Saturday, August 29, 2020

Beli 20 Jenis Saham atau 2 Saja?

 Pilih mana:

1. Beli 20 jenis saham masing-masing senilai Rp 1 juta. Total Rp 20 juta.

2. Beli 2 jenis saham masing-masing senilai Rp 10 juta. Total Rp 20 juta.

Silahkan anda pikirkan dahulu.

Sudah?

 


Menurut Gerald Loeb:

. . . large commitments, meaning thereby a few relatively large blocks of shares, are preferable to a great many small positions.

. . . beberapa jenis saham dengan nilai relatif besar adalah lebih baik daripada banyak jenis saham dengan nilai kecil.

 

 Mengapa lebih baik beberapa saham dengan nilai besar?

Confining oneself to situations convincing enough to be entered on a relatively large scale is a great help to safety and profit. One must know far more about it to enter the position in the first place, and one will retreat from a mistake much quicker if failure to retreat means an important loss.

Membatasi diri pada situasi yang meyakinkan untuk masuk dalam nilai besar sangat membantu untuk meraih untung dan mencegah rugi besar. Seseorang akan mencari tahu banyak sebelum membeli saham tersebut dan akan mundur cepat dari kesalahan apabila tidak mundur berarti rugi besar. 

 

Mengapa menghindari banyak jenis saham dengan nilai kecil?

A large number of small holdings will be purchased with less care and ordinarily allowed to run into a variety of small losses without full realization of the eventual total sum lost. Thus overdiversification acts as a poor protection against lack of knowledge.

Banyak jenis saham dalam nilai kecil biasanya dibeli dengan kepedulian rendah dan biasanya dibiarkan rugi tanpa menyadari rugi kecil di sana-sini kalau dijumlah bisa-bisa jadi rugi besar. Jadi, diversifikasi yang berlebihan adalah tameng bahwa anda tidak tahu apa yang anda lakukan.

 

---###$$$###---


Saya mau mengaku.

Saya selalu berusaha untuk melaksanakan petuah Gerald Loeb di atas. Tapi cukup sering saya melanggarnya.

Apalagi saat market sedang bullish dan banyak saham yang naik (saya senangnya membeli saham yang naik).

Saham INII naik. Saya beli.

Saham ITUU naik. Beli juga.

Saham GOYA naik. Beli.

Saham SANA naik. Gak dibeli gak tahan. Beli dikit aja.

Saham SINI naik juga. Kok menarik ya. Beli lah.

Tidak terasa, eeh sudah punya 15 saham di portofolio. Kecil-kecil nilainya. Tapi efek pusingnya sama dengan saham yang bernilai besar.

Dan faktanya: kalau jenis saham terlalu banyak di portofolio, biasanya saya rugi.

Saya harap anda lebih baik daripada saya dalam melaksanakan nasehat Gerald Loeb di atas.



Pos-pos yang berhubungan:

 [Pos ini ©2020 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

7 comments:

  1. Saya pegang maksimal 7 saham. Tidak pernah lbh dr 7.. kalo yg 1 dijual, saya pantau apakah saham lain ada sinyal buy. Jika ada saya beli, jika tidak ada yang tunggu ada buysignal. Tapi ini mungkin akan sulit untuk modal jumbo seperti Bung Iyan..

    ReplyDelete
  2. Halo, Pak Iyan.

    Yesss, akhirnya saya menulis komentar di blog Pak Iyan. Hari ini, 10 September 2020, tepat satu tahun saya masuk dunia saham. Saya ingin merayakannya dengan menulis komentar di blog ini.

    Mungkin, secara "tidak sengaja" saya menemukan blog Pak Iyan. Berawal dari saya mencari buku tentang value investing (saya percaya diri untuk "mengikuti" cara Mr. Warren Buffett dan Pak Lo Kheng Hong, hehehe). Saya tidak menemukan buku yang saya cari, daripada saya pulang tanpa hasil, saya beli buku Trading vs Investing karya Pak Ryan Filbert. Terima kasih kepada Pak Ryan Filbert atas ilmunya yang ditulis dalam buku (pikiran saya mulai terbuka dengan Analisa Teknikal). Dan, terima kasih juga karena telah menulis alamat website blog Pak Iyan dalam bukunya (walaupun ditulis dalam bab pembahasan fundamental). Saya pikir Pak Iyan merupakan seorang Investor dalam dunia saham. "Cocok nih..." yang ada di pikiran saya.

