Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian I)."
Kelemahan cut-loss berdasarkan persentase: metode ini menerapkan cut-loss sama rata untuk semua saham tanpa kecuali padahal gejolak harga (volatilitas) saham tidak semuanya sama.
Kalau anda perhatikan dengan seksama, gejolak harga saham-saham blue-chips (misalnya ASII, BMRI, TLKM) tidak sebesar gejolak saham-saham lapis kedua atau ketiga (BHIT, JPRS, MLPL). Artinya: kemungkinan saham TLKM untuk naik atau turun, misalnya, sebesar 20% dalam sehari relatif kecil dibanding kemungkinan MLPL naik atau turun 20%.
Kalau anda memakai persentase cut-loss sama untuk saham yang gejolak harganya tinggi, ada kemungkinan anda akan terkecoh untuk cut-loss. Setelah anda cut-loss, saham itu kembali naik.
Tapi janganlah anda memakai kelemahan di atas sebagai alasan untuk tidak menetapkan titik cut-loss. Kalau anda adalah seorang pemula main saham, baik sebagai investor ataupun sebagai trader/pedagang, dan belum bisa membedakan gejolak/volatilitas masing-masing saham, tentukan cut-loss dengan metode persentase dan JANGAN sekali-kali main saham yang gejolaknya besar.
Saya sarankan anda untuk main hanya saham blue-chips atau saham yang berkapitalisasi besar saja. Kalau anda ngeyel dan tetap main saham-saham lapis kedua atau bahkan lapis ketiga, sangat besar kemungkinan anda akan merugi besar dalam waktu singkat.
Cut-Loss/Stop-loss Berdasarkan Jumlah Nominal Tertentu
Dengan metode ini anda menentukan jumlah nominal kerugian sebagai titik cut-loss. Cara ini kelihatannya sama saja dengan metode persentase tapi sebenarnya tidaklah demikian. Mengapa? Karena kita menentukan jumlah nominal kerugian berdasarkan total modal kita, bukan berdasarkan nominal masing-masing saham yang kita beli.
Dr. Alexander Elder di buku Come Into My Trading Room menyarankan pemicu cut-loss untuk masing-masing saham adalah 2% dari total modal. Kalau misalkan total modal main saham anda adalah Rp 100 juta, nominal kerugian pemicu cut-loss anda adalah Rp 2 juta.
Maksud saya begini: begitu saham anda mencapai kerugian Rp 2 juta, anda harus langsung menjual. Jadi kalau anda beli saham sejumlah Rp 10 juta, anda harus cut-loss kalau rugi mencapai Rp 2 juta. Kalau anda beli sejumlah Rp 100 juta, anda juga harus cut-loss kalau rugi Rp 2 juta.
Ingat: tidak peduli apakah anda beli satu saham sejumlah Rp 10 juta, 20 juta, 50 juta, ataupun 100 juta, anda harus cut-loss kalau kerugian saham tersebut mencapai Rp 2juta.
Nah, kalau anda bisa mengira-ngira gejolak harga saham yang anda mau beli, metode cut-loss ini lebih tepat daripada metode persentase. Misalkan menurut pengamatan anda saham TLKM kalau turun 5% biasanya akan terus turun. Dengan kata lain: kalau TLKM turun 5%, anda cut-loss. Karena nominal cut-loss anda adalah Rp 2 juta (2% dari total modal Rp 100 juta), berarti anda boleh membeli TLKM sejumlah:
(100% / 5%) x Rp 2 juta = Rp 40 juta
Jadi anda boleh beli TLKM sejumlah Rp 40 juta dan kalau ia turun Rp 2 juta (5% dari Rp 40 juta), anda cut-loss.
Misalkan juga menurut pengamatan anda saham MLPL akan terus turun kalau sudah turun 20%. Karena nominal cut-loss adalah tetap Rp 2 juta, jumlah nominal MLPL yang boleh anda beli adalah:
(100% / 20%) x Rp 2 juta = Rp 10 juta
Jadi anda boleh beli MLPL sejumlah Rp 10 juta dan kalau ia turun Rp 2 juta (20% dari Rp 10 juta), anda cut-loss.
Kalau anda tidak tahu volatilitas saham, bagaimana caranya memakai metode ini? Lanjutkan baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian III)."
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Kelemahan cut-loss berdasarkan persentase: metode ini menerapkan cut-loss sama rata untuk semua saham tanpa kecuali padahal gejolak harga (volatilitas) saham tidak semuanya sama.
Kalau anda perhatikan dengan seksama, gejolak harga saham-saham blue-chips (misalnya ASII, BMRI, TLKM) tidak sebesar gejolak saham-saham lapis kedua atau ketiga (BHIT, JPRS, MLPL). Artinya: kemungkinan saham TLKM untuk naik atau turun, misalnya, sebesar 20% dalam sehari relatif kecil dibanding kemungkinan MLPL naik atau turun 20%.
Kalau anda memakai persentase cut-loss sama untuk saham yang gejolak harganya tinggi, ada kemungkinan anda akan terkecoh untuk cut-loss. Setelah anda cut-loss, saham itu kembali naik.
Tapi janganlah anda memakai kelemahan di atas sebagai alasan untuk tidak menetapkan titik cut-loss. Kalau anda adalah seorang pemula main saham, baik sebagai investor ataupun sebagai trader/pedagang, dan belum bisa membedakan gejolak/volatilitas masing-masing saham, tentukan cut-loss dengan metode persentase dan JANGAN sekali-kali main saham yang gejolaknya besar.
Saya sarankan anda untuk main hanya saham blue-chips atau saham yang berkapitalisasi besar saja. Kalau anda ngeyel dan tetap main saham-saham lapis kedua atau bahkan lapis ketiga, sangat besar kemungkinan anda akan merugi besar dalam waktu singkat.
Cut-Loss/Stop-loss Berdasarkan Jumlah Nominal Tertentu
Dengan metode ini anda menentukan jumlah nominal kerugian sebagai titik cut-loss. Cara ini kelihatannya sama saja dengan metode persentase tapi sebenarnya tidaklah demikian. Mengapa? Karena kita menentukan jumlah nominal kerugian berdasarkan total modal kita, bukan berdasarkan nominal masing-masing saham yang kita beli.
Dr. Alexander Elder di buku Come Into My Trading Room menyarankan pemicu cut-loss untuk masing-masing saham adalah 2% dari total modal. Kalau misalkan total modal main saham anda adalah Rp 100 juta, nominal kerugian pemicu cut-loss anda adalah Rp 2 juta.
Maksud saya begini: begitu saham anda mencapai kerugian Rp 2 juta, anda harus langsung menjual. Jadi kalau anda beli saham sejumlah Rp 10 juta, anda harus cut-loss kalau rugi mencapai Rp 2 juta. Kalau anda beli sejumlah Rp 100 juta, anda juga harus cut-loss kalau rugi Rp 2 juta.
Ingat: tidak peduli apakah anda beli satu saham sejumlah Rp 10 juta, 20 juta, 50 juta, ataupun 100 juta, anda harus cut-loss kalau kerugian saham tersebut mencapai Rp 2juta.
Nah, kalau anda bisa mengira-ngira gejolak harga saham yang anda mau beli, metode cut-loss ini lebih tepat daripada metode persentase. Misalkan menurut pengamatan anda saham TLKM kalau turun 5% biasanya akan terus turun. Dengan kata lain: kalau TLKM turun 5%, anda cut-loss. Karena nominal cut-loss anda adalah Rp 2 juta (2% dari total modal Rp 100 juta), berarti anda boleh membeli TLKM sejumlah:
(100% / 5%) x Rp 2 juta = Rp 40 juta
Jadi anda boleh beli TLKM sejumlah Rp 40 juta dan kalau ia turun Rp 2 juta (5% dari Rp 40 juta), anda cut-loss.
Misalkan juga menurut pengamatan anda saham MLPL akan terus turun kalau sudah turun 20%. Karena nominal cut-loss adalah tetap Rp 2 juta, jumlah nominal MLPL yang boleh anda beli adalah:
(100% / 20%) x Rp 2 juta = Rp 10 juta
Jadi anda boleh beli MLPL sejumlah Rp 10 juta dan kalau ia turun Rp 2 juta (20% dari Rp 10 juta), anda cut-loss.
Kalau anda tidak tahu volatilitas saham, bagaimana caranya memakai metode ini? Lanjutkan baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian III)."
Pos-pos yang berhubungan:
salam kenal pak...
ReplyDeletemo nanya nih.kalo misalkan kita buta akan karakteristik saham emiten (kisaran persentase dimana saham tersebut setelah mencapai kisaran tersebut akan terus turun) bagaimana cara kita menentukan CL dg menetapkan jumlah nominal tertentu?
nice info pak.
Andi, terima kasih untuk pertanyaannya.
ReplyDeleteKalau Andi tidak tahu sama sekali volatilitas/gejolak harga suatu saham, sebaiknya Andi memakai cut-loss metode persentase dan jangan memakai metode nominal tertentu. Salah satu masalah metode nominal adalah kita harus mengira-ngira volatilitas saham--sesuatu yang sulit dilakukan.
Tapi ada solusi sederhana bagaimana memakai metode nonimal ini tanpa harus tahu angka spesifik volatilitas saham. Silahkan baca di pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian III)" yang sudah saya terbitkan.
Ada lagi cara lain menggunakan metode nominal tanpa harus tahu volatilitas saham yaitu dengan mengandalkan analisa teknikal Bollinger Bands. Bollinger Bands sudah mempertimbangkan volatilitas dalam perhitungannya: pita atas dan pita bawah Bollinger Bands berubah-rubah mengikuti volatilitas saham.
Caranya: tentukan harga cut-loss (jual) di Bollinger Band batas bawah. Lalu hitung jumlah saham yang boleh dibeli berdasar nominal cut-loss yang sudah Andi tentukan.
Metode dengan Bollinger Bands ini saya kategorikan metode cut-loss berdasarkan analisa teknikal lain-lain. Saya akan mencoba menulis pos tersendiri untuk topik ini.
Mantap betul postingnya, rekan Iyan!
DeleteOmong2 rekan Iyan disini menyinggung memakai Bollinger Bands. Saya jadi penasaran dan masih menunggu kapan rekan Iyan akan menulis tentang Bollinger Bands ini dalam artikel tersendiri yang lebih detail. Apakah saat ini rekan Iyan masih konsisten dengan Bollinger Bands? Saya tertarik dan ingin tahu lebih lanjut. Terima-kasih.
Rekan Willy,
DeleteSaya belum berencana menulis tentang Bollinger Bands dalam waktu dekat. Maaf. Tapi suatu waktu, saya akan menulis tentang analisa teknikal ini.
Saat ini saya tidak lagi memakai Bollinger Bands karena tidak cocok dengan gaya trading saya.
Semoga membantu.
Kalau begitu, saat ini rekan Iyan memakai indikator teknikal apa selain Bollinger Bands? Dulu rekan Iyan pernah menyinggung kalau ada 2 aliran utama dalam teknikal yaitu trend setting dan osilasi (mohon dikoreksi kalau salah). Apakah rekan Iyan hanya fokus ke salah satunya saja atau konsisten memakai keduanya? Dan sekali lagi, indikator teknikal apa yang saat ini konsisten rekan Iyan gunakan? Terima kasih.
DeleteRekan Willy, saya memakai analisa teknikal yang sederhana dan umum saja.
DeleteKebanyakan orang (terutama orang Indonesia) berprinsip "Kalau bisa ruwet, kenapa harus simple." Kalau saya, prinsipnya "Kalau bisa simple, kenapa harus ruwet."
Untuk trend-following, saya memakai Simple Moving Average dan MACD.
Untuk Oscillator, saya memakai Stochastic.
Rekan Willy sendiri memakai analisa apa dalam bermain saham?
Rekan Iyan, saya sebagai pemula di jagat dunia persahaman memulai dari Analisis Fundamental selama hampir 2 tahun ini. Terutama dengan teknik Discounted Cash Flow dari Charles Mizrahi, tetapi sedikit saya modifikasi agar sesuai dengan karakter saya. Walaupun sudah cukup berhasil dengan teknik ini, saya sadar ilmu saya masih relatif rendah dan saya banyak dibantu dengan trend market yang memang terus bullish belakangan ini. Saya belum berani promosi teknik main saham saya pribadi secara rinci karena saya mau melihat dulu seberapa jauh saya bisa bertahan pada minimal 1 siklus market bullish dan bearish.
DeleteSaat ini saya sudah menyisihkan sedikit uang dari profit investasi untuk mulai trading saham gaya teknikal, makanya saya rajin membaca dan belajar dari praktisi seperti Rekan Iyan. Pengetahuan saya di teknikal baru sedikit sekali, saya hanya tahu Moving Average, Candlestick, dan Bollinger Bands. Itu pun baru sekedar tahu saja dan belum pernah saya terapkan langsung. Saya baru dapat bukunya John Murphy yang Technical Analysis of the Financial Markets kemarin, jadi saya ingin baca2 itu dulu.
BTW, rekan Iyan benar, saya pribadi juga tidak suka analisis aneh2 yang kelewat rumit dan tidak masuk akal. Selama ini saya dengan teknik yang sederhana dan praktis juga bisa bertahan main saham. Kuncinya memang terletak pada disiplin dengan sistem yang sesuai dengan karakter kita dan relatif sering berhasil, juga kerendahan hati untuk mengaku salah dan kalah (cut loss) ketika sistem memberikan prediksi yang meleset. Kalau kelak saya bisa bertahan sampai 7 - 10 tahun (berarti sudah kenyang asam-garam dihantam banteng ngamuk dan beruang ngamuk) dengan sistem saya ini, saya juga akan senang hati berbagi dengan sesama rekan gaya main saham ala Willy, seperti yang rekan Iyan lakukan sekarang. :D
Rekan Willy, terima kasih banget untuk sharing-nya.
DeleteMembaca bahwa anda tetap terus belajar (walaupun sudah bisa meraih untung), saya yakin rekan Willy akan tambah sukses dalam bermain/berinvestasi saham.
Saya sangat setuju dengan pendapat rekan Willy bahwa cara bermain saham harus sesusai dengan karakter kita sendiri.
Salam sukses.
Terima-kasih juga atas blognya yang sangat membantu, rekan Iyan.
DeleteOmong2 ini mungkin agak sedikit melenceng, tetapi apakah rekan Iyan mempunyai suatu gaya tersendiri yang khas ala rekan Iyan selama puluhan tahun bermain saham? Semacam signature moves begitu? Maksud saya seperti Buffet dengan Moat-nya, Graham dengan Margin of Safety-nya, dan O'Neil dengan CAN SLIM-nya. Mereka telah berhasil membangun sesuatu yang khas sesuai karakter mereka dalam bermain saham.
Saya pribadi sangat senang memiliki saham yang pertumbuhannya super eksplosif (high-growth) karena itu berarti saya juga ikut maju dan berkembang bersamaan dengan bangkitnya perekonomian bangsa ini. Mungkin ini terdengar rada aneh, tetapi saya percaya akan daya tahan kita semua sebagai suatu bangsa (kita memang remuk babak belur tahun 1998 dan 2008, tetapi toh kita tetap bangkit lagi dan bahkan lebih kuat dari sebelumnya), oleh karena itu saya berani menempatkan uang saya di pasar modal Indonesia.
Rekan Willy, saya belum bisa mendefinisikan secara detail "signature move" saya. Tapi secara garis besar, saya hanya membeli saham yang UPTREND. Nah, definisi uptrend ini yang belum tentu sama antara pemain saham satu dengan yang lain.
DeleteKetika market Bullish, akan jauh lebih menguntungkan kalau investasi jangka panjang. Saya menyadari hal itu dan saya sudah berkali-kali mencoba untuk merubah bingkai-waktu investasi saya ke jangka yang lebih panjang. Tapi sampai sekarang masih gagal karena sifat saya yang tidak sabar.
Mungkin kapan-kapan ada baiknya kita ngobrol santai tentang saham untuk berbagi ide. Saya harus banyak belajar dari rekan Willy tentang investasi jangka panjang.
Boleh juga rekan Iyan, siapa tahu kelak kita bisa kopi darat. Saya pribadi senang bisa belajar dari sesama praktisi pemain saham. Dari blog anda saja saya baru mengerti teknik trailing cut-loss yang sudah membantu sekali dalam gaya saya bermain saham. Saya masih rendah pengalaman, tetapi saya senang memandang diri saya sebagai seorang technofundamentalist growth investor dan swing trader.
DeleteBTW, kalau rekan Iyan kesulitan memisahkan saham yang untuk long-term investment dan short-term trading, mungkin rekan Iyan bisa membuka lagi satu rekening saham baru yang khusus untuk long-term investment? Paling tidak ini bisa mengurangi godaan psikologis untuk melepas saham yang memang tujuannya disimpan jangka panjang.
Rekan Willy terlalu rendah hati. Dari komentar-komentar anda, saya merasa anda sudah mendapat "return" cukup tinggi dari saham.
DeleteTechnofundamentalist? Kata ini mengingatkan saya pada Nicholas Darvas dan bukunya "How I Made $2,000,000 In The Stock Market."
Trims untuk sarannya. Saya sudah coba memisahkan saham long-term dan saham short-term; tidak berhasil.
Rekan Willy benar, masalah saya adalah masalah psikologis: Saya tidak sabar menunggu. Mungkin penyebabnya adalah saya pernah rugi habis-habisan di tahun2 awal saya main saham sebagai investor jangka panjang. Luka lama ini masih belum hilang. :D
Saya langsung cek buku Darvas yang bung Iyan sampaikan disini. Kaget juga saya karena Darvas telah membangun sistem teknofundamentalis yang cukup mirip dengan yang saya bangun sekarang. Sepertinya O'Neil juga terinspirasi dari Darvas ketika membangun sistem CAN SLIM-nya. Setelah membaca John Murphy sebelumnya, saya yakin yang dimaksud sistem box dengan Darvas adalah harga saham yang berosilasi di antara resistance dan support dengan candlestick untuk melihat rentang high dan low harga saham mingguan, beserta trailing cut-loss untuk berjaga-jaga. Hebat juga Darvas bisa melakukan itu semua hanya di kepalanya saja (mental charting) dan dengan telegram bolak balik ke brokernya di New York (tanpa telepon dan internet).
DeleteDi sisi lain, saya merasa kita harus lebih berhati2 dengan kisah Darvas. Mengapa kisah dia hanya berkisar pada bull market tahun '50-an? Mengapa Darvas tidak tercatat sebagai orang terkaya di Amerika pada zamannya? Setelah sedikit search tentang Darvas, saya pun belajar bahwa Darvas merugi besar dengan sistemnya pada tahun '60-an, sehingga profit yang susah payah dia akumulasikan pada dekade sebelumnya hangus. Ini semakin memperteguh keyakinan saya bahwa sistem main saham saya harus bisa bertahan dulu pada bull market besar dan bear market besar, barulah saya berani promosi bahwa sistem saya memang telah berhasil dan tahan uji.
Bung Willy bergerak kilat, langsung cari dan baca buku Darvas!
DeleteSebab utama main saham sangat sulit adalah karena kondisi yang berubah-rubah. Apa yang "works" di market Bullish sekarang belum tentu "works" di market Bullish berikutnya. Kalau saja kondisi sama terus, tentu banyak pemain saham yang kaya raya.
salam kenal Pak, postingannya sangat menarik dan bermanfaat, setidaknya membantu saya yang pemula untuk memahami seluk beluk saham.
ReplyDeletesaya tidak memahami kinerja atau kondisi fundamental suatu emiten. Saya hanya tahu historycal data harga saham yang saya temukan di yahoo finance (saya pilih yang blue chip). Apakah boleh memilih saham yang akan dibeli hanya berdasarkan data-data tersebut?
pilihan saya adalah ASII, UNVR, BMRI. Apakah pilihan tersebut cukup bagus? dan bagaimana prediksi Bapak untuk market th 2011.
makasih sebelumnya
Kamia, memilih saham berdasar data harga saham historis adalah yang disebut analisa teknikal. Saya sendiri lebih banyak menggunakan analisa teknikal daripada fundamental. Menurut saya analisa teknikal yang benar sangat membantu dalam bermain saham.
ReplyDeletePada halaman "About" (di sebelah kiri "Home") saya mengatakan bahwa saya tidak merekomendasikan jual-beli saham spesifik dan tidak memprediksi harga saham ataupun pasar. Saya hanya menulis tentang cara, konsep, logika, dan teknik main saham. Jadi, maaf saya tidak menjawab pertanyaan tentang saham pilihan Kamia.
Yth Pak Iyan
ReplyDeleteSaya mulai tertarik untuk investasi di saham, karena saya bekerja sudah 15 tahun hanya gaji saja yang kecil.
Pertanyaan saya adalah:
1. Berapa minimal uang yang harus saya sediakan untuk membeli saham?
2. Kemana pertama kali yang harus saya datangi untuk membeli saham tersebut, contoh: saya ingin membeli saham ROTI, kemana saya harus menghubungi untuk mmbeli saham tersebut.
3. Apakah saham yang sudah saya beli tersebut harus saya jual-belikan setiap hari?? apakah tidak bisa saya pendam saja misalnya selama 3 tahun, nanti saya jual kembali???
Terimakasih atas ilmu-ilmunya tentang saham
Salam,
Purnomo
1. Silahkan baca pos "Berapa Sebaiknya Modal Awal Main Saham."
Deletehttp://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/05/berapa-sebaiknya-modal-awal-main-saham.html
2. Silahkan baca pos "Bagaiman Cara Membeli Saham Indonesia."
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/03/bagaimana-cara-membeli-menjual-saham.html
3. Apakah saham mau dijual setiap hari ataupun dipendam seumur hidup, itu semua terserah anda. Sama seperti barang lain yang anda beli, saham yang sudah anda beli menjadi milik anda. Dan anda berhak menentukan apakah mau disimpan atau dijual lagi.
selamat malam pak iyan?
ReplyDeletekalau misalnya beli saya beli saham PT. Garuda.apa dengan membeli saham tersebut saya menjadi salah satu pemegang saham perusahaan tersebut dan menjadi salah satu pemilik perusahaan tersebut? soalnya saya masih pemula dan buta dengan masalah persahaman.
Saham adalah bentuk kepemilikan pada suatu perusahaan. Jadi, kalau anda membeli saham Garuda berarti anda ADALAH salah satu pemilik perusahaan tersebut.
DeleteHak anda atas perusahaan adalah sebesar PERSENTASE saham yang anda miliki. Kalau anda memiliki 1% saham perusahaan, berarti anda memiliki 1% perusahaan tersebut.
Salam kenal pak iyan saya masih newbie dan ingin bantuan pemahaman dari bapak.
DeleteSaya mau bertanya berkaitan dengan jawaban anda diatas, "Hak anda atas perusahaan adalah sebesar PERSENTASE saham yang anda miliki. Kalau anda memiliki 1% saham perusahaan, berarti anda memiliki 1% perusahaan tersebut"
Apakah karena kita memiliki aset saham di perusahaan tersebut kita mendapatkan persentase dari keuntungan perusahaan tersebut?
Semisal saya punya 2% saham di PT.Garuda, apakah saya mendapatkan keuntungan finansial karna saya termasuk pemilik saham di perusahaan tersebut?
Terimakasih pak
Anda akan mendapat persentasi keuntungan KALAU perusahan membagikan dividen.
DeleteSilahkan baca pos "Arti Istilah 'Dividen' Saham."
https://terusbelajarsaham.blogspot.co.id/2011/05/arti-istilah-dividen-saham.html
saya pemula dalam saham. baru dua minggu. saya cuma nyoba beli 1 lot dari masing-masing saham saat harganya agak turun dan jual saat naik. target saya sementara ini yang penting tidak rugi. dari masing-masing saham saya dapat keuntungan beberapa ratus hingga beberapa ribu rupiah per lot. ada juga yang rugi. tapi secara total masih ada keuntungan yang saya dapat. Saya tidak bisa full time memantau pergerakan saham, hanya sekitar setengah jam perhari, sehingga keuntungan tidak maksimal.
ReplyDeleteTerima kasih untuk komentarnya.
DeleteMisi Pak Iyan,,saya beginner di bidang saham ini
ReplyDeletebaru mulai 2 bulan yang lalu,dan masih bingung tentang nama" yg digunakan dalam saham ini.....
terima kasih untuk artikelnya,saya mengerti tentang cut loss...
yang saya tanyakan,,
1.apa kegunaan cut loss jika pada saat harga saham terus turun tetapi bisa kita beli lg untuk meminimalkan kerugian? intinya tidak di CL tetapi terus di buy.
2.Menurut anda apakah tindakan saya benar jika saya membeli saham dan ternyata harga saham itu turun tetapi tdk di CL melainkan di keep sampai harga naik terus jual?
masih pemula pak,,harap maklum
Terima kasih
1. Silahkan baca pos "Resiko & Masalah 'Value Investing' Bagi Pemula."
ReplyDeletehttp://terusbelajarsaham.blogspot.com/2014/03/value-investing-saham-resiko-masalah.html
2. Silahkan baca pos "Arti Istilah 'Trading Plan'."
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2014/10/arti-istilah-trading-plan.html
Selamat siang bung Iyan ,Kalau kita sebagai swing trader pure berdasarkan teknikal analis , apakah fundamental saham masih jadi pertimbangan untuk open position.Terimakasih
ReplyDeleteSaya sering menyatakan bahwa saya "sudah cukup lama meninggalkan analisa fundamental."
DeleteArtinya, saat trading saya TIDAK lagi mempertimbangkan fundamental perusahaan.
selamat siang pak IYAN, saya pemula pak, yang saya ingin tanyakan, apakah cara menjualnya seperti biasa?, apabila kita menggunakan stoplose dan ingin menjual diatas harga stoplose, atau ada cara khusus, (jual lewat ATM ipot)
ReplyDeleteterimakasi atas pencerahannya
Maaf, saya tidak mengerti pertanyaan anda.
Delete