Bila anda bertanya buku apa yang perlu dibaca investor saham, kemungkinan anda disarankan membaca The Intelligent Investor karya Benjamin Graham, buku yang dipuji Warren Buffet sebagai "buku terbaik tentang investasi yang pernah ditulis." Tapi menurut saya buku ini, eh…, membosankan, susah dimengerti, dan tidak enak dibaca. Saya saja yang seorang kutu buku, perlu berjuang keras untuk menyelesaikan buku ini.
Walau saya akui buku itu bagus isinya, saya yakin tidak banyak orang sanggup membacanya sampai selesai. Karena alasan ini, saya menyarankan peminat investasi saham untuk membaca buku One Up on Wall Street karya Peter Lynch. Buku ini—buku pertama investasi saham yang saya baca—mudah dimengerti, enak dibaca, dan penuh dengan tips-tips yang sangat bermanfaat.
Mungkin anda bertanya, siapa itu Peter Lynch?
Peter Lynch adalah manajer investasi (fund manager) Fidelity Magellan, reksa dana dengan asset terbesar di tahun 1990an. (Fidelity sampai sekarang masih merupakan salah satu raksasa reksa dana di Amerika.) Pada waktu itu, Peter Lynch mungkin lebih terkenal dari Warren Buffet karena ada ratusan ribu orang menanamkan modal di Fidelity Magellan dan menikmati imbal-hasil (return) yang spektakuler. Investor yang memasukkan dana US$10,000 pada tahun 1977, tahun pertama Peter Lynch mengelola Magellan, akan melihat dana tersebut berkembang menjadi US$190,000 sepuluh tahun kemudian. Sembilan belas kali lipat dalam sepuluh tahun. Ini prestasi yang sangat luar biasa!
Saya kagum dengan Peter Lynch bukan hanya karena imbal-hasil yang luar biasa ini. Saya kagum karena ia—sebagai manajer investasi yang mengelola dana milyaran dolar—dapat menulis buku yang sarat dengan kiat-kiat investasi saham yang dapat dilakukan orang awam yang bermodal pas-pasan. Ia tidak memberi tips yang hanya dapat dilakukan manajer investasi bermodal besar dan didukung analis-analis bergaji tinggi. Ia memberi saran dari kaca mata investor, bukan dari kaca mata manajer investasi. How to use what you already know to make money in the market, tertera di bawah judul buku tersebut. Bagaimana menggunakan apa yang sudah anda tahu untuk mendapat untung dari bursa.
Walaupun saran Peter Lynch tidak semuanya cocok untuk saya, saya merasa setiap pemain saham, investor ataupun trader, di Indonesia, China, Amerika, Eropa, Jepang, di manapun! perlu membaca buku ini. Sayangnya, setahu saya tidak ada edisi bahasa Indonesia buku ini.
Kalau anda kurang paham bahasa Inggris atau tidak hobi membaca buku, jangan khawatir. Pada pos ini saya akan membahas intisari One Up on Wall Street yang saya bumbukan komentar supaya mudah dimengerti pembaca, khususnya pembaca Indonesia.
Peter Lynch membagi bukunya menjadi tiga bagian:
A. Preparing to Invest. Persiapan untuk Berinvestasi.
B. Picking Winners. Memilih Pemenang.
C. The Long-Term View. Pandangan Jangka Panjang.
Sebelum menulis lebih lanjut, Peter Lynch pada Bab Pendahuluan mengatakan bahwa ada satu hal utama yang perlu anda ketahui: Jangan mengikuti mentah-mentah saran para profesional!
Jangan langsung percaya saran pakar ekonomi, jangan langsung mengikuti saran analis saham, jangan menelan bulat-bulat saran saya di blog ini, jangan pula langsung membeli saham rekomendasi Peter Lynch. Mengapa?
Setidaknya ada tiga alasan mengapa sebaiknya anda mengabaikan rekomendasi saham dari para pakar:
Banyak orang, dengan bermodal membaca beberapa buku investasi dan baru tiga atau empat tahun berkecimpung di bursa saham, memproklamirkan diri sebagai pakar saham yang sudah menemukan rahasia menjadi kaya dari saham (atau options, atau forex, atau commodity). Lalu mereka menulis buku dan mengadakan seminar untuk mengajarkan anda rahasia tersebut. Masuk akalkah?
