trend and next in seeking out the most responsive stocks.

Maka dari itu, sebaiknya anda berusaha memutuskan apakah trend sedang naik atau turun, lalu mencari saham yang paling responsif.

 

 

Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Monday, August 23, 2021

Kapan Saat Membeli Lagi Saham Yang Sudah Punya?

Tulis Gerald M. Loeb:

Belief that a stock is in buying range justifies a small initial purchase. If the stock declines, it should be sold at a small and quick loss. But if it advances and the indications which supported the original purchase continue favorable, additional purchase can be made at prices which the buyer still considers abnormally low. But once the price has risen into estimated normal or overvaluation areas, the amount held should be reduced steadily as quotations advance.

 

 

Kalau menurut anda saham layak dibeli, cobalah beli saham tersebut dalam jumlah (relatif) kecil. Kalau setelah itu harga saham turun, saham tersebut harus dijual cepat saat rugi masih sedikit. Tapi kalau harga saham naik, silahkan beli lagi saham tersebut kalau menurut anda harga masih (relatif) murah. Setelah harga saham naik ke harga wajar atau bahkan lebih dari wajar, sebaiknya saham tersebut dijual sedikit-demi-sedikit saat harga naik.


---###$$$###---

 

Menelaah tulisan Gerald M. Loeb di atas, anda bisa mendapatkan poin-poin berikut:

  1.  Kalau menurut anda saham layak dibeli, silahkan (coba) beli (dalam jumlah sedikit).
  2. Anda tidak tahu saham tersebut akan naik atau akan turun.
  3. Kalau turun, langsung cut-loss.
  4. Kalau naik, silahkan dipegang (saham yang sudah ada), atau boleh juga beli lagi kalau menurut anda harga saham masih akan naik lagi.
  5. Kalau naiknya sudah (relatif) banyak, silahkan mulai dijual sedikit-demi-sedikit. Tidak perlu langsung menjual semua.
  6. PENTING: Beli saat harga saham naik.
  7. Juga PENTING: Jangan menambah beli kalau harga saham turun. Kalau harga turun, CUT-LOSS.



Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

 

Saturday, July 31, 2021

Iyan Belajar Cut-Loss dari Gerald M. Loeb

Tulis Gerald M. Loeb di buku The Battle for Investment Survival:


But it is sound policy to get out of long positions which begin to prove themselves wrong by declining in price. This is the one automatic proceeding in handling securities, the only proceeding in which no judgment is needed.

Adalah tindakan yang bijaksana untuk menjual saham yang harganya turun. Ini adalah satu tindakan otomatis saat bermain saham, satu-satunya tindakan yang tidak perlu pemikiran lebih lanjut.


Losses must always be "cut.' They must be cut quickly, long before they become any financial consequence. After the elimination of a stock in this manner, the transaction must be, in a sense, forgotten. It must be left out of future consideration so completely that there is no sentimental bar to reinstating the position at higher level, either very soon or at any later date, if the purchase again seems strongly advisable.

Kerugian harus selalu di "potong." Kerugian harus dipotong secepat mungkin sebelum berakibat fatal bagi finansial anda. Setelah saham dijual, transaksi tersebut harus dilupakan sehingga tidak ada perasaan sentimental untuk membeli kembali saham tersebut di harga lebih tinggi, dalam waktu dekat ataupun jauh di kemudian hari, kalau saham tersebut kembali menjadi layak dibeli.

 

Cutting losses is the one and only rule of the markets that can be taught with the assurance that is always the correct thing to do.

Cut-loss adalah satu-satunya aturan pasar yang dapat diajarkan dengan keyakinan penuh bahwa ia adalah hal benar yang harus dilakukan.




---###$$$###---

 

Setelah membaca lagi tulisan Gerald M. Loeb di atas, saya ingat bahwa saya belajar konsep cut-loss saham dari beliau.

Masalahnya . . .

Saat Gerald M. Loeb menyadarkan saya betapa cut-loss itu sangat penting adalah setelah saya rugi habis-habisan. Habis-habisan sampai hampir modar.

