Saturday, June 9, 2012

Saham yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal

Ketika anda "shopping" apa yang anda cari? Anda mencari "good deal"; anda mencari diskon; anda mencari produk yang sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha mencari produk yang harganya lebih murah dari biasanya. Makin murah makin baik.

Tidak heran kalau mayoritas pemain saham melakukan hal yang sama ketika membeli saham: mereka mencari saham yang "murah," saham yang memberi diskon dari harga normal. Dengan kata lain, mereka hanya tertarik membeli saham yang harganya turun. Makin dalam turunnya, makin murah. Makin murah, makin menarik untuk dibeli.

Tapi membeli saham yang murah, yang anjlok dalam, bertolak belakang dengan Prinsip Ketiga analisa teknikal yang bunyinya "Sebelum anda percaya analisa teknikal, anda harus terlebih dulu percaya pada dalil momentum." [Untuk jelasnya, silahkan baca pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I & II".]

Mengapa?

Dalil momentum menyatakan bahwa apa yang sedang turun cenderung melanjutkan momentum turunnya; apa yang sudah murah biasanya menjadi lebih murah lagi.

Coba anda cerna. Satu-satunya tujuan anda membeli saham adalah untuk mendapat untung. Artinya anda berharap untuk menjual saham tersebut di harga lebih tinggi. Tapi menurut dalil momentum, saham yang sudah "murah" cenderung akan tambah "murah." Kalau yang murah bertambah murah, harapan menuai untung dari membeli saham "murah" biasanya malah berakhir buntung.

Kalau saham yang sudah "murah" jangan dibeli, saham bagaimana yang layak dibeli?

Menurut analisa teknikal, saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK.

"Nah lho? Gak salah tuh?" sergah anda.

Sama sekali tidak salah. Saya ulangi sekali lagi:

Menurut analisa teknikal, saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK.

Apakah ini berarti anda akan untung setiap kali membeli saham yang sedang naik?

Tidak semudah itu. Teorinya sederhana. Prakteknya rumit.

Perlu anda ingat bahwa saham bergerak naik-turun. Selalu. Tidak ada saham yang naik terus tanpa turun. Tidak ada juga saham yang turun terus tanpa naik.

Sering terjadi setelah anda membeli saham yang sedang naik, saham tersebut berbalik arah turun. Tidakkah hal ini menganulir teori untuk membeli saham yang sedang naik?

Sama sekali tidak.

Dalil momentum tidak menyatakan bahwa saham yang naik akan terus naik tanpa turun. Dalil momentum menyatakan bahwa saham yang sedang naik CENDERUNG akan tetap naik. (Mau tahu definisi saham yang sedang cenderung naik? Silahkan baca pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway.")

Praktek yang sulit adalah menentukan saham mana yang CENDERUNG naik. Itulah sebabnya berbagai ragam analisa teknikal diciptakan untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi intinya tetap satu: Analisa Teknikal merekomendasi beli saham yang sedang naik. Bukan saham yang "murah."

Memang, membeli saham yang naik, apalagi yang sudah naik tinggi, sangat bertentangan dengan sifat manusia yang ingin mendapat diskon. Saya sendiripun pada awalnya tidak percaya. Tapi dari pengalaman main saham belasan tahun, saya lebih sering mendapat laba dari saham yang sedang naik, bukan dari saham yang sudah "murah."

Apakah ini berarti saham "murah" tidak layak dibeli?

Tidak begitu. Memang, analisa teknikal tidak memasukkan saham "murah" dalam daftar layak beli, tapi ada analisa cara lain yang tujuannya mencari saham "murah." Silahkan baca pos "Apa Inti Analisa Fundamental?"








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

34 comments:

  1. Mas Iyan, saya nubie banget dalam bermain saham. Blog ini berguna sekali bagi saya. Apakah mas Iyan juga membuat buku tentang "Belajar Main Saham" ? Kalo iya, dimana saya bisa mendapatkannya ?. Terima kasih atas sharing ilmunya. Sangat bermanfaat. Sukses selalu. GBU.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Doni, terima kasih untuk komentarnya.

      Sampai saat ini saya belum "berhasil" menulis buku tentang belajar main saham. Ada niat, tapi belum ada usaha keras untuk memulai menulis buku tersebut. Jadi tulisan saya cuma dipublikasikan di blog ini.

      Kalau ada pertanyaan, silahkan meninggalkan pesan di blog ini. Terima kasih dan GBU juga.

      Delete
    2. saya juga berterima kasih atas saran yag ada Mas Iyan, saya masih blajar...
      moohon d isi lbih bnyak informasi...! :D

      Delete
  2. thks bngt mas iyan yg udh mau berbagi ilmu,sangat bermanfaat tuk newbie seperti saya.

    ReplyDelete
  3. salam pak iyan,
    pak iyan perkenankan saya bertanya dan meminta saran,,kan kita beli pada saat tren naik,,
    1.trus cara kita mengetahui kalo itu belum ato sudah overbought bagaimana,,?
    2.semisal menurut analisa teknikal yg kita gunakan itu signal beli,,dari analisa itu kita yakin kalo saham ini bakal naik, tapi kondisi pasar asing, regional, mengalami tekanan (bearish,CMIIW), itu menurut bapak iyan bagaimana ya,, mohon pencerahannya
    terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Tidak ada cara yang 100% efektif untuk tahu apakah suatu saham sudah overbought atau belum. Banyak analisa teknikal (oscillators) yang BISA membantu, tapi tetap saja tidak selalu benar. Ujung-ujungnya kita harus NEBAK.

      2. Kalau signal buy, berarti anda harus buy. Tidak harus langsung beli semua; beli setengah dulu. Kondisi market regional yang turun malah memungkinkan anda membeli di harga lebih murah.

      Delete
  4. salam kenal Bpk iyan.
    setelah saya baca artikel bpk saya mulai mencobanya aka tetapi dalam prakteknya berbanding terbalik. misalnya saat itu saya beli saham INCO yg sedang naik dngn offer price Rp.2150 tapi yang muncul di portfolio saya status saham INCO dngn hrga Rp.2350. apa yang saya mesti lakukan???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berfy, saya tidak mengerti pertanyaan anda. Bisa diperjelas?

      Kalau anda beli di 2150, lalu harga INCO di portofolio anda 2350, itu berarti anda untung Rp 200?

      Delete
  5. pak iyan, saya mau tanya nih ya, saya msh nubie, saya sdh beli saham dan ingin jual karena harga semakin menurun, tetapi harganya masih berada diatas harga beli namun hanya beda sedikit. Apa saya bisa rugi secara finansial saya, sebab kan ada fee untuk sekuritas dan brokernya? sya tunggu jawabannya pak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berapa besar fee jual-beli di broker anda?

      Fee jual biasanya 0.25% + 0.10% PPh (total 0.35%). Kalau harga jual anda lebih tinggi daripada fee ini, anda masih untung.

      Delete
  6. pak iyan, saya mau minta saran nih.
    kira" dimana aja ya yang menyediakan analisis saham yg online?
    terimakasih sebelumnya :)

    ReplyDelete
  7. Bang Iyan, Saya sedang mencari topik bahasan yg sesuai pertanyaan saya, sepertinya di posting ini, pertanyaan saya cukup sesuai. Sebagai pemula yg baru 1-2 bulan mengamati bursa saham, saya rasa kita di Indonesia cukup beruntung karena apapun yg trend yg sedang terjadi di Amerika, bursa regional Asia termasuk Indonesia nyaris selalu mengikuti trend bursa Amerika.

    Jadi jika saya berpatokan pada Dow, misalkan malam ini jam 9-10 malam saya melihat Dow hijau, bisa dipastikan besok IHSG pun akan hijau. Memang IHSG ini hanya sekedar indeks, pergerakan setiap saham pastinya akan berbeda. Tapi biasanya jika indeks hijau, mayoritas saham pun memang akan naik. Selama pengamatan saya yg baru 1-2 bulan seperti ini, tentu Dow ini contekan bagi kita utk membuat strategi perang besok paginya. Bagaimana menurut Bang Iyan, apa Dow ini cukup handal utk dijadikan patokan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. IHSG TIDAK SELALU harus berbanding lurus dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA). DJIA bisa dijadikan indikasi pergerakan IHSG untuk keesokan hari, tapi ini hanyalah indikasi.

      Untuk lebih jelas, silahkan baca pos "Makna Dow Jones Bagi Pemain Saham Indonesia."

      http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/06/makna-dow-jones-bagi-pemain-saham.html

      Delete
  8. Maaf bang, saya lexi baru mau main saham...saya buta sama sekali saya takut rugi....saya mau tanya...saya 0 pengetahuan tentang saham tapi saya mau main....kalau saya beli...tiba tiba harganya turun....tapi kalau saya sabar menunggu sampai naik setelah melebihi harga saya beli....baru saya jual....apakah untuk permulaan boleh hanya mengandalkan kesabaran?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bang Alexander, kalau anda mencoba dengan modal sekecil mungkin, silahkan anda coba apakah kesabaran anda cukup tinggi. Tapi mohon jangan memakai modal besar. Saham yang turun, BELUM TENTU akan naik lagi. Untuk saham seperti ini, seberapapun sabarnya anda, anda tetap rugi.

      Modal utama main saham adalah pengetahuan (knowledge). Dan pengetahuan ini bisa berupa pengetahuan fundamental, pengetahuan teknikal, ataupun pengetahuan lain yang relevan dengan saham.

      Kalau menurut saya, kesabaran saja tidak cukup untuk sukses main saham. Kalau anda takut rugi, sebaiknya anda pertimbangkan lagi niat anda main saham.

      Delete
  9. Selamat siang bung iyan, sebelumnya saya ucapkan terimakasih untuk blog nya yang sangat bermanfaat.
    selanjutnya ada beberapa pertanyaan yang mengganggu fikiran saya tentang analisa teknikal ini.
    1. Bagaimana menentukan TF untuk menyimpulkan tren harga suatu saham.
    ex. Saham SDRA, pada pertengahan agustus harganya 680, dan saat ini 850
    jika kita hanya mengambil rentang waktu tersebut berarti trendnya sedang uptrend.
    apakah saham model ini layak dibeli?
    2. Berkaitan dengan volume, apakah nilai volume pada chart bisa menunjukan trend suatu saham?
    karena untuk saham SDRA volume transaksinya dari pertengahan bulan ini sampai akhir bulan cenderung menurun,
    apakah berarti saham SDRA ini sudah menuju ke downtrend?
    terimakasih mas untuk jawabannya. salam hangat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa yang anda maksud dengan TF? Mohon tidak memakai singkatan dalam bertanya.

      1. Menentukan trend sangat dipengaruhi jangka waktu analisa. Dengan contoh SDRA yang anda kemukakan, dari September sampai akhir Oktober 2013 memang sedang uptrend.

      Memprediksi trend sudah sulit. Tapi yang lebih sulit lagi adalah menentukan apakah trend tersebut CENDERUNG berlanjut.

      2. Volume tidak bisa dijadikan acuan trend harga. Hanya, ketika trend harga naik, volume yang juga naik adalah konfirmasi trend harga yang kuat. Kalau trend harga niak tapi volume menurun, trend harga naik tersebut tidak begitu kuat.

      Delete
    2. Sepertinya maksud rekan kuliah fisika itu Timeframe. Istilah TF itu lebih sering dipakai di Forex. :D

      Kalau mainnya Agustus sampai Oktober ya pakai TF yang Monthly atau Weekly sudah cukup jelas. Kalau Daily terlalu panjang rentangnya untuk sampai 3 bulan.

      Selanjutnya sudah cukup jelas jawaban dari rekan Iyan.

      Delete
  10. Terimakasih bung atas responya, TF = time frame pada chart analysis, yang saya pahami jika saya menggunakan TF day maka satu candle stick mewakili informasi transaksi saham tersebut dalam satu hari. begitu juga untuk TF week dan yang lainya mohon dikoreksi jika salah.
    Melanjutkan pertanyaan diatas,
    1. Jadi idealnya rentang waktu berapa lama yang bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan kondisi trend suatu harga saham?

    selanjutnya,

    2. indikator apa saja yang bisa kita jadikan acuan bahwa trend tersebut cenderung berlanjut sehingga kita bisa mendapatkan momentum yang tepat dalam mengambil keputusan?
    terimakasih bung untuk jawabanya, salam hangat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bung Willy, trims untuk penjelasannya, TF = Time Frame = bingkai waktu.

      1. Time frame analisa trend yang anda pakai HARUS sesuai dengan time-frame trading/investasi anda. Kalau anda main saham jangka panjang, pakailah bingkai waktu yang panjang. Kalau anda main saham jangka pendek, pakai bingkai waktu yang pendek.

      Pilihan bingkai waktu adalah KEWAJIBAN anda sendiri. Saya tidak bisa menentukan untuk anda.

      2. Indikator Analisa Teknikal untuk trend cukup banyak. Coba anda mulai dengan mempelajari Trendline dan Moving Average.

      Saya berencana menulis tentang Trendline dan Moving Average dalam waktu dekat. Tapi kalau anda tidak sabar menunggu, silahkan pelajari dari buku analisa teknikal.

      Delete
  11. Mas Iyan terima kasih blognya bagus.
    Apakah kalau jumlah lot nya atau volume beli nya kecil, tetapi frequensinya tinggi, di saham big cap seperti ITMG MYOR, berarti hanya para bandar yg beli? dan apakah harus dihindari ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bung Soedar, mohon maaf komentar anda baru muncul. Selama ini tersaring filter.

      Volume perdagangan kecil membuat volatilitas (gejolak) saham tinggi. Kalau anda pemula dan mau main saham seperti ini, belilah dalam jumlah kecil.

      Delete
  12. Dear bung Iyan...

    Selama ini saya selalu mengikuti nasehat anda bahwa "saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK"... Nah sedihnya tidak jarang saham yang saya beli ini terkena suspensi bursa karena alasan Unusual Market Activity (UMA), apakah bung Iyan pernah mengalami hal ini dan mengapa saham yang disuspensi BEI keesokan atau beberapa hari kemudian malah naik?apakah ada alasan khusus mengenai hal ini?

    ReplyDelete
  13. Kalau saham yang anda beli naik, kenapa harus sedih?

    Tentu saja saya pernah mengalami saham suspensi.

    Saham yang disuspensi TIDAK SELALU naik setelah suspensi dibuka.

    Salah satu alasan untuk suspensi saham oleh otoritas bursa adalah kalau harga saham naik terlalu banyak. Ini yang disebut Unusual Market Activity (UMA), Aktivitas Pasar Tidak Biasa. Jadi, bisa saja saham melanjutkan gerak naik setelah suspensi dibuka. Tapi bisa juga saham bergerak turun dulu, karena pasar khawatir kalau harga masih naik, saham akan disuspensi lagi.

    Saham yang anda maksud adalah GTBO?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bung Iyan luar biasa, benar saham yang saya maksud salah satunya GTBO.

      Oh begitu ya bung, tidak selalu naik. Soalnya saya selalu memperhatikannya naik lho (saham BALI yang naik setelah disuspensi selama 1 bulan, serta saham LINK satu hari setelah dibuka).

      Oh ya bung Iyan apakah ada saham yang telah berbulan-bulan sampe detik ini masih disuspensi BEI dengan alasan UMA?dan apa sih alasan bursa untuk menentukan lama sebentarnya waktu suspensi suatu saham?

      Delete
    2. Memang, saham BALI dan LINK lanjut naik setelah suspensi dibuka. Tapi jangan serta-merta mengambil kesimpulan bahwa setelah suspensi, saham pasti akan naik.

      Ingat: tidak ada yang absolut di bursa. Semua TERGANTUNG. :-)

      Saya tidak tahu apakah ada saham yang masih disuspensi berbulan-bulan karena UMA. Tentang jangka waktu suspensi, otoritas bursa biasanya akan membuka suspensi setelah mendapat KETERANGAN/PERNYATAAN yang memuaskan dari emiten. Kira-kira begitu.

      Delete
  14. Terima kasih bung Iyan atas jawabannya...

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apapun yang sudah lewat, baru deh kelihatan jelas.

      Yang membedakan antara analis berpengalaman dan kurang pengalaman adalah kemampuan MELIHAT (tepatnya sih MENEBAK) sebelum suatu kejadian terjadi.

      Anda bilang RAJA, PNLF, ADRO naik dan "ternyata teknikal saham2 itu memang menunjukkan sinyal rebound yang sangat bagus."

      Nah, lain kali carilah teknikal yang seperti yang anda katakan "bagus" tersebut.

      Delete
  16. Semangat Pagi bung Iyan,
    Sebelumnya saya ingin berterimakasih kepada bung iyan karena sudah membagikan pengalaman dan pengetahuannya tentang belajar saham di blog yang sangat bermanfaat ini.
    Saya sudah membaca beberapa artikel di blog ini.
    Dari sekian yang saya baca, saya menangkap pesan kuat dari bung iyan "beli saham ketika harga sedang NAIK, dan jual ketika harga TURUN"
    Disamping itu juga pentingnya CUT LOSS, dan trading plan
    Sedangkan time frame, kita sendiri yang harus menentukan
    Tentu setiap pilihan time frame, akan mempengaruhi titik stop loss dan titik profit
    Yang ingin saya tanyakan,
    Dari pengalaman bung iyan trading saham, time-frame manakah yang lebih berpeluang memberikan profit?

    Atau kalau terlalu spesifik, bisa di berikan kisarannya :)

    Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. (Hampir) Semua time-frame bisa memberi untung.

      Menurut saya, makin cepat time-frame yang anda gunakan, semakin sulit untuk bisa untung konsisten.

      Tapi kalau time-frame terlalu lama (sampai bertahun-tahun seperti kata mbah Warren Buffet), semakin sulit juga untuk menentukan apakah saham anda yang RUGI perlu di cut-loss atau masih menunggu.

      Kalau saya pribadi memilih swing trading dengan time-frame tidak lebih dari 30 hari bursa.

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.