Figure 1. Edge of Tomorrow Movie Poster |
Di film tersebut Tom Cruise berperan sebagai William Cage, humas U.S. Army berpangkat mayor yang terpaksa harus ikut dalam invasi besar-besaran melawan mimic padahal ia tidak terlatih untuk maju ke medan tempur.
Bahkan pada saat Tom Cruise diterjunkan di medan tempur, ia masih belum tahu cara menembakkan peluru dari "jacket" yang ia kenakan.
Apa yang terjadi?
William Cage berhasil membunuh satu mimic karena faktor kebetulan. Tapi beberapa detik setelah itu, ia tewas dibantai musuh.
Saat itulah kisah William Cage baru dimulai.
Lho? kata anda. Sudah mati kok baru ceritanya dimulai?
Nah, itulah keunikan cerita film ini.
Karena suatu sebab (silahkan anda menonton film tersebut untuk mencari tahu), setiap kali Cage mati, ia seakan-akan bangkit dari mimpi buruk dan harus mengulangi kejadian yang sama. Sampai ia mati lagi.
Hidup. Mati. Ulangi.
Live. Die. Repeat.
Terperangkap dalam siklus ini, Tom Cruise/William Cage memutuskan untuk menganalisa dan belajar dari apa yang ia alami. Dengan melakukan ini ia berharap bisa bertahan hidup lebih lama di siklus berikutnya.
Setelah mati berkali-kali, Cage semakin jago membantai mimic. Apalagi setelah ia dilatih Rita Vrataski—diperankan Emily Blunt—sersan yang melegenda sebagai Angel of Verdun karena konon ia membunuh ratusan mimic di medan tempur Verdun.
Sampai di sini mungkin anda bertanya-tanya: apa sih hubungan film Edge of Tomorrow tersebut dengan main saham?
Mari kita cari analoginya.
Film tersebut menceritakan tentang seorang tentara tanpa pengalaman perang yang akhirnya menjadi jagoan tempur karena ia berkali-kali mengulang pertempuran yang sama. Si tentara bisa mengulang pertempuran karena setiap kali ia melakukan kesalahan dan tewas terbunuh, ia kembali ke hari sebelum ia tewas dan "bangkit" dari mati untuk bertempur lagi.
Kalau saya analogikan hal tersebut dengan main saham: pemula main saham yang sama sekali tidak tahu tentang saham bisa menjadi jago main saham kalau ia berkesempatan "bertempur" sesering mungkin di bursa saham, kalau ia punya ratusan "nyawa" sehingga—walaupun berkali-kali "tewas"—bisa bangkit dari "mati" untuk "bertempur" lagi.
Pertanyaannya: Apakah mungkin pemula main saham bisa punya banyak "nyawa" untuk bertempur di medan laga saham?
Tentu.
Tapi berbeda dengan William Cage, si pemula sendirilah yang berkewajiban mengatur persediaan "nyawa"nya di perang saham.
Lho, kok gitu?
Iya gitu, karena "nyawa" ketika bertempur di medan laga saham adalah modal.
Artinya, selama modal masih ada, "nyawa" si pemain saham belum habis.
Mengapa?
Karena, selama modal masih ada, si pemula main saham bisa bangkit dari "mati" (posisi rugi) untuk bertempur lagi. Dan dengan terus mengulang bertempur, si pemula lambat-laun akan menjadi mahir.
"Tapi bung Iyan," tanya anda,"bagaimana caranya pemula main saham mengatur persediaan "nyawa" agar tidak habis-habis?
Ada 2 cara.
Cara pertama?
Cut-loss.
(Silahkan baca juga pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini.")
Memang sih, dengan melakukan cut-loss sedini mungkin—dengan menjual saham ketika kerugian masih kecil—modal anda berkurang. Tapi berkurangnya hanya sedikit. Dengan modal yang berkurang sedikit ini, anda tetap bisa berlaga di medan perang saham dan memetik pengalaman lebih banyak.
Cara kedua?
TIDAK mencemplungkan SEKALIGUS semua dana investasi saham ketika anda baru belajar.
(Silahkan baca juga pos "Berapa Sebaiknya Modal Awal Main Saham?")