Alangkah baiknya kalau saya tahu tentang konsep cut-loss SEBELUM saya rugi besar.

Nah, kalau anda sudah membaca pos-pos di blog ini, saya yakin anda tahu bahwa saya sangat menekankan pentingnya cut-loss saat anda bermain saham. Apalagi saat anda baru mulai belajar main saham.

Mengapa?

Karena anda tidak perlu rugi habis-habisan sampai hampir modar untuk mulai menyadari pentingnya cut-loss. Kalau anda sudah konsisten cut-loss saat baru belajar main saham, proses belajar main saham anda akan jauh lebih menyenangkan daripada proses belajar yang saya alami.

 

Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

 

Sunday, June 27, 2021

Setelah Membeli Saham: Hold, Jual, Beli lagi?

Tulis Gerald M. Loeb di buku The Battler for Investment Survival: 

 

As soon as security is purchased, the buyer loses the power to avoid a decision. It becomes necessary for him to decide whether to hold or sell. As an inexorable consequence, the percentage of correct conclusions must be lowered. Therefore, intelligent investors expect to make a great many more error in closing transactions than in opening them.

Begitu saham dibeli, pembeli kehilangan kuasa untuk menghindari keputusan. Ia harus menentukan apakah saham tersebut harus dipegang atau dijual. Sebagai konsekuensinya, persentase keputusan tepat (saat menutup posisi) adalah lebih rendah. Karena itu, investor berpengalaman sadar bahwa ia akan membuat (lebih) banyak kesalahan saat menutup posisi daripada saat membuka posisi.


When nothing but cash is held, no decision need be made at all unless conditions are completely satifactory.

Saat kita hanya memegang uang tunai, keputusan tidak perlu dibuat terkecuali kalau konsidi sangat mendukung.

 

Another reason why selling at the right time is more difficult than buying is that the development of a frame of mind in which only real bargains are sought carries with it a tendency to lose confidence too early.

 


 

---###$$$###---

 

Setelah membeli saham, anda harus (dan tidak bisa tidak) mengambil keputusan.

Apakah saham tersebut tetap dipegang (hold), alias tidak dijual.

Apakah saham tersebut harus dijual.

Bukan itu saja. Masih ada satu keputusan lagi: Apakah saham tersebut harus dibeli lagi.

Jadi mas Iyan, ada 3 keputusan yang harus kita lakukan setelah membeli saham. Gak terlalu ruwet kan?

Bagus kalau anda berpikir hal ini tidak ruwet.

Tapi saya adalah orang yang ruwet dan sering meruwetkan masalah yang (kelihatannya) tidak ruwet.

Lho?

Memang setelah membeli saham, ada 3 keputusan utama yang harus anda tentukan: pegang (hold), jual, dan beli lagi. Tapi bukan itu saja. Banyak hal detil yang harus dipertimbangkan.

Kalau saham dipegang, dipegangnya sampai kapan? Sampai harga berapa?

Kalau saham dijual, jualnya di harga berapa? Sekarang atau nanti? Jualnya saat saham masih naik atau tunggu saham turun? Di harga Bid atau di harga Offer? Jualnya sebagian atau seluruhnya? Kalau sebagian, berapa bagian yang dijual sekarang?

Kalau saham dibeli lagi, belinya di harga berapa? Sekarang atau nanti? Belinya saat saham masih naik atau saat saham turun? Di harga Bid atau di harga Offer? Belinya berapa banyak? Apakah sama jumlah lotnya dengan pembelian pertama? Atau lebih sedikit? Atau lebih banyak?

 

Jadi, mohon dimaklumi:

Saat memutuskan membeli saham (membuka posisi), anda akan membuat banyak keputusan beli yang salah.

Tapi saat anda sudah membeli saham, anda akan membuat LEBIH BANYAK lagi keputusan salah.

 

 

Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Monday, May 24, 2021

Belajar Main Saham Fokus Satu Cara

There are an unlimited number of tactics you can employ in the marketing of your business. On the whole, that’s good news.

The bad news is that if you try and start too many things at once, it’s easy to get overwhelmed and stop doing anything.

Michael Katz

 https://bluepenguindevelopment.com/2020/10/rhythm-method/ 


---###$$$###---

 

Pada kutipan di atas, Michael Katz berbicara tentang taktik marketing untuk solo profesional. Tapi apa yang ia katakan bisa juga diterapkan saat bermain saham:

 

Ada banyak cara bermain saham yang bisa mendatangkan untung. Secara keseluruhan, itu adalah kabar baik. Tapi kalau anda berusaha mencoba beraneka-ragam cara pada saat bersamaan, kemungkinan besar anda malah akan rugi.

 

Kalau anda mulai main saham dengan analisa fundamental, silahkan.

Kalau anda mulai main saham dengan analisa teknikal, monggo.

Kalau anda mulai main saham dengan analisa fundamental ditambah analisa teknikal, . . . ehm . . . kemungkinan anda akan pusing dan hasilnya rugi.

Kalau anda mulai main saham investasi jangka panjang, lakukan.

Kalau anda mulai main saham trading jangka pendek, ora opo-opo.

Kalau anda mulai main saham investasi jangka panjang dibarengi trading jangka pendek, . . . ehm . . . kemungkinan anda akan pusing dan hasilnya rugi.

 

Intinya:

Saat anda mulai belajar main saham, fokus pada SATU Trading Plan atau SATU cara atau SATU analisa.

Lakukan dengan KONSISTEN.

Kalau setelah beberapa bulan anda untung, lanjutkan (dan silahkan mencoba Trading Plan/cara/analisa yang lain).

Kalau setelah beberapa bulan anda rugi, analisa dan perbaiki Trading Plan/cara/analisa tersebut.

Kalau setelah diperbaiki masih rugi juga, ini (mungkin) pertanda saatnya anda beralih Trading Plan/cara/analisa lain.



Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Wednesday, April 7, 2021

Mau Sukses Main Saham? Terkadang Anda Harus Beruntung

It took 29 years, that included 10 weeks on the road this season because of the coronavirus, for VanDerveer and the Cardinal to be crowned NCAA women’s basketball champions again.

“We had some special karma going for us,” VanDerveer said. “Had the comeback against Louisville, dodge a bullet against South Carolina, dodge bullet against Arizona. Sometimes you have to be lucky. I’ll admit it, we were very fortunate to win.”

Perlu waktu 29 tahun, termasuk 10 minggu perjalanan darat di musim (pertandingan) ini karena virus corona, sebelum VanDerveer dan (tim) Cardinal mendapatkan mahkota juara bola basket wanita NCAA lagi.

"Kami mendapat karma baik belakangan ini," kata VanDerveer. "Menang setelah tertinggal melawan Louisville, menghindari peluru melawan South Carolina, menghindari peluru lagi melawan Arizona. Terkadang anda harus beruntung. Saya akui, kami sangat beruntung bisa menang." 

 

---- Tara VanDerveer - Head Coach Stanford Women Basketball, 68 years old, after winning 2021 NCAA Women Basketball National Championship.

 

  

 

Saat masih hijau, 40-50 tahun lalu, saya yakin 100% bahwa kalau seseorang belajar keras, bekerja keras, berusaha keras tanpa putus-asa, suatu hari ia pasti akan sukses, pasti akan menjadi nomor 1, pasti kaya, pasti menggapai apa yang ia inginkan.

Dengan berjalannya waktu, bertambahnya umur dan rambut putih, saya (akhirnya) menyadari bahwa belajar keras, bekerja keras, berusaha keras, tidak menjamin seseorang pasti sukses, pasti kaya, pasti mendapatkan apa yang ia inginkan.

Memang, dengan bekerja keras saya yakin seseorang akan bisa hidup (relatif) nyaman dan (yang pasti) tidak kelaparan.

Tapi kalau seseorang ingin sukses luar biasa, ingin menjadi nomor 1 (menjadi presiden, misalnya), ingin kaya raya, ingin mendapatkan apa yang ia inginkan, kerja keras saja tidak cukup. Pada akhirnya nasib dan keberuntungan yang menentukan.

Terkadang anda harus beruntung, kata VanDerveer.

"Tapi Mas Iyan," sergah anda. "Masa sih kita harus mengandalkan nasib saja agar bisa sukses main saham?"

Jangan salah mengerti.

Saya tidak bilang bahwa seseorang tidak perlu belajar keras, tidak perlu bekerja keras, tidak perlu berusaha semaksimum mungkin, cukup mengandalkan nasib dan bisa sukses main saham.

Untuk sukses main saham, anda HARUS bekerja keras dan berusaha keras. Itu tidak bisa ditawar.

Tapi yang sangat penting anda sadari adalah ini: tingkat kesuksesan yang anda dapatkan—setelah anda bekerja dan berusaha sekeras mungkin— tergantung pada keberuntungan anda.

Warren Buffet, investor saham legendaris dari Amerika Serikat, pun mengakui bahwa ia bisa menjadi salah satu investor paling kaya di dunia karena dirinya beruntung.

Masih tidak percaya?

Saya juga pernah membaca artikel tentang simulasi komputer yang dilakukan Alesandro Pluchino dan kawan-kawan di Universitas Catania di Italia yang mencoba mencari tahu apa yang berperan paling penting dalam menggapai sukses: apakah bakat (talent), kepandaian (intelligence), atau keberuntungan (luck)?

Dari simulasi tersebut Alesandro Pluchino berkesimpulan bahwa orang yang paling sukses adalah orang yang paling beruntung. Bukan yang paling berbakat. Bukan yang paling pintar.

“The maximum success never coincides with the maximum talent, and vice-versa,” kata periset-periset tersebut.

Kesuksesan paling maksimal tidak berhubungan lurus dengan bakat/kepandaian paling maksimal; kesuksesan paling minim juga tidak berhubungan lurus dengan bakat/kepandaian paling minim.

Terkadang anda harus beruntung.

 

---###$$$###---

 

Nah, apa hubungan "terkadang anda harus beruntung" dengan main saham?

Banyak sekali hubungannya. Saya berikan 1 contoh ya.

Misalkan anda dan teman anda (katakanlah namanya Ahok) bekerja keras menganalisa saham yang layak dibeli. Dari analisa tersebut anda dan Ahok berkesimpulan bahwa saham A, B, C, D, E, F, G, H, I, J paling berpotensi memberi keuntungan maksimum kalau anda beli dan pegang selama 1 tahun. Karena potensi saham-saham tersebut kelihatannya sama saja, anda memutuskan membeli Saham A-E; Ahok memutuskan membeli saham F-J.

Setelah berlalu 1 tahun, portofolio anda naik 18%. Cukup baik, kan?

Tapi masalahnya, portofolio Ahok naik 88%.

Kok bisa?

Padahal ketika anda dan Ahok menganalisa, potensi saham-saham tersebut kelihatannya tidak berbeda jauh.

Kok bisa?

Saya tidak tahu jawabannya. Yang saya tahu adalah "terkadang anda harus beruntung."

Yang saya tahu juga dari contoh di atas: si Ahok jauh lebih beruntung dari anda.

 

 


Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Saturday, March 20, 2021

Contoh Penerapan Trading Plan Scot Lowry

Di pos "Trading Plan Yang Menguntungkan Dengan Indikator Moving Average" saya beberkan trading plan Scot Lowry di buku The Magic of Moving Averages.

 


 

Tapi di pos itu tidak saya sertakan contoh chart/graphic Trading Plan Scot Lowry, sehingga—mungkin—banyak pembaca yang tidak mengerti apa yang dibeberkan.

Di bawah ini ini adalah contoh yang diberikan Scot Lowry:

 

Chart 1. Contoh Penerapan Trading Plan Yang Menguntungkan Scot Lowry

1. Eighteen day moving average crosses above the forty day moving average. (You are now looking for buying opportunity).

Moving Average 18 hari menyilang ke atas moving average 40 hari. (Anda sekarang menunggu kesempatan untuk membeli).


2. Allow the market price to drop below the eighteen day moving average, for the first time.

Tunggu harga turun ke bawah moving average 18 hari, untuk pertama kali.


3. Place a BUY order above the eighteen day moving average.

Masukan order BELI bila harga naik ke atas moving average 18 hari.

 

4. After confimation of a fill from your broker, place protective stop just below the forty day moving average.

Setelah berhasil membeli, tentukan titik cut-loss di bawah moving average 40 hari.

 

---###$$$###---

 

Beberapa poin penting dari Trading Plan Scot Lowry yang perlu anda perhatikan:

 

1. Beli saham yang uptrend (cenderung naik). Bukan beli saham downtrend (cenderung turun).

2. Sabarlah menanti sampai saham mengkonfirmasi bahwa ia sedang uptrend. Di Trading Plan Scot Lowry konfirmasi uptrend adalah saat Moving Average 18 hari menembus ke atas Moving Average 40 hari.

3. Setelah uptrend terkonfirmasi, TUNGGU harga saham terkoreksi.

4. Setelah harga terkoreksi, belilah saat saham NAIK menembus titik tertentu. Bukan beli saham saat harga turun.

5. Setelah membeli saham, INGAT untuk menetapkan titik cut-loss dan konsisten cut-loss kalau harga turun ke titik tersebut.


 

 

Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Tuesday, February 23, 2021

Haruskah Belajar Analisa Teknikal Agar Untung Main Saham?

Di pos "Haruskah Belajar Analisa Fundamental Agar Untung Main Saham" saya menyatakan bahwa tidak harus belajar Analisa Fundamental agar bisa untung main saham.

Kalau begitu, haruskah belajar Analisa Teknikal agar bisa untung main saham?

Haruskah?

 

 

Jawabannya:

Tidak harus belajar Analisa Teknikal agar bisa untung main saham.

Kok gitu?

Lihat saja contoh yang paling jelas: Warren Buffet, investor legendaris dari negeri paman Sam. Sepengetahuan saya, beliau tidak mengerti Analisa Teknikal. Tanpa mengerti Analisa Teknikal ia bisa menjadi (salah satu) investor saham paling sukses di dunia.

Jadi Mas Iyan, kalau tidak harus belajar Analisa Fundamental dan tidak harus belajar Analisa Teknikal agar bisa untung main saham, harusnya belajar apa dong?

Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, perlu saya tambahkan bahwa selama ini saya tahu persis banyak pemain saham (di Indonesia sini) yang tidak mendalami (mengerti) Analisa Fundamental dan juga tidak mendalami (mengerti) Analisa Teknikal tapi sukses meraih untung di bursa saham.

Rahasianya?

Mereka KONSISTEN.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN main saham IPO.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN main saham Right Issue.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN membeli saham yang sudah turun banyak, dipegang terus, dan hanya dijual kalau sudah naik.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN membeli saham yang lagi lari naik dan di cut-loss kalau turun

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN membeli saham di harga Rp 50 (harga terendah di pasar regular) dan menjual kalau harga naik di atas Rp 50.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN main saham dengan jangka waktu super cepat: beli, naik 1-2 poin langsung dijual.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN main saham jangka waktu pendek: beli hari ini, jual besok.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN main saham jangka waktu menengah: beli hari ini, jual minggu depan.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN main saham jangka panjang: beli hari ini, jual tahun depan.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN main saham Indonesia saja.

Ada pemain saham yang untung karena KONSISTEN main saham Amerika saja.

Ada juga pemain saham yang rugi main saham lalu meninggalkan saham dan untung karena KONSISTEN main Bitcoin.

Cara yang mereka lakukan berbeda-beda, bahkan bertolak belakang, tapi yang sama adalah mereka KONSISTEN.

 

Jadi, agar bisa untung main saham, anda tidak harus belajar Analisa Fundamental ataupun Analisa Teknikal. Yang harus anda lakukan adalah belajar KONSISTEN.

 

---###$$$###---

 

Jangan salah paham.

Saya tidak bilang bahwa belajar Analisa Fundamental dan/atau Analisa Teknikal tidak ada gunanya. Belajar apapun, sedikit banyak pasti ada gunanya.

Yang saya katakan adalah anda TIDAK HARUS belajar Analisa Fundamental dan/atau Analisa Teknikal agar bisa untung main saham.

Karena yang lebih penting daripada analisa apapun adalah  keKONSISTENan.

Tapi Mas Iyan, anda bertanya-tanya, bukankah katanya saat main saham kita harus flexibel? Kalau harus konsisten kan artinya tidak boleh flexibel?

Betul, betul. Mungkin saya juga pernah menyatakan bahwa saat bermain saham anda harus flexibel.

Nah, terus terang, anjuran "harus konsisten" dan "harus flexibel" yang bertolak-belakang inilah yang membuat banyak pemain saham gagal meraih untung.

Tapi saya tekankan lagi bahwa jauh lebih penting untuk belajar KONSISTEN.

Mengapa?

Karena manusia pada umumnya lebih cenderung flexibel daripada  konsisten.

[Kalau anda tidak percaya, coba anda renungkan anda dan kegiatan yang anda lakukan: apakah anda lebih sering konsisten atau lebih sering berubah-rubah. Apakah anda makan malam sepiring nasi berlauk tahu tempe dan sambal cobek tepat jam 7 malam konsisten setiap hari? Atau anda makan dengan lauk berbeda-beda tidak selalu tepat jam 7 malam?]

Dengan kata lain: Flexibel tidak harus belajar tapi sudah bisa sendiri. Tapi konsisten harus dipaksakan barulah bisa konsisten.

 

---###$$$###---

 

Pertanyaan berikutnya: Apakah dengan KONSISTEN anda pasti bisa untung main saham?

Tidak juga.

Lah?

Konsisten tidak serta-merta membuat anda pasti untung main saham. Tapi dengan KONSISTEN anda akan tahu apa yang harus terus dilakukan dengan KONSISTEN dan apa yang harus dirubah.

Maksudnya?

Kalau anda KONSISTEN dan hasilnya untung, lanjutkan.

Kalau anda KONSISTEN dan hasilnya rugi berarti ada yang salah. Cari sumber kesalahan tersebut dan perbaiki.

Artinya: setelah KONSISTEN melakukan sesuatu dan hasilnya (relatif) buruk, itulah saatnya anda perlu  (flexibel) merubah cara anda. Lalu coba lakukan cara yang baru tersebut dengan KONSISTEN.
 
Coba anda bandingkan:

Kalau anda berubah-rubah dan hasilnya untung, yang mana yang harus dilanjutkan?

Kalau anda berubah-rubah dan hasilnya rugi, yang mana yang harus diperbaiki?
 
 
Kesimpulannya: Dengan main saham secara KONSISTEN lambat laun anda akan menemukan cara yang cocok untuk meraih untung di bursa saham.
 
 
[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Wednesday, January 27, 2021

Haruskah Belajar Analisa Fundamental Agar Untung Main Saham?

Apakah dengan belajar Analisa Fundamental anda pasti bisa untung dari investasi/main saham?

Dengan kata lain: Haruskah anda belajar Analisa Fundamental agar bisa untung main saham?

Jawabannya adalah: TIDAK harus belajar Analisa Fundamental agar bisa untung main saham.

Kenapa saya begitu yakin?

Di halaman "About" saya tulis bahwa sejak tahun 2003 saya sudah meninggalkan Analisa Fundamental dan beralih penuh ke Analisa Teknikal. Sampai sekarang saya masih main saham dan bisalah untung sedikit-sedikit.

Kalau begitu, pikir anda dalam hati, berarti kalau mau untung main saham harus belajar Analisa Teknikal?

Mau tahu jawabannya?

Silahkan lanjut baca ke pos "Haruskah Belajar Analisa Teknikal Agar Untung Main Saham?"

 

 

Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2021 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]