Saturday, December 25, 2010

Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian III)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool


Selamat Hari Natal 2010.

Salah satu masalah metode cut-loss dengan nominal tertentu adalah anda harus mengira-ngira gejolak/volatilitas saham--suatu hal yang tidak mudah. Masalah bertambah banyak karena volatilitas tidak hanya berbeda antara saham yang satu dengan yang lain; volatilitas juga tergantung kondisi pasar. Artinya: volatilitas suatu saham bisa berubah dari waktu ke waktu. Volatilitas/gejolak harga saham BUMI pada saat ini belum tentu sama dengan gejolak 6 bulan lalu. 

Lah, terus bagaimana dong? 

Tenang, jangan panik dulu. Ada solusi yang mudah untuk masalah ini. Anda sebenarnya tidak perlu tahu angka spesifik volatilitas masing-masing saham; anda hanya perlu tahu volatilitas suatu saham RELATIF terhadap saham lain. 

Maksud saya begini. Di atas, saya mengatakan bahwa gejolak harga saham-saham blue-chips (berkapitalisasi besar) tidaklah sebesar gejolak saham-saham lapis kedua (second line) atau lapis ketiga. Kalau anda bisa membedakan saham blue-chips dari saham bukan blue-chips, anda bisa memakai metode cut-loss nominal ini.

Yang perlu anda lakukan adalah mengklasifikasikan saham berdasarkan golongan, misalnya: A. Blue-chips, B. Lapis kedua, C. Lapis ketiga. Untuk sekarang ini kalau anda belum bisa membedakan saham lapis kedua dan lapis ketiga, klasifikasikan saja saham menjadi dua golongan: A. Blue-chips, B. Bukan Blue-Chips. 

Apa saja saham-saham blue-chips itu? Kalau anda belum bisa menentukan sendiri, golongkan saham-saham berikut sebagai blue-chips: ASII, ANTM, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BUMI, GGRM, INCO, INDF, ISAT, PGAS, PTBA, SMGR, TLKM, UNTR, UNVR. 

Langkah berikut adalah menentukan berapa besar volatilitas saham golongan B RELATIF terhadap saham golongan A. Katakan saja anda menganggap saham golongan B bergejolak 2 kali lipat golongan A. Dengan demikian, nominal Rupiah saham golongan B yang boleh anda beli adalah SETENGAH dari saham golongan A. 

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat ilustrasi berikut. 

Misalkan total modal main saham anda adalah Rp 100 juta dan anda menetapkan Rp 2 juta (2% dari modal) sebagai nominal kerugian pemicu cut-loss masing-masing saham. Anda juga menetapkan penurunan 5% untuk cut-loss saham golongan A. Dengan demikian, anda harus cut-loss saham-saham golongan B kalau mereka turun 10% (karena gejolak saham golongan B diasumsikan 2 kali golongan A). 

Karena nominal cut-loss adalah Rp 2 juta dan nominal ini sama untuk semua saham, maka jumlah nominal saham golongan A yang boleh anda beli: 

(100% / 5%) x Rp 2 juta = Rp 40 juta 


Jumlah nominal saham golonga B yang boleh anda beli:

(100%/10%) x Rp 2 juta = Rp 20 juta

Jadi kalau anda menetapkan bahwa gejolak harga saham golongan B adalah 2 kali saham golongan A, jumlah nominal saham golongan B yang boleh anda beli adalah SETENGAH dari golongan A.

Kalau ada golongan C yang anda perkirakan volatilitasnya 3 kali lipat golongan A, jumlah nominal saham golongan C yang boleh anda beli adalah SEPERTIGA dari golongan A.

Agak rumit, tapi tidak terlalu sulit, bukan?


Kalau anda tidak mau menggolongkan saham berdasarkan blue-chip dan non-blue-chip, anda bisa mencoba menggolongkan saham berdasarkan harga. Misalnya: A -- harga di atas Rp 2000, B -- harga antara Rp 200 dan 2000, C-- harga di bawah Rp. 200.

Tapi masih ada masalah lain dengan metode ini. Mau tahu? Lanjut baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian IV)."








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Saturday, December 18, 2010

Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian II)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian I)."