Artinya, pada tahun pertama belajar main saham, jangan mencemplungkan semua dana yang ada. (Lebih jangan lagi kalau anda bermain saham dengan uang pinjaman berbunga tinggi.) Alokasikan dana untuk tahun kedua, ketiga, keempat, kelima belajar main saham, yang hanya boleh anda cemplungkan ketika waktunya tiba.
Dengan sistem injeksi modal bertahap, setidak-tidaknya modal anda akan bertahan selama 5 tahun. Harapannya, dalam waktu 5 tahun tersebut anda sudah banyak pengalaman berperang saham dan bisa mulai mendapatkan untung.
Live. Die. Repeat.
Beli Saham. Jual (untung ataupun rugi). Ulangi.
"Tapi bung Iyan," saya mendengar beberapa dari anda protes,"saya tidak mau menunggu 5 tahun. Saya mau CEPAT KAYA dari saham."
Nah ini dia.
Cepat kaya dari main saham hanyalah mitos yang digembuskan penjual seminar saham (atau forex atau commodities atau options) untuk menjeremuskan orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang saham. Kalau anda ikut seminar-seminar seperti ini, yang terjadi adalah anda MEMBAYAR MAHAL UNTUK bermimpi menjadi cepat kaya, tapi yang terjadi adalah anda RUGI BESAR.
Mengapa?
Karena dengan mereka menjanjisurgakan "cepat kaya," anda beranggapan bahwa mendapat untung dari main saham adalah hal yang sangat mudah. Karena mengira mudah, anda tidak berhati-hati. Karena tidak berhati-hati, anda langsung mencemplungkan semua modal anda dan tidak mau cut-loss. Karena tidak cut-loss dan tidak mengalokasikan dana untuk jangka panjang, "nyawa" anda (sebanyak apapun) akan habis dalam sekejab.
(Silahkan baca juga pos "Main Saham Cepat Kaya?")
---##$##---
William Cage berhasil menjadi prajurit tangguh karena secara kebetulan ia bernyawa banyak. Berbeda dengan dia, anda bisa menjadi pemain saham tangguh TANPA faktor kebetulan. Tapi anda harus DISIPLIN cut-loss dan DISIPLIN mengalokasikan dana agar "nyawa" anda bisa bertahan selama mungkin.
Dengan melakukan kedua hal tersebut, saya yakin anda akan menang berlaga di perang saham.
Pos-pos yang berhubungan:
- Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini.
- Berapa Sebaiknya Modal Awal Main Saham?
- Main Saham Cepat Kaya?
Keren bang analogi nya tapi jangan dikesampingkan faktor emosinya (saya pikir itu yang paling berperan)
ReplyDelete...two thumbs up
ditunggu pemikiran2 selanjutnya....:)
Bung herry, terima kasih untuk komentarnya.
ReplyDeleteSaya setuju dengan anda bahwa faktor emosi/psikologis sangat penting.
Selamat siang bung Iyan. Perkenalkan nama saya Vicky.
ReplyDeleteSaya sudah membaca beberapa tulisan anda mengenai analisa teknikal walaupun saya belum begitu mahir menggunakannya. Baru-baru ini saya mengenal program yang bernama ChartNexus yang digunakan untuk membantu analisa teknikal. Tetapi saya tidak begitu mengetahui cara membaca kurva / grafik yang ditampilkannya (saya menggunakan Indikator momentum)
Jika bung Iyan tidak keberatan. Mgkn bung iyan bisa berbagi dalam bentuk tulisan di blog ini mengenai cara-cara membaca beberapa kurva / grafik yang ada. Saya yakin itu akan lebih membantu lagi agar para pemula dapat belajar.
Terima Kasih sebelumnya.
Dear Vicky Wu,
DeleteSaya sudah berencana menulis pos tentang pola-pola grafik yang paling umum, seperti: cup with handle, double top, triple top, head and shoulder.
Tapi pos-pos tersebut masih menunggu giliran terbit. Mohon bersabar ya.
Mantap mas iyan, saya belajar banyak dari blog ini. lanjutakan.
ReplyDeleteSpertinya bermain saham berbeda dgn main forex.. Disaat sya beli saham A dgn harga 500. 1minggu kemudian trun ke 450. sya msih blm dianggap rugi kan? Toh sya msih blum menjual saham itu.. Bagaimana kalo sya hold 2-3 bulan berandai2 naik hingga angka 1000? Bolehkan pak?