Kalau mereka sudah tahu rahasia mendapat untung terus dari saham, tentu mereka sudah terlalu sibuk mendulang uang dari bursa. Kenapa harus menghabiskan waktu mengais uang dari seminar atau menjual buku? Demi passive-income? Mengapa mereka begitu serakahnya masih mencari passive-income sekecil kutu kalau sudah bisa mendapat active-income sebesar gajah? Coba anda pikirkan.
Intinya, anda bisa sukses berinvestasi saham dengan menggunakan apa yang sudah anda ketahui. Saya tidak bilang anda akan sukses atau pasti sukses, tapi bisa sukses. Dan kemungkinan anda sukses akan lebih besar kalau anda berhenti mendengarkan hingar-bingar kicauan para ahli dan pakar.
Mari kita mulai.
A. Persiapan untuk Berinvestasi
Sebelum anda mulai investasi saham, anda harus lebih dulu menjawab tiga pertanyaan berikut:
Walau saya akui buku itu bagus isinya, saya yakin tidak banyak orang sanggup membacanya sampai selesai. Karena alasan ini, saya menyarankan peminat investasi saham untuk membaca buku One Up on Wall Street karya Peter Lynch. Buku ini—buku pertama investasi saham yang saya baca—mudah dimengerti, enak dibaca, dan penuh dengan tips-tips yang sangat bermanfaat.
Figure 1. Cover buku Peter Lynch One Up On Wall Street |
Peter Lynch adalah manajer investasi (fund manager) Fidelity Magellan, reksa dana dengan asset terbesar di tahun 1990an. (Fidelity sampai sekarang masih merupakan salah satu raksasa reksa dana di Amerika.) Pada waktu itu, Peter Lynch mungkin lebih terkenal dari Warren Buffet karena ada ratusan ribu orang menanamkan modal di Fidelity Magellan dan menikmati imbal-hasil (return) yang spektakuler. Investor yang memasukkan dana US$10,000 pada tahun 1977, tahun pertama Peter Lynch mengelola Magellan, akan melihat dana tersebut berkembang menjadi US$190,000 sepuluh tahun kemudian. Sembilan belas kali lipat dalam sepuluh tahun. Ini prestasi yang sangat luar biasa!
Saya kagum dengan Peter Lynch bukan hanya karena imbal-hasil yang luar biasa ini. Saya kagum karena ia—sebagai manajer investasi yang mengelola dana milyaran dolar—dapat menulis buku yang sarat dengan kiat-kiat investasi saham yang dapat dilakukan orang awam yang bermodal pas-pasan. Ia tidak memberi tips yang hanya dapat dilakukan manajer investasi bermodal besar dan didukung analis-analis bergaji tinggi. Ia memberi saran dari kaca mata investor, bukan dari kaca mata manajer investasi. How to use what you already know to make money in the market, tertera di bawah judul buku tersebut. Bagaimana menggunakan apa yang sudah anda tahu untuk mendapat untung dari bursa.
Walaupun saran Peter Lynch tidak semuanya cocok untuk saya, saya merasa setiap pemain saham, investor ataupun trader, di Indonesia, China, Amerika, Eropa, Jepang, di manapun! perlu membaca buku ini. Sayangnya, setahu saya tidak ada edisi bahasa Indonesia buku ini.
Kalau anda kurang paham bahasa Inggris atau tidak hobi membaca buku, jangan khawatir. Pada pos ini saya akan membahas intisari One Up on Wall Street yang saya bumbukan komentar supaya mudah dimengerti pembaca, khususnya pembaca Indonesia.
Peter Lynch membagi bukunya menjadi tiga bagian:
A. Preparing to Invest. Persiapan untuk Berinvestasi.
B. Picking Winners. Memilih Pemenang.
C. The Long-Term View. Pandangan Jangka Panjang.
Sebelum menulis lebih lanjut, Peter Lynch pada Bab Pendahuluan mengatakan bahwa ada satu hal utama yang perlu anda ketahui: Jangan mengikuti mentah-mentah saran para profesional!