Kelemahan cut-loss berdasarkan persentase: metode ini menerapkan cut-loss sama rata untuk semua saham tanpa kecuali padahal gejolak harga (volatilitas) saham tidak semuanya sama.

Kalau anda perhatikan dengan seksama, gejolak harga saham-saham blue-chips (misalnya ASII, BMRI, TLKM) tidak sebesar gejolak saham-saham lapis kedua atau ketiga (BHIT, JPRS, MLPL). Artinya: kemungkinan saham TLKM untuk naik atau turun, misalnya, sebesar 20% dalam sehari relatif kecil dibanding kemungkinan MLPL naik atau turun 20%.

Kalau anda memakai persentase cut-loss sama untuk saham yang gejolak harganya tinggi, ada kemungkinan anda akan terkecoh untuk cut-loss. Setelah anda cut-loss, saham itu kembali naik.

Tapi janganlah anda memakai kelemahan di atas sebagai alasan untuk tidak menetapkan titik cut-loss. Kalau anda adalah seorang pemula main saham, baik sebagai investor ataupun sebagai trader/pedagang, dan belum bisa membedakan gejolak/volatilitas masing-masing saham, tentukan cut-loss dengan metode persentase dan JANGAN sekali-kali main saham yang gejolaknya besar.

Saya sarankan anda untuk main hanya saham blue-chips atau saham yang berkapitalisasi besar saja. Kalau anda ngeyel dan tetap main saham-saham lapis kedua atau bahkan lapis ketiga, sangat besar kemungkinan anda akan merugi besar dalam waktu singkat.


Cut-Loss/Stop-loss Berdasarkan Jumlah Nominal Tertentu

Dengan metode ini anda menentukan jumlah nominal kerugian sebagai titik cut-loss. Cara ini kelihatannya sama saja dengan metode persentase tapi sebenarnya tidaklah demikian. Mengapa? Karena kita menentukan jumlah nominal kerugian berdasarkan total modal kita, bukan berdasarkan nominal masing-masing saham yang kita beli.

Dr. Alexander Elder di buku Come Into My Trading Room menyarankan pemicu cut-loss untuk masing-masing saham adalah 2% dari total modal. Kalau misalkan total modal main saham anda adalah Rp 100 juta, nominal kerugian pemicu cut-loss anda adalah Rp 2 juta.


Maksud saya begini: begitu saham anda mencapai kerugian Rp 2 juta, anda harus langsung menjual. Jadi kalau anda beli saham sejumlah Rp 10 juta, anda harus cut-loss kalau rugi mencapai Rp 2 juta. Kalau anda beli sejumlah Rp 100 juta, anda juga harus cut-loss kalau rugi Rp 2 juta.

Ingat: tidak peduli apakah anda beli satu saham sejumlah Rp 10 juta, 20 juta, 50 juta, ataupun 100 juta, anda harus cut-loss kalau kerugian saham tersebut mencapai Rp 2juta.

Nah, kalau anda bisa mengira-ngira gejolak harga saham yang anda mau beli, metode cut-loss ini lebih tepat daripada metode persentase. Misalkan menurut pengamatan anda saham TLKM kalau turun 5% biasanya akan terus turun. Dengan kata lain: kalau TLKM turun 5%, anda cut-loss. Karena nominal cut-loss anda adalah Rp 2 juta (2% dari total modal Rp 100 juta), berarti anda boleh membeli TLKM sejumlah:

(100% / 5%) x Rp 2 juta = Rp 40 juta

Jadi anda boleh beli TLKM sejumlah Rp 40 juta dan kalau ia turun Rp 2 juta (5% dari Rp 40 juta), anda cut-loss.

Misalkan juga menurut pengamatan anda saham MLPL akan terus turun kalau sudah turun 20%. Karena nominal cut-loss adalah tetap Rp 2 juta, jumlah nominal MLPL yang boleh anda beli adalah:

(100% / 20%) x Rp 2 juta = Rp 10 juta

Jadi anda boleh beli MLPL sejumlah Rp 10 juta dan kalau ia turun Rp 2 juta (20% dari Rp 10 juta), anda cut-loss.

Kalau anda tidak tahu volatilitas saham, bagaimana caranya memakai metode ini? Lanjutkan baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian III)." 








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Monday, December 13, 2010

Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian I)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Sebelum membaca pos ini, sebaiknya anda baca dulu "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini."

Cut-loss/stop-loss adalah aksi menjual saham kita yang posisinya rugi agar kerugian tidak bertambah besar. Sebenarnya cut-loss ini adalah bagian dari teknik menjual. Tapi karena begitu pentingnya cut-loss untuk keselamatan finansial anda kala bermain saham, saya terdorong untuk mendiskusikan cut-loss sebagai topik tersendiri.

Ada berbagai cara melakukan cut-loss/stop-loss. Metode-metode tersebut antara lain berdasarkan:

  • Persentase tertentu
  • Jumlah nominal tertentu
  • Titik support
  • Analisa teknikal lain-lain

Apapun metode yang anda pilih, anda harus ingat dua hal berikut:

1. Titik/harga cut-loss harus ditentukan langsung pada saat anda membeli (membuka posisi awal). Jadi begitu anda memiliki saham, detik itu juga anda sudah harus tahu titik cut-loss saham tersebut. Jangan pakai alasan,"Nanti kalau sudah turun baru saya tentukan cut-loss di mana." Kalau saham sudah turun, pikiran anda sudah terkontaminasi pergerakan harga saham dan keputusan anda kemungkinan besar akan salah dan mengakibatkan kerugian jauh lebih besar.

2. Titik cut-loss tidak boleh dirubah ke arah yang berpotensi merugikan lebih besar; titik cut-loss hanya boleh dirubah ke arah yang potensi ruginya lebih kecil. Maksud saya begini: kalau anda membeli saham di harga Rp 1000 dan menetapkan cut-loss di 900, ketika saham turun ke harga 950, anda TIDAK BOLEH berubah pikiran dan menurunkan titik cut-loss ke 800. Tetapi anda boleh—kalau anda punya alasan kuat—untuk menaikkan titik cut loss, misalnya, ke 930. Jadi, titik cut-loss adalah jalan satu arah, hanya boleh dirubah ke arah yang potensi kerugiannya lebih kecil.

Metode cut-loss berdasarkan titik support dan analisa teknikal relatif rumit karena untuk melakukannya, anda harus sudah menguasai seluk-beluk analisa teknikal. Kalau anda harus lebih dulu belajar analisa teknikal—yang memerlukan pengorbanan waktu dan usaha yang besar—saya yakin anda malahan tidak akan menentukan titik cut-loss sama sekali. Karena itu, saya menganjurkan para pemula untuk memakai metode persentase atau metode jumlah nominal.


Mari kita mulai.


Cut-Loss Berdasarkan Persentase

Dengan metode ini anda menentukan besar persentase penurunan harga saham sebagai acuan untuk cut-loss. Persentase acuan ini anda terapkan sama rata pada semua saham yang anda beli.

Misalkan anda menetapkan penurunan harga 10% untuk cut-loss. Kalau anda membeli saham TLKM di Rp 8.000, berarti titik cut-loss adalah:

8.000 – (10% x 8.000) = 7.200

Jadi kalau saham TLKM turun ke Rp 7.200, anda harus langsung jual untuk stop kerugian anda.

Metode persentase ini cukup sederhana jadi tidak ada alasan untuk tidak menentukan titik cut-loss. Hanya saja masih ada satu hal yang harus ditentukan: berapa besaran persentase cut-loss tersebut, apakah 5%, 10% atau lebih?

Berapa persen cut-loss yang ideal? Sayangnya, tidak ada cut-loss yang ideal. Gerald Loeb di bukunya The Battle for Investment Survival menganjurkan 10%. William O'Neil di buku How to Make Money in Stocks menganjurkan 7-8%.

Anjuran saya: mulailah dengan 10%. Dengan bertambahnya pengalaman anda mengikuti gejolak harga saham, anda dapat merubah persentase cut-loss tersebut di kemudian hari agar sesuai dengan kondisi anda.

Mau tahu kelemahan metode ini? Lanjutkan baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian II)."







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Monday, December 6, 2010

Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian II)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Pos ini adalah lanjutan dari "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian I)."

Yang lebih mengesalkan Karim adalah, setelah ia jual, ENRG malah mulai bergerak naik. Tiga bulan kemudian, ENRG bertengger di kisaran 180. "Kalau ENRG turun ke 120, saya beli balik lah," Karim berpikir. Tapi ENRG bukannya turun, tapi naik ke 250 dan Karim membeli di harga tersebut karena ia yakin ENRG akan naik terus.

Tepat setelah Karim beli, ENRG kembali turun. Siklus di atas terulang kembali, dan lagi-lagi Karim rugi.

Dari ilustrasi di atas, Karim HANYA rugi 20%. Kenyataan di bursa menunjukkan bahwa banyak investor yang enggan cut-loss waktu rugi sedikit, akhirnya menjual saham ketika rugi sudah membengkak.

Coba anda bayangkan kalau Karim membeli saham di harga Rp 1000 lalu saham tersebut turun ke Rp 100. Ia rugi 90% dan kondisi ini bisa-bisa mengancam kesehatan finansialnya.

Saya yakin kasus yang menimpa Karim bukan suatu yang langka. Mungkin anda pun pernah mengalaminya. Saya sendiri mengalami hal tersebut berpuluh-puluh kali ketika saya baru mulai main saham. Kalau saja waktu itu ada yang mengajarkan saya untuk cut-loss, tentu saya tidak akan rugi 40-70% di 5 tahun pertama saya berkecimpung main saham.

Mungkin anda masih ngeyel dan berkata,"Selama ini saya tidak pernah cut-loss. Kenyataannya saham saya setelah turun sementara, akhirnya naik ke harga lebih tinggi dari harga beli."

Betul, kalau kondisi pasar lagi bullish, saham setelah turun malah naik lebih tinggi lagi. Tapi kalau anda memakai ini sebagai acuan investasi atau trading saham, anda akan menderita rugi telak ketika kondisi bullish berubah menjadi bearish. Ingat: pada kondisi bearish, saham tidak naik ke harga beli anda tapi terus-menerus turun. Saham yang anda beli di Rp 5.000 bisa turun ke harga 5oo. Kalau anda tidak cut-loss, saham tersebut harus naik 10 kali lipat hanya untuk balik modal. Kenaikan 10 kali lipat ini mungkin saja terjadi tapi kalaupun terjadi tidaklah mungkin dalam waktu singkat. Yang lebih mungkin terjadi adalah anda menjual saham tersebut sebelum ia mencapai Rp 5.000 lagi.

Memang, berdasarkan pengalaman, cut-loss adalah hal yang sulit dilakukan pemain saham, baik oleh investor ataupun trader/pedagang. Sampai hari inipun saya masih sering ragu untuk melakukannya. Tapi cut-loss adalah tindakan yang amat-sangat penting kalau mau selamat di bursa saham. Saya sendiri baru bisa konsisten cut-loss setelah bermain saham lebih dari 5 tahun. Dan hanya setelah konsisten melakukan cut-loss, saya mulai meraih keuntungan konsisten.

Percayalah, sebelum anda belajar teknik main saham yang lain, yakinkan dulu diri anda betapa pentingnya cut-loss. Tidak ada yang bisa menyelamatkan anda dari kehancuran financial bila anda tidak pernah mau cut-loss.

Mau tahu cara cut-loss? Silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham."







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Sunday, December 5, 2010

Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian I)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Di dunia properti dikatakan bahwa tiga hal paling penting adalah lokasi, lokasi, lokasi. Dalam bermain saham tiga hal terpenting adalah cut-loss, cut-loss, cut-loss.

Apakah cut-loss itu?

Cut-loss (memotong kerugian), atau kadang disebut stop-loss (stop kerugian), adalah tindakan menjual (menutup posisi) saham yang rugi. (Saya berasumsi pemain saham di Indonesia membuka posisi dengan membeli dan menutup dengan menjual karena di Bursa Efek Indonesia sulit untuk short-sell.)

Mengapa cut-loss itu penting?

Cut-loss penting karena tidak ada jaminan bahwa saham yang kita beli tidak akan turun. Kalau sudah turun, saham bisa saja turun banyak lalu naik sedikit dan setelah itu turun lebih banyak lagi. Kalaupun akhirnya naik, belum tentu saham itu naik mencapai harga beli kita.

Nah, cut-loss ini berfungsi seperti sekring yang memutuskan aliran listrik tegangan tinggi yang berpotensi membawa bencana. Dengan melakukan cut-loss, kita menjual sebelum saham turun ke harga yang mengancam keselamatan financial kita. Lagipula, tindakan cut-loss kemungkinan besar akan mencegah kita menjual saham di harga rendah ketika saham tersebut malah sudah akan naik.

Mungkin anda menganggap cut-loss hanya patut dilakukan trader dan tidak penting untuk investor. "Saya kan investor jangka panjang," protes anda dalam hati. "Saya tidak khawatir kalau saham turun." Oh ya? Mari kita lihat ilustrasi di bawah ini.


Misalkan investor Karim Keukeh membeli saham ENRG di harga 150. Setelah tiga bulan, ENRG naik ke 200. Karim senang tapi ia tidak mau menjual. "Kalau ENRG naik ke 250, saya jual deh," begitu pikir si Karim. Ketika saham naik ke 250, ia berubah pikiran dan masih tidak mau jual. "Kalau 300 baru saya jual."
 

ENRG naik ke 280 dan mulai turun. Empat bulan kemudian, saham ENRG turun ke 220, Karim berpikir,"Kalau nanti naik ke 260, saya jual." Sayangnya saham itu hanya naik ke 240, lalu kembali turun. Ke 200, ke 170, ke 150, ke 110. Dan ENRG bertahan di level 100an selama setahun.

"Sungguh sialan si ENRG," kata Karim kepada istrinya. "Kalau dia naik ke 125—rugi Rp 25 alias 20%—saya jual deh." Tiga bulan kemudian, benar ENRG naik ke 125, dan Karim menjualnya. Setelah memegang ENRG hampir 2 tahun Karim menderita rugi 20%, padahal ia bisa untung 60%an kalau menjual di 250.

Urusan Karim dengan ENRG masih belum selesai. Bagaimana selanjutnya? Silahkan klik di sini "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian II)."







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Thursday, December 2, 2010

Main Saham IPO Tidak Berarti Pasti Untung

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Pada pos "Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?" saya mengatakan bahwa keuntungan main saham IPO biasanya sekitar 1% dari modal kalau saham tersebut naik kencang. Anda jangan salah menyimpulkan bahwa main saham IPO pasti untung. Tidak begitu. Seperti investasi atau spekulasi yang lain, main saham IPO bisa untung tapi bisa juga rugi. Mari kita lihat contoh terkini: IPO Wintermar Offshore (WINS).

Data IPO WINS adalah sebagai berikut:

Harga Penawaran: Rp 380.
Jatah book-building: sekitar 2.5%
Jatah pooling: 3.5%
Tanggal listing: 26 November 2010
Harga pada hari pertama: Tertinggi (Hi) 500, terendah (Lo) 350

Mari kita menghitung potensial untung rugi saham WINS.

Pada hari pertama transaksi, kejadian di harga 420 – 500 relatif sedikit dan hanya terjadi dalam waktu singkat, jadi kalaupun anda langsung menjual kemungkinan terjual di harga 405.

Untung dari kenaikan harga:    (405 – 380) / 380 = 6.6%

Total untung = 3.5% (jatah pooling) x 6.6% (kenaikan harga) = 0.23%

Jadi kalau anda ikut pooling Rp 100juta, anda mendapat untung cuma Rp 230.000.

Itu kalau anda cepat menjual di pagi hari. Kalau anda menjual di sore hari di harga 350, anda akan merugi.

Rugi dari penurunan harga:    (380-350) /380 = 7.9%

Total rugi = 3.5% (jatah pooling) x 7.9% (penurunan harga) = 0.28%

Jadi kalau anda ikut pooling Rp 100juta, anda menderita rugi Rp 280.000.

(Kerugian yang relatif kecil dari main IPO membuat saya menganjurkan di pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula" bahwa ada baiknya pemula belajar main saham dimulai dari saham IPO.)

Ketika berspekulasi, kita tidak mungkin menghilangkan sama sekali resiko rugi. Itulah sebabnya saya menekankan bahwa anda harus menentukan titik cut-loss (jual rugi) sebelum saham mulai ditransaksikan. Bila saham turun, anda harus menjual di harga cut-loss/stop-loss yang sudah anda tentukan untuk menghentikan kerugian lebih lanjut.

Ingat: main saham IPO tidak berarti pasti untung; ada kalanya juga anda akan rugi.









Pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]