ReplyDeleteSilahkan baca pos "Saham Turun, Tidak Dijual. Sudah Rugi atau Belum?"
Deletehttp://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/08/saham-turun-tidak-dijual-rugi-belum.html
Slmt mlm pak iyan,
ReplyDeleteSy senang sekali dg blog nya pak iyan krn bisa untuk panduan belajar trading buat para newbie spt sy, bahasanya gampang dimengerti dan cpt nyantol krn disertakan contoh2 ;).
Sekitar awal juli porto sy sebagian besar minus krn telat CL lalu sy biarkan smp saat ini yg ternyata kondisi perekonomian semakin tdk kondusif dan smkn merah membara portonya, total loss sdh mencapai 20% dr modal pak. Sy menyesal krn ngga disiplin CL pd waktu itu.
Yg sy tnykan apa yg hrs dilakukan? Apakah tetap harus di CL semua? Atau bgm?
Trm kasih pak
Mrs yanuar,
DeleteKalo portofolio makin merah membara, saran saya adalah tetap CUT-LOSS.
Seperti yang saya tulis pada pos di atas, pemula main saham (hampir) PASTI akan rugi. Jadi, selagi rugi masih 20%, anda sebaiknya cut-Loss.
Memang sih, lebih baik kalau anda sudah cut-loss ketika rugi hanya 5-10%. Tapi ketika rugi 20%, masih BELUM TERLAMBAT untuk cut-loss. Karena kalau tidak cut-loss saat rugi 20%, kemungkinan lebih besar adalah kerugian anda akan semakin membengkak.
Perlu anda ingat: saat mulai belajar main saham, anda TIDAK (sepatutnya) MENCARI UNTUNG. Yang anda cari adalah RUGI TIDAK TERLALU BANYAK karena anda baru mulai belajar.
Lagipula, pelajaran MAHA PENTING main saham (dan yang harus anda kuasai pertama-tama) adalah Cut-Loss. Kalau tidak bisa dan tidak mau cut-loss, rasa-rasanya sih anda tidak akan bertahan cukup lama untuk belajar hal-hal penting lainnya.
Halo bang Iyan,
ReplyDeleteKarena bang Iyan lebih fokus ke trading saham secara teknikal, just wondering, apa pendapat abang mengenai buku Benjamin Graham 'The Intelligent Investor'?
Silahkan baca bagian awal pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street'."
Deletehttp://terusbelajarsaham.blogspot.co.id/2011/01/mau-investasi-saham-baca-dulu-buku.html
Pak Iyan, belakangan ini trading saya lebih baik ketimbang awal2 thn kmrn dan tahun 2015 kmrn... Maksud saya: Saya sudah bisa menekan kerugian lebih kecil, walaupun saya belum bisa memaksimalkan profit juga... Tapi paling tidak dalam 2 bulan terakhir ini, hitung2an saya sudah jadi profit..
ReplyDeleteMenurut Pak Iyan, kalau dalam situasi seperti itu, langkah apa yang selanjutnya saya lakukan? Apakah sudah saatnya mulai suntik modal, meningkatkan profit atau bgmn?
Terima kasih
Kalau anda sudah main saham lebih dari 1 tahun, dan kalau anda sudah bisa mengontrol kerugian, mungkin saatnya mempertimbangkan menambah modal.
DeletePak Iyan,
ReplyDeleteSaya paham saham2 yang biasanya naik kencang sampai kena AR kanan, hampir selalu naik kencang lagi keesokan harinya. Cthnya: PPRO, AGRO..
Tapi saya nggak pernah dapat barang kalau antri.. kenapa ya Pak? Apa yang salah?
Misalnya saham AGRO tadi naik banyak banget... Kemarin AGRO kena AR kanan saya sudah tahu kalau hari ini bakal naik sangat drastis. Closing AGRO 252. Akhirnya sebelum market buka, saya pasang order buy 256.. Terus tiba2 saya lihat harganya udah naik 271
Saya heran kok bisa nggak dapet barang ya? padahal closing 252... saya order but sebelum market buka 256, seharusnya open 252 bid dan 254 offer, artinya seharusnya masih menyentuh angka 256. Kan harusnya order saya masih bisa match?
Inti pertanyaan saya: Bagaimana caranya membeli saham yang kena AR kanan, dimana saham itu memang potensial untuk naik kencang keesokan harinya? Saya harus order berapa persen dari harga closing?
Terima kasih
Saya tidak menyarankan main saham yang AutoReject.
DeleteHanya karena anda bid harga beberapa point di atas (misalnya saham AGRO bid di 256) tidak berarti anda pasti dapat. Semua tergantung antrian dan seberapa cepat order anda masuk ke server broker anda.
Ikut menimpali juga Pak Iyan.
DeleteKalo boleh tahu Pak, mengapa Pak Iyan tidak menyarankan main saham yang AutoReject ? Karena untuk saat ini kan kondisi pasar relatif lagi bullish Pak ? Jadi kita bisa memanfaatkan situasi ini untuk take profit dengan persentase besar.
Saya juga ingin berbagi pengalaman disini karena kebetulan saya juga main di AGRO dan saya beli saham ini waktu di harga 100-an dan belum saya lepas bahkan sampai mencapai harga tertingginya (kalo tidak salah di harga 498) kemudian berangsur angsur AGRO mulai turun hingga AR kiri 3 kali dan akhirnya saya memutuskan jual semua di harga 316 (ya masih tetap di atas take profit yang sudah saya tetapkan di trading plan sich...)
Nah, menurut Pak Iyan, cara main saham seperti ini apa sudah benar Pak?
Terima Kasih.
Saham yang auto-reject ATAS (KANAN) kan berarti anda SUDAH TIDAK BISA BELI. Gimana mau saya anjurkan beli?
DeleteMasalahnya juga, kalau auto-reject nya batal, saham seperti ini biasanya langsung LETOI.
Anjuran saya dari dulu masih tetap sama: Beli saham yang naik.
Artinya, kalau anda beli saham yang auto-reject ATAS (sebelum auto-reject ataupun pada harga auto-reject) dan saham tersebut tetap auto-reject sampai pasar tutup, berarti anda beli SAHAM YANG NAIK.
Bung Iyan, kalau tidak salah anda sering menyebutkan untuk membeli saham yang naik, apakah saham yang naik ini maksud anda adalah saham yang trend nya sedang naik atau candle nya positif? atau keduanya?
DeleteYang lebih tepat adalah beli saham yang TREND-nya naik. Masalahnya: tidak semua pemain saham tahu cara membaca trend.
DeleteJadi, untuk yang tidak/belum tahu cara membaca trend: lebih baik beli saham naik (walaupun anda tidak tahu trendnya naik atau turun) daripada saham turun.
Salam Bung Iyan.
ReplyDeleteSaya trader Pemula dan baru 1 bulan punya account (telat paham). Saya banyak belajar dari Bung Iyan, tiap hari saya buka bloq ini. Saya mau Tanya Bung Iyan berapa jumlah saham yang wajar dimiliki oleh seorang trader, karena temen saya sekantor dia investor/trader dia punya +/- 40 Emiten (pengalaman > 10 Th. Saya jadi ngiler juga hehehehe. Mohon pencerahanya. Trimsss
Mulai dengan 1 (SATU) saham saja. Kalau sudah tidak rugi, baru deh pertimbangkan beli saham lain.
DeletePunya 40 jenis saham bukan hal yang perlu anda ikuti.
Punya 40 jenis saham juga bukan hal yang patut dibanggakan.
Analoginya sangat tepat bung Iyan, pencapaian profit konsisten di trading saham jelas melalui proses dan itu kadang kurang bisa diterima oleh pelaku trading
ReplyDeletesalam Bung Iyan,saya baru berkecimpung di main saham baru 4 bln. yg ingin saya tany
ReplyDeleteakan pada Bung Iyan tentang anjuran membeli saham yg lagi naik. kalau blh tau apakah saham2 di maksud yg pada jam perdagangan yg sdh naik 1%,5% atau yg diatasnya..maaf saya masih sangat2 minim dlm pengetahuan saham..dan saya merasa tertsntang untuk mempelajarinya..terima kasih atas tanggapanya.
Silahkan baca pos "Beli Saham Apa: Contoh Cara Membeli Saham Naik."
Delete