    Ternyata, berbeda apa yang ada di pikiran saya dengan apa yang ada dalam blog. Hahahaha.... "Terjeburlah" saya dalam blog ini. Relatif tidak banyak saya menemukan pembahasan fundamental dalam blog ini. Kemudian, saya baca tulisan - tulisan Pak Iyan. Saya merasa "dicuci otak" atau "ditampar" oleh kata CUT LOSS (saya -masih- benci dengan kata - kata ini), oleh kata trading, oleh kata trading plan, dan lain sebagainya.

    Penyusunan kata dan kalimat membuat "iman" saya naek turun, antara "Saya harus bisa Analisa Teknikal" dengan "Lebih baik saya stay with Analisa Fundamental". Bolak balik terus, Pak Iyan, kayak setrikaan. Yahhh, bagaimanapun, seperti judul blog ini, Terus Belajar : Main Saham, saya memang harus terus belajar dunia saham, salah satunya melalui membaca blog Pak Iyan.

    Well, Pak Iyan, dalam pos Target Laba Main Saham, saya kaget. Ada ya target laba yaitu tidak rugi? Ehhh, ternyata ada. Tapi, saya lega. Pencapaian saya setahun di dunia saham, tidak rugi 20%. Tepatnya di 19%. Hahahaha.... Ternyata benar, ada target tidak rugi.

    Awal saya masuk dalam dunia saham, saya orang yang sangat rakus. Pengin saham ini, beli. Pengen saham itu, beli. Rakusssss banget. Sampai - sampai, uang tabungan (yang seharusnya uang "dingin") hampir habis dan lupa bayar utang kartu kredit. Hahahaha..... Daripada jebol, saya stop ambil dari tabungan (dan memang hampir habis sih). Saya memutuskan mengambil 10% dari gaji untuk main saham setiap bulan. Cocok nih, Pak Iyan, dengan pos Belajar, Beli Saham, Jual, Ulangi.

    Karena masih pemula, portofolio saya kondisinya rugi (sebenarnya saya prefer menggunakan kata "negatif" atau "minus", tapi karena berhubungan dengan psikologi, saya cocok menggunakan kata "rugi", biar semangat mengurangi rugi dan mulai mengambil untung). Sambil belajar, sambil memperbaiki portofolio saya, sebelum saya mulai mencoba mempraktekkan Beli, Jual, dan Ulangi.

    Demikian, Pak Iyan. Mohon maaf nih, Pak Iyan, menulis panjang kali lebar kali tinggi di komentar blog Pak Iyan. Saya belum bertanya, karena saya ingin merayakan satu tahun saya hanya dengan berkomentar di blog Pak Iyan.

    Terima kasih banyak, Pak Iyan. Salam hormat dan salam kenal.


    Badung, 10 September 2020

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Taufan,

      Terima kasih sudah berbagi pengalaman anda bermain saham selama setahun.

      Tetap semangat. Dan selalu waspada agar tidak rugi terlalu besar.

      Delete
  3. 2 Thun yang saya pernah baca diblog ini bahwa ada tulisan , bung Iyan mulai mninggalakan analisa fundamental ditahun 2000 an dan mulai 100% ke analisa teknikal. Mau tnya bung iyan apakah sekarang masih 100 % pake analisa teknikal atau juga mempertimbangkan sentiman berita bung untuk mengambil keputusan ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Wijaya,

      Sampai saat ini saya masih 100% Analisa Teknikal 0% Analisa Fundamental.

      Biasanya, suatu saham sudah naik/turun SEBELUM saya tahu beritanya. Jadi, yang saya lakukan adalah "beli/jual dulu; cari berita belakangan."

      Delete
  4. Terima kasih atas sharingnya Pak Iyan, saya sudah lama mengikuti blog Bapak namun baru beberapa bulan terakhir memiliki kesempatan untuk nyemplung ke pasar modal. tadi saya buka artikel lama Bapak yang sempat saya save beberapa tahun silam dan saya pikir masih sangat sejalan dengan keadaaan sekarang. Pak Iyan sekarang menjadi seorang trader ya Pak? Berapa periodenya ya Pak jika boleh tahu. Terima kasih.

    ReplyDelete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.