Jangan langsung percaya saran pakar ekonomi, jangan langsung mengikuti saran analis saham, jangan menelan bulat-bulat saran saya di blog ini, jangan pula langsung membeli saham rekomendasi Peter Lynch. Mengapa?
Setidaknya ada tiga alasan mengapa sebaiknya anda mengabaikan rekomendasi saham dari para pakar:
- Mereka mungkin salah!
- Kalaupun mereka benar, anda tidak pernah tahu kapan mereka berubah pikiran dan menjual saham yang direkomendasi tersebut.
- Anda punya sumber informasi lebih baik, dan sumber itu ada di sekeliling anda.
Banyak orang, dengan bermodal membaca beberapa buku investasi dan baru tiga atau empat tahun berkecimpung di bursa saham, memproklamirkan diri sebagai pakar saham yang sudah menemukan rahasia menjadi kaya dari saham (atau options, atau forex, atau commodity). Lalu mereka menulis buku dan mengadakan seminar untuk mengajarkan anda rahasia tersebut. Masuk akalkah?
Kalau mereka sudah tahu rahasia mendapat untung terus dari saham, tentu mereka sudah terlalu sibuk mendulang uang dari bursa. Kenapa harus menghabiskan waktu mengais uang dari seminar atau menjual buku? Demi passive-income? Mengapa mereka begitu serakahnya masih mencari passive-income sekecil kutu kalau sudah bisa mendapat active-income sebesar gajah? Coba anda pikirkan.
Intinya, anda bisa sukses berinvestasi saham dengan menggunakan apa yang sudah anda ketahui. Saya tidak bilang anda akan sukses atau pasti sukses, tapi bisa sukses. Dan kemungkinan anda sukses akan lebih besar kalau anda berhenti mendengarkan hingar-bingar kicauan para ahli dan pakar.
Mari kita mulai.
A. Persiapan untuk Berinvestasi
Sebelum anda mulai investasi saham, anda harus lebih dulu menjawab tiga pertanyaan berikut:
- Apakah anda sudah punya rumah?
- Apakah anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain?
- Apakah anda punya kemampuan untuk sukses berinvestasi saham?
1.Apakah anda sudah punya rumah?
Sebelum anda berinvestasi saham, lebih baik anda membeli rumah dulu. Anda perlu rumah untuk tempat tinggal dan kemungkinan besar rumah tersebut akan naik harganya. Seperti kata peribahasa: sambil menyelam minum air.
Kalaupun harga rumah tidak naik (yang mana kemungkinannya sangat kecil karena bahan bangunan selalu naik karena inflasi), setidak-tidaknya rumah tersebut telah berfungsi sebagai tempat anda berteduh, bersantai, beristirahat, bertengkar, bercumbu, membina keluarga.
Beda dengan saham. Saham tidak bisa anda pakai untuk berteduh, bersantai, beristirahat, apalagi bertengkar dan bercumbu. Satu-satunya alasan kita membeli saham adalah untuk mendapat untung. Masalahnya, saham bisa naik, tapi juga bisa turun. Dan kalau turun, ia bisa turun sampai 0. Ya benar, nol alias tidak ada harga sama sekali! Jadi bisa saja anda menghabiskan banyak uang di pasar saham dan yang anda dapat hanyalah stress.
2.Apakah anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain?
Jangan main saham, kalau anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain.
Misalkan anda punya tabungan sebesar Rp 50 juta untuk biaya kuliah Tamara, putri anda. Kuliahnya kan masih tiga tahun lagi, anda berpikir. Bagaimana kalau saya investasikan dulu uang ini di saham. Deposito di bank cuma dapat 5% sih. Siapa tahu dengan main saham uang Rp 50 juta ini bisa jadi Rp 100 juta.
Jangan, jangan. JANGAN!
Sebelum anda berinvestasi saham, lebih baik anda membeli rumah dulu. Anda perlu rumah untuk tempat tinggal dan kemungkinan besar rumah tersebut akan naik harganya. Seperti kata peribahasa: sambil menyelam minum air.
Kalaupun harga rumah tidak naik (yang mana kemungkinannya sangat kecil karena bahan bangunan selalu naik karena inflasi), setidak-tidaknya rumah tersebut telah berfungsi sebagai tempat anda berteduh, bersantai, beristirahat, bertengkar, bercumbu, membina keluarga.
Beda dengan saham. Saham tidak bisa anda pakai untuk berteduh, bersantai, beristirahat, apalagi bertengkar dan bercumbu. Satu-satunya alasan kita membeli saham adalah untuk mendapat untung. Masalahnya, saham bisa naik, tapi juga bisa turun. Dan kalau turun, ia bisa turun sampai 0. Ya benar, nol alias tidak ada harga sama sekali! Jadi bisa saja anda menghabiskan banyak uang di pasar saham dan yang anda dapat hanyalah stress.
2.Apakah anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain?
Jangan main saham, kalau anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain.
Misalkan anda punya tabungan sebesar Rp 50 juta untuk biaya kuliah Tamara, putri anda. Kuliahnya kan masih tiga tahun lagi, anda berpikir. Bagaimana kalau saya investasikan dulu uang ini di saham. Deposito di bank cuma dapat 5% sih. Siapa tahu dengan main saham uang Rp 50 juta ini bisa jadi Rp 100 juta.
Jangan, jangan. JANGAN!
Lebih besar kemungkinan Rp 50 juta ini habis dan si Tamara tidak jadi kuliah. Bisa-bisa anda harus merelakan Tamara menikah dengan kakek kaya untuk membayar hutang anda.
Anda sebaiknya main saham hanya kalau anda punya uang lebih. Only invest what you could afford to lose without that loss having any effect on your daily life in the foreseeable future, demikian kata Peter Lynch. Hanya investasikan uang sesuai kesanggupan anda di mana kalau anda merugi, kerugian itu tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari anda di kemudian hari.
Ingat: Jangan bermimpi melipatgandakan uang dalam waktu cepat. Kalau mau lebih jelas, silahkan baca pos "Main Saham Cepat Kaya?" dan "Target Laba Main Saham."
Untuk melanjutkan baca, silahkan klik di sini "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street' (Bagian II)."
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Anda sebaiknya main saham hanya kalau anda punya uang lebih. Only invest what you could afford to lose without that loss having any effect on your daily life in the foreseeable future, demikian kata Peter Lynch. Hanya investasikan uang sesuai kesanggupan anda di mana kalau anda merugi, kerugian itu tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari anda di kemudian hari.
Ingat: Jangan bermimpi melipatgandakan uang dalam waktu cepat. Kalau mau lebih jelas, silahkan baca pos "Main Saham Cepat Kaya?" dan "Target Laba Main Saham."
Untuk melanjutkan baca, silahkan klik di sini "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street' (Bagian II)."
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
nice posting mas/ pak Iyan. Saya baru2 ini sering membaca blog anda, menurut saya sangat menarik. Saya ingin menanyakan dimanakah saya dapat membeli buku One Up on Wall Street? saya tidak punya credit card, sehingga susah untuk membeli di amazon. Mungkin bisa memberi referensi tempat belinya?
ReplyDeleteSalam kenal dan terima kasih
Haryo
Mas Haryo, terima kasih telah mampir dan meninggalkan komentar.
ReplyDeleteKalau Haryo tidak bisa memesan buku "One Up on Wall Street" dari Amazon, anda bisa mencoba mencari di (Jakarta) toko buku Gramedia, Kinokuniya atau Times. Times malah bisa memesankan buku itu untuk anda kalau stok tidak ada.
Buku ini terbit di Amerika sekitar 20 puluh tahun lalu, jadi memang agak sulit mendapatkannya di toko buku di Indonesia. Kalau anda sudah berusaha dan masih saja tidak menemukan buku ini, silahkan hubungi saya lagi.
salam kenal mas iyan,
ReplyDeletemas, ada ga sepengetahuan mas iyan buku belajar saham versi bahasa indonesia yang kupasannya seperti "One Up on Wall Street" ?
saya tertarik untuk belajar main saham mas.
regard,
andi - aceh
Andi, setahu saya tidak ada buku bahasa Indonesia yang seperti "One Up on Wall Street."
DeleteTapi Andi bisa coba baca buku (ada terjemahan Indonesia) "How to Make Money in Stocks" karya William O'Neil. Cara investasi O'Neil berbeda dengan cara Peter Lynch, tapi ide-ide yang dijabarkan sangat bagus.
Semoga membantu.
terima kasih mas iyan atas infonya, apa yg telah mas iyan jabarkan sangat menginspirasi saya.
Deletesalam sukses utk mas iyan. GBU
Hi Pak Iyan,
ReplyDeleteTerima kasih atas rekomendasinya.
Jadi apakah bisa dikatakan tidak ada buku karangan orang 'lokal' yang bagus pak untuk dijadikan referensi?
Salam,
Reinhard
Saya tidak bilang tidak ada karangan orang 'lokal' yang bagus. Nanti banyak yang marah. Tapi sampai saat ini saya tidak menemukan banyak buku 'lokal' yang bagus untuk dijadikan referensi. Kalaupun ada, biasanya banyak sekali mengutip dari buku luar. Jadi lebih baik baca buku dalam bahasa aslinya (bahasa Inggris).
DeleteBuku trading & investasi terjemahan banyak yang sulit dimengerti. Biasanya karena terjemahannya kurang tepat.
Tapi ada satu buku 'lokal' yang intinya cukup bagus: "Investor Sibuk." Coba anda cari di Gramedia.
Salam kenal Pak Iyan. Sudah beberapa hari saya belajar dari tulisan-tulisan Bapak di blog ini. Terima kasih untuk tulisan2nya yang sangat enak dibaca, dg contoh atau ilustrasi yang mudah dimengerti oleh pemula yang buta tentang dunia 'main saham'.
ReplyDeleteSetelah membaca posting ini saya jadi tertarik utk membaca buku Peter Lynch. Biasanya saya beli buku2 berbahasa Inggris online dari BookDepository.co.uk yang gratis ongkirnya ke Indonesia. Ini saya beri link-nya kalau ada teman2 yg berminat:
http://www.bookdepository.co.uk/One-Up-on-Wall-Street-Peter-Lynch/9780743200400
Salam,
Mala.
Dear Mala, terima kasih untuk link-nya yang sangat berguna untuk teman-teman yang ingin membeli buku One Up on Wall Street.
DeleteHalo mas Iyan.. menarik sekali blog ini..
ReplyDeletesaya masih newbie nih dan lagi sibuk belajar heeheh
cuma mau komentar sedikit aja mengenai ini--> Lalu mereka menulis buku dan mengadakan seminar untuk mengajarkan anda rahasia tersebut. Masuk akalkah?
kadang kepuasan itu bukan hanya datang dari materi.. untuk beberapa orang passion mereka adalah berbagi kesuksesan mereka.. gak bedalah sama mas Iyan nulis blog begini..
maap agak OOT hihihi
Kalau memang tujuan mereka adalah mengajar orang lain utk sukses, kenapa harus menyelenggarakan kursus yang biayanya puluhan juta rupiah? Kan sudah kaya, kok maruk banget? Tulis saja blog, atau cetak buku dan jual dengan harga murah.
DeleteKalau mau berbagi, berbagilah. Kalau mau cari duit,silahkan. Tapi jangan pakai kedok mau berbagi kesuksesan.
Sampai hari ini saya belum bertemu orang yang benar-benar mau membagi kesuksesannya kepada saya tanpa pamrih.
Nancy boleh saja berpendapat berbeda. :D
Tujuan saya menulis bukan untuk berbagi kesuksesan.(Saya belum merasa sukses.) Saya menulis untuk kepuasan diri, untuk mengajar, untuk menggurui, untuk mengevaluasi diri.
selamat siang pak Iya, setelah beberapa hari membaca blog bpk, saya pikir blog bpk sudah cukup dibuatkan buku yang isinya kumpulan posting-posting bapak, ditambah dengan info-info kecil di bagian komentar yang sangat bermanfaat.
ReplyDeleteuntuk buku lokal seperti jawaban bpk di atas, yang judulnya Investor Sibuk, apakah ini maksudnya pak?
http://www.gramedia.com/book/detail/9789792260588
Selamat siang juga, Pinus Labs.
DeleteTerima kasih untuk saran anda yang membesarkan hati. Semoga niat saya menerbitkan buku bisa terealisasi secepatnya.
Link anda adalah betul buku Investor Sibuk yang saya maksud.
Bung Iyan,
ReplyDeletesetelah Lynch dan O'Neil, bagaimana kalau selanjutnya rekan Iyan me-review buku Intelligent Investor karya Benjamin Graham? Kan sudah pernah rekan Iyan baca, dan juga sekarang sudah ada buku Intelligent Investor versi Indonesia-nya oleh penerbit Serambi:
http://www.serambi.co.id/katalog/283/the-intelligent-investor#.UgcMgaxYUfQ
Walaupun buku ini mungkin bukan favorit rekan Iyan, rasanya tidak salah jika buku ini masuk ke dalam daftar referensi bagi para investor yang serius. Bahkan seandainya pun kita tidak sejalan dengan anjuran Graham, minimal kita jadi bisa mengerti jalan pikiran kawan2 investor yang fokusnya di value investing dan bukan momentum investing. Lagi pula banyak juga pendapat bijak baik dari Graham dan Zwaig (dari bagian commentary dan footnote) yang cukup relevan bagi para pemain saham. Saya sendiri malah masih suka membaca Intelligent Investor di waktu luang karena banyak perumpamaan lucu sampai sindiran halus dari Zwaig yang juga sangat relevan bagi para pemain saham di Indonesia -*cough* BUMI *cough*-.
Ide yang bagus, bung Willy. Akan saya pertimbangkan. Dari tahun lalu saya berusaha membaca kembali buku Intelligent Investor, tapi baru mulai baca beberapa halaman, langsung ngantuk. :D
DeleteBagaimana kalau bung Willy saja yang mengulas buku tersebut? Posnya bisa kita publish di blog ini. Tentu saja saya tulis jelas penulisnya adalah bung Willy. Atau kalau bung Willy ada blog, bisa saya link ke blog bung Willy.
Wah, sepertinya menarik juga idenya Bung Iyan! Saya tidak punya blog dan bahkan tidak punya blog sama sekali, tetapi saya bisa saja mengirimkan draft ulasan saya akan Intelligent Investor ke email Bung Iyan. Setelah itu silakan Bung Iyan edit agar sesuai dengan format standar blog ini -tentunya tanpa mengubah esensi tulisan saya- baru di-publish. Ini tentunya sesuai dengan semangat blog ini untuk Terus Belajar Saham. Seru juga karena ini berarti blog kawan Iyan ini akan meng-cover buku2 klasik untuk investasi dari Graham, Lynch, dan O'Neil. Bagi yang serius ingin Belajar Saham, blog ini akan menjadi rekomendasi nomor satu. ;)
DeleteSaya peringatkan dulu dari awal karena buku Intelligent Investor sangat tebal (intro + 20 chapters sudah 600 halaman lebih untuk yang versi revised edition 2006!), saya hanya bisa menulis review bab per bab. Tetapi ini tentu sepadan dengan hasilnya kelak. Saya senang juga kita bisa mulai berkolaborasi secara langsung, Bung Iyan. :D
SETUJU.
DeleteSaya tunggu email ulasan bung Willy.
Dengan begitu, pembaca lain (dan, saya) bisa belajar analisa fundamental.
Itu sudah saya kirim ulasan pre-intro untuk Intelligent Investor ke email Bung Iyan. Saya harap itu cukup bagus untuk tulisan pertama saya di suatu blog. :)
Deletesalam kenal pak iyan, dulu saya pernah lewat kesini dan sempat lupa nama blognya tetapi kali ini ketemu deh.. bagi teman2 yang ingin memulai saham selalu saya usahakan untuk terlebih dahulu membaca blog nya bapak (biasanya mereka keberatan kalau mau invest buku hehe).
ReplyDeleteblog nya sangