Saturday, September 20, 2014

3 Pilar Untuk Sukses Trading For a Living (Bagian I)

Dr. Alexander Elder di buku Come Into My Trading Room menyatakan bahwa 3 pilar untuk sukses Trading For a Living (Trading Sebagai Profesi) adalah 3M:

1. Mind (Psikologi trading)
2. Method (Metode trading)
3. Money (Manajemen modal)

Figure 1. Cover Buku Alexander Elder Come Into My Trading Room

Elder juga sering ditanya: dari ke 3M tersebut, mana yang paling penting.

Pertanyaan tersebut, kata Elder, adalah seperti bertanya: dari 3 kaki kursi berkaki-tiga, mana yang paling penting. Jawaban Elder: coba copot salah satu kaki kursi, lalu berusahalah duduk di kursi tersebut. Apa yang akan terjadi?

Saya setuju dengan Elder bahwa 3M yang ia paparkan, Mind (psikologi trading), Method (metode trading), dan Money (manajemen modal) adalah tritunggal yang harus anda kuasai jika ingin sukses Trading For a Living. Hilangkan salah satu dari 3M tersebut dan anda akan jatuh terjerembab seperti yang terjadi ketika anda berusaha duduk di kursi yang hanya berkaki dua (apalagi satu).

Tapi . . .

Belajar apapun harus satu-per-satu, tidak bisa sekaligus tiga.

Kalau anda sedang memahat kayu untuk kaki kursi, anda harus memahat satu-per-satu, tidak bisa sekaligus tiga pada saat bersamaan.

Kalau begitu, pertanyaan saya adalah: ketika anda ingin mulai belajar Trading For a Living, sebaiknya anda belajar apa dulu pertama-tama? Apakah psikologi trading? Metode trading? Atau manajemen modal?

Jawaban pertanyaan ini sangat penting karena saya yakin mayoritas pemula yang berangan-angan Trading For a Living ingin langsung terjun main saham. Dan mereka tidak cukup sabar mengekang niat bermain saham sampai mereka menguasai 3M dengan baik.

Jadi, sebaiknya mulai dari mana?

Mari kita bahas.


Method (Metode trading)

Hampir semua pemula main saham memfokuskan diri pada Method (metode trading).

Artinya, hal pertama yang mereka berusaha pelajari adalah teknik dan trik menganalisa saham untuk menentukan saham yang patut dibeli. Menganalisa saham bisa dilakukan dengan analisa fundamental, analisa teknikal, dan analisa-analisa saham jenis lainnya.

Sebenarnya tidak ada salahnya mulai belajar saham dengan mendalami cara menganalisa saham. Tapi, saya tidak setuju dengan pendekatan ini.

Mengapa?

Karena menganalisa saham tidak mudah dan memerlukan waktu belajar panjang dan pengalaman segudang sebelum anda mulai mendapatkan hasil yang memuaskan. Ditambah lagi, beraneka-ragamnya jenis analisa saham—baik analisa fundamental maupun analisa teknikalmembuat pemula bingung harus mulai mendalami yang mana.

Apakah mulai dari analisa fundamental? Kalau iya, apa yang dianalisa? Apakah Price-to-Earnings-Ratio (PER)? Book Value? Cash flow? Bagaimana kalau mulai dari analisa teknikal? Indikator apa yang sebaiknya pertama dipelajari? Moving Average? Relative Strength Index (RSI)? Moving Average Convergence Divergence (MACD)? Stochastics?

Belum mulai saja sudah puyeng.

Nah, kalau memulai bukan dengan Method, lalu sebaiknya mulai dengan apa?


Mind (Psikologi trading)

3M pertama yang dibahas Dr.Elder di buku Come Into My Trading Room adalah Mind (psikologi trading). Apakah ini menyiratkan bahwa Elder menganggap psikologi trading adalah hal pertama yang harus dipelajari pemula Trading For a Living?

Mungkin.

Dengan menempatkan Mind sebagai M pertama yang ia diskusikan, anda (dan saya) bisa (salah) menarik kesimpulan bahwa Elder menganggap psikologi trading adalah hal pertama yang harus didalami Trader For a Living.

Tapi, Elder tidak pernah menyatakan begitu. Ia berulang-ulang menyatakan bahwa 3M adalah suatu kesatuan, suatu tritunggal.

Lalu mengapa Elder mendiskusikan Mind sebagai topik pertama?

Menurut saya, Elder menempatkan Mind pada posisi pertama karena ia, sebelum mendalami ilmu trading, adalah seorang psikiater. Sebagai psikiater, tidak heran kalau iamungkin saja secara tidak sadar—menempatkan psikologi trading sebagai hal pertama yang perlu dipelajari untuk sukses Trading For a Living.

Tapi saya juga tidak setuju dengan pendekatan ini.

Jangan protes dulu.

Bukannya saya mengatakan bahwa psikologi trading tidak penting. Jauh dari itu. Psikologi trading sangat penting. Bahkan, mayoritas pemula tidak naik kelas menjadi pemain saham intermediate (apalagi mahir) karena mereka tidak pernah memikirkan aspek psikologis main saham.

Tapi . . .

Pemula tidak akan mengerti psikologi trading SEBELUM ia mengalami permasalahan psikologi trading. Artinya, sebelum ia terjun dan melakukan trading, ia tidak akan merasakan apa dan mengapa psikologi sangat vital untuk sukses Trading For a Living.

Nah, kalau anda ingin mendalami psikologi trading berarti anda terlebih dulu harus trading saham. Kalau harus trading berarti anda harus tahu dulu dasar-dasar metode trading. Begitu kan? Jadi, sebelum mendalami psikologi trading berarti sebaiknya anda mendalami Method dulu, betul?

Betul.

Menurut saya, sebelum mendalami Mind (psikologi trading), pemula Trading For a Living perlu mendalami dulu Method (metode trading).

"Tapi bung Iyan," protes anda. "Tadi anda tidak setuju pendekatan mulai belajar dari Method karena terlalu banyak yang harus dipelajari dan perlu waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil. Kok sekarang berubah?"

Tidak begitu.

Menurut saya, Method bukanlah hal yang perlu dipelajari pertama-tama. Tapi urutan mendalami Mind seharusnya adalah setelah Method.

Jadi, kalau begitu apa yang sebaiknya pertama didalami calon Trader For a Living?

Karena hanya tersisa Money berartimenurut Iyan Terus Belajar Saham hal pertama yang harus didalami pemula main saham adalah manajemen modal.

Mengapa?

Mau tahu jawabannya? Silahkan lanjut baca ke pos "3 Pilar Untuk Sukses Trading For a Living, Bagian II." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]







 Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2014 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

    Monday, September 1, 2014

    Hubungan Indikator Analisa Teknikal Dengan Harga Saham

    Pada tanggal 05 Juli 2014, bung Herlambang bertanya di pos "Arti Istilah 'Saham Bonus'":
    2. "...grafik tengah ada keterangan garis lurus stochastic %K, garis putus-putus stochastic %D. Sy perhatikan jika garis stochastic %K dan %D berpotongan dan naik, maka selalu naik terus, apakah disitu berarti saatnya beli ? dan jika garis stochastic %K dan %D berpotongan dan turun, maka selalu turun terus, apakah disitu berarti saatnya jual ?"
    Figure 1. Chart AAPL with Stochastics (%K%D). [Source: finance.yahoo.com]

    Ini adalah pertanyaan yang bagus karena tersirat bahwa bung Herlambang berusaha mencari korelasi (hubungan) antara indikator analisa teknikal Stochastics dengan gerak harga saham.

    Saya sudah menjawab pertanyaan tersebut di bagian komentar pos "Arti Istilah 'Saham Bonus'", tapi saya merasa topik ini penting untuk didiskusikan lebih detil dalam pos tersendiri.

    Mari kita mulai.

    ---0---

    Benar bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, biasanya garis %K lanjut naik.

    Juga benar bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, biasanya garis %K lanjut turun.

    Masalahnya, mayoritas pemain saham mengambil kesimpulan yang SALAH bahwa:
    • kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, maka garis %K selalu lanjut naik.
    • kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, maka garis %K selalu lanjut turun.

    Kenapa kesimpulan ini salah?

    Sebelum kita lanjut, saya perlu mengingatkan anda bahwa hampir SEMUA indikator analisa teknikaltermasuk Stochastics—adalah hasil perhitungan matematis data harga (atau volume) masa lalu. Pada kasus stochastics, stochastics akan naik kalau harga naik; stochastics akan turun kalau harga turun.

    Nah, dari pernyataan "kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, maka garis %K selalu lanjut naik" tersirat bahwa karena Stochastics naik berarti harga akan naik.

    Dengan kata lain, pada pernyataan tersebut tersirat hubungan sebab-akibat sebagai berikut: Sebab Stochastics naik, akibatnya harga saham naik.

    Ini tidak masuk akal karenaseperti saya sebutkan di atas—perhitungan matematis Stochastics didapatkan dari harga. Jadi, tidak mungkin Stochastics yang mempengaruhi harga. Apalagi mempengaruhi harga saham di MASA DEPAN.

    Intinya, HARGA sahamlah (di masa lalu dan saat ini) yang membentuk Stochastics.

    Jadi hubungan sebab-akibat yang benar adalah:
    • Sebab harga naik, akibatnya Stochastics naik.
    • Sebab harga turun, akibatnya Stochastics turun.


    Hubungan sebab-akibat ini penting anda ketahui dan resapi karena banyak pemain saham kecewa dengan analisa teknikal karena mereka mengharapkan prediksi yang ABSOLUT dari indikator analisa teknikal yang mereka gunakan.

    Padahal sudah saya tulis dengan gamblang di pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis)":

    Prinsip Keempat: Prediksi dari analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.
    Tidak absolut? Kok begitu?
    Artinya, hanya karena analisa teknikal memberi sinyal bahwa saham akan naik, tidak berarti saham tersebut harus naik. Analisa teknikal (seperti juga analisa fundamental dan analisa-analisa lainnya) bersifat prediksi atau, dengan kata lain yang lebih gamblang, nebak. Intinya, ketika kita menebak, tebakan kita bisa salah.
      
    Pesan moral pos ini: 
    • Semua indikator analisa teknikal adalah perhitungan matematis dari harga (atau volume) saham. 
    • Indikator analisa teknikal TIDAK mempengaruhi naik-turunnya harga saham.
    • Harga sahamlah yang mempengaruhi naik-turunnya indikator analisa teknikal.
    • Indikator analisa teknikal tidak mungkin salah.
    • Prediksi anda berdasarkan indikator analisa teknikal BISA salah.
    • Jadi, jangan menyalahkan indikator analisa teknikal kalau harga saham bergerak berlawanan dengan terkaan anda.

    "Oke," kata anda. "Tapi mengapaseperti bung Iyan tulis di atas kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, biasanya garis %K lanjut naik. Kebalikannya, bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, biasanya garis %K lanjut turun. Bagaimana penjelasannya?"

    Tentu saja ada penjelasan yang masuk akal untuk itu. Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Mengapa Stochastics Yang Naik Biasanya Lanjut Naik; Yang Turun Biasanya Lanjut Turun?" [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]"







     

    Pos-pos yang berhubungan:

      [Terima kasih bung Herlambang telah menginspirasi saya untuk menulis pos ini.]

      [Pos ini ©2014 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]