Sunday, March 29, 2020

Saham Dibeli Langsung Turun. Sebaiknya Bagaimana?

Pernahkah anda membeli saham, lalu tidak lama kemudian saham tersebut turun? Turun dan terus turun?

Kalau anda sudah main saham cukup lama, kemungkinan anda menjawab: "Bukan cuma pernah. Tapi sering."

Apalagi kalau kondisi pasar sedang panik seperti saat wabah virus Corona melanda di bulan Maret 2020. Harga saham bisa turun dan turun dan turun lebih dalam lagi.

Apa yang sebaiknya dilakukan?




Kalau anda pembaca setia blog ini, anda tahu bahwa saya menyarankan untuk menjual (cut-loss) kalau saham anda turun sampai titik cut-loss yang sudah anda tentukan.

Tapi bagaimana kalau anda sebenarnya YAKIN akan fundamental saham yang anda beli? Tidakkah sebaiknya saham tersebut tetap dipegang saja? Lagipula banyak orang berusaha meyakinkan anda (dan diri mereka sendiri) bahwa saham yang berfundamental bagus akan naik lagi setelah badai berlalu.

Saya setuju bahwa saham berfundamental bagus akan naik lagi kalau BENAR fundamental-nya tetap bagus setelah badai berlalu. Tapi tidak ada yang tahu dengan pasti bahwa fundamental saham akan tetap bagus setelah ada masalah serius (seperti wabah virus Corona) meluluhlantakkan roda perekonomian.

Jadi, apa yang sebaiknya dilakukan?

Saran saya (terutama kepada pemain saham jangka panjang): Jual/cut-loss dulu. Kalau nanti kondisi sudah lebih jelas, silahkan beli lagi.

(Kalau anda trader jangka pendek, anda seharusnya sudah menyiapkan trading plan jangka pendek.)


---###$$$###---


Gerald M. Loeb juga membahas topik ini di buku The Battle for Investment Survival:

The short-term method requires the closing of a trade for a reason, and if later the situation changes, then one can re-establish the position. It sometimes can be done at a profit, and sometimes only at a loss in which case one has in effect paid for insurance.

Metode jangka pendek mengharuskan anda punya alasan untuk menjual saham (menutup posisi), dan kalau setelah itu situasi berubah, anda bisa membeli kembali saham tersebut (membuka posisi baru). Terkadang hal itu bisa memberi untung, dan terkadang mendatangkan rugi. Kerugian ini harus anda anggap sebagai premi asuransi.



Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2020 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

19 comments:

  1. badai virus corona sampai juga ke dunia saham ya pak. Saya seorang ibu yg ingin menabung dan menaruh uang saya di saham sejak 2 tahun yang lalu. Saya ga ada ilmu ttg saham. Dan milih sahamnya ikut2an manatau untung. Dan maaf pak, saya skrg gak tau curhat sm sapa soalnya uang saya uda minus 80% dari modal. Padahal uangnya saya kumpulkan dari uang arisan, dan sedikit tabungan atau asuransi anak anak. Mohon saran pak, harus saya apakan portofolio saya itu pak? Suami saya tanya uang kemana, saya cuma bisa diam. Haruskah saya average down (biar cepat keluar) atau beli yg baru yg fundamentalnya bagus tp lg diskon, atau tunggu dulu, atau lupakan saja pak? saya disuruh di rumah aja ini bingung dan kepikiran sama duit saya itu. saya harus gmn ya pak. mohon solusi pak. dana saya 300jt sudah ambles. kalau mau cutloss, kok saya jadi stress gt ya pak. uang habiss padahal saya bukannya punya banyak uang. trimakasih pak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sedih dan prihatin membaca curhat anda.

      Dengan kondisi portofolio turun 80%, saran apapun yang saya berikan, kemungkinan besar tidak tepat.

      Tapi kalau anda memaksa saya memberikan saran, saya sarankan anda TUNGGU DULU. Kalau portofolio bisa naik sehingga rugi hanya 50% (atau kurang), pertimbangkan untuk cut-loss.

      Dengan posisi rugi 80%, tindakan cut-loss rasa-rasanya sudah terlalu extreme.

      Average down juga BUKAN solusi tepat, karena average down (dengan harapan bisa cepat keluar) seringkali membuat kerugian malah tambah dalam.

      Sekali lagi, saya sangat prihatin dan sedih dan tidak tahu harus memberi saran apa yang lebih baik.

      Delete
    2. Emang beli saham apa aja bu. Saya juga sama kaya ibu caranya biar ga strrss jangan buka porto bu tunggu ekonomi membaik baru buka porto.
      Liat porto jadi strrss jadi jangan buka porto. Stress nanti bisa sakit.
      Duit bisa dicari kesehatan tidak ada yg jual hanya jasa dan obat yang bisa dibel.

      Delete
  2. Saya ikut sedih Bu, pasar memang kejam. Mgkin Ibu bisa baca artikelnya Bung Iyan yg brjdul "tiga hal maha penting sebelum beli saham". Smoga kdepannya bisa lebih baik.. krna berkat artikel itu pula saya berani main saham. Walaupun ttap saja saat ini porto saya sdah minus -29% dan dalam posisi full cash

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bu. trimakasih sudah share sedikit. saya ini jadi bingung mau maju, mundur atau apa, soalnya kepikir duit itu terus. semoga ada perubahan di market. biar ruginya berkurang. 😅

      Delete
  3. Terimakasih sarannya untuk Tunggu Dulu Pak.. Apakah menurut bapak ada kemungkinan IHSG membaik dan harga saham kembali tinggi? Bagaimana Pengalaman bapak sewaktu krismon tahun 1997 dulu? saya lihat kok kayak mirip di tahun ini ya pak.. Bedanya, ini ada corona. Merana saya gegara saham ini pak. Abis duit orang yang gak berduit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selama bumi masih berputar, cepat atau lambat IHSG akan naik lagi.

      Masalahnya: belum tentu saham NYANGKUT yang kita pegang akan naik lagi ke harga kita beli.

      Kalau saham yang anda pegang adalah saham blue-chip (perusahaan besar dan ternama, seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, UNVR, ASII, dst), cepat atau lambat saham akan naik kalau kondisi perekonomian membaik.

      Tapi kalau saham nyangkut yang anda pegang adalah saham-saham kecil atau gorengan, belum tentu saham akan naik lagi ke harga anda beli.

      Satu hal lagi: JANGAN 100% percaya jawaban dan saran saya. Saya juga tidak tahu apa yang akan terjadi di masa datang.

      Delete
    2. Ijin bertanya pak Iyan. Ketika dulu anda gagal total dengan aliran fundamental, apakah emiten yg anda pegang adalah blue chip seperti yg anda sebutkan di atas? Maaf kalau pertanyaan saya menyinggung anda..

      Delete
    3. Saat saya gagal total, itu bertepatan dengan Krisis Moneter tahun 1998.

      Sebelum saya menjawab pertanyaan anda, saya ingin bertanya: apakah KrisMon 1998 berdampak pada anda? Apa dampaknya?

      Delete
  4. Saat itu saya masih smu.. Orang tua saya usaha toko oli.. Seingat saya krismon 1998 tidak begitu berdampak kepada usaha toko oli kami pak. Yg sekarang ini covid19 cukup memberi dampak.. PSBB dilakukan, dampaknya toko jadi sepi sekali..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat Krismon 1998, mayoritas saham yang saya miliki bukan saham blue chips.

      Tapi. . .

      kondisi Krimon tidak pilih kasih: SEMUA saham anjlok, blue chips ataupun bukan.

      Saya tulis di komentar di atas bahwa "cepat atau lambat saham (blue chips) akan naik KALAU kondisi perekonomian membaik."

      Masalahnya tidak ada yang tahu pasti apakah kondisi perekonomian PASTI akan membaik untuk perusahaan tersebut. Dan tidak ada yang tahu pasti BERAPA LAMA kondisi akan membaik.

      Untuk lebih mudah memahami, saya coba pakai kondisi toko oli anda:

      Virus Corona membuat toko oli anda sepi. Anda tidak tahu sepinya akan berapa lama. Bisakah anda bertahan sampai perkonomian membaik? Kalau bisa, nanti toko anda akan ramai lagi.

      Tapi perlu dicamkan bahwa belum tentu SEMUA toko (ataupun saham blue chips) bisa sanggup bertahan.

      Delete
  5. Hallo Bung Iyan.
    Dengan kondisi market yg dilanda covid 19, apa yg anda lakukan sbg seorang full time trader.

    Apakah masih trading?
    Apakah anda scalper trading dgn 5-10% dari cash anda?
    Atau wait and see

    Terima kasih pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat kondisi market dihantam Coronavirus, seorang full time trader ya tetap trading.

      Mungkin yang anda mau tahu adalah apakah saya rugi (atau untung) trading saat market anjlok karena Coronavirus?

      Jawabannya: Rugi.

      Tapi (untunglah) ruginya relatif kecil.



      Delete
  6. Artikel yang sangat bermutu saya kira. Saya juga sangat setuju dengan bung Iyan yang menyatakan bahwa tidak ada yang absolut di dunia Saham serta dengan berakhir nya virus corona ini juga tidak serta merta saham yang kita pegang akan naik, itu semua tergantung dengan kondisi dari si perusahaan nya. Saya ad pertanyaan untuk Bung Iyan, katakan lah saya entry pada saham x di harga 300 dan punya time frame 1 bulan, dan cutloss 5 persen, kondisi saham X terkadang naik 2 persen atau 3 persen atau mala sebalik ny turun 2 - 3%, namun pada akhir nya dia cenderung sideways. Apakah setelah jangka wktk 1 bulan saya (komitmen trading plan) harus menjual dan entry ke saham yang lain atau masi bertahan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya, sebaiknya anda jual saham sideway yang sudah mencapai time-frame holding anda.

      Untuk lebih jelasnya, silahkan baca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli."

      https://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/08/cara-main-saham-pemula-setelah-beli.html

      Delete
  7. Dear mas Iyan..

    Salam hangat..
    semoga sehat selalu..
    semoga sukses selalu..

    Akhirnya krisis itu datang juga dan saya benar2 mengalaminya sendiri, bukan sekedar katanya dan katanya seperti di tahun 1998 ataupun 2008.

    Dan alhamdulillah saya termasuk yang beruntung karena sudah keluar duluan (cutloss) sebelum market ARB berhari-hari sehingga tidak mengalami kerugian yang lebih besar.

    Sayapun semakin memahami terhadap apa yang menjadi pilihan mas Iyan dalam berbisnis saham kaitannya dengan timeframe.

    Sebagai contoh saja, yang inves di saham2 BC sekalipun semenjak 5 tahun yang lalu, kira2 saat ini seperti apa portofolionya.

    Untuk teman2 trader dan investor tetap semangat, dibalik kesulitan selalu ada peluang profit. Dan saat ini peluang itupun semakin terbuka lebar. Bagi saya pribadi kunci utama untuk bisa bertahan dalam menghadapi market adalah pada MM yang baik.

    Semoga Allah SWT menolong kita semua dari segala kesulitan..aamiin.

    Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Herlambang, terima kasih untuk komentarnya.

      Saya sudah merasakan KRISIS di saham berkali-kali. Dan yang paling membekas adalah KRISMON di tahun 1998.

      Jadi, cara saya main saham memang terbentuk karena pengalaman (dari krisis-krisis) tersebut.

      Kata orang-orang: pengalaman adalah guru paling berharga.

      Kalau menurut saya: pengalaman adalah guru yang mahal.

      Delete
  8. Mantap mas Iyan

    Tetap survive dari hantaman krisis yang berkali kali, artinya telah menjadi trader pro yang tidak diragukan lagi.

    Semoga saya sebagai pemula bisa mengikuti jejak mas Iyan.

    Kalau melihat IHSG di masa lalu, pasca krisis akan menghasilkan rebound yang sangat kencang.

    Bagaimana pendapat mas Iyan untuk krisis sekarang, jika badai telah berlalu ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setiap krisis mempunyai karakter yang berbeda.

      Selama roda perekonomian masih berputar, saham-saham blue-chip yang harganya turun banyak berpotensi untuk naik kembali.

      Tapi. . .

      Tidak ada yang tahu turunnya sampai ke harga berapa (setelah itu baru naik).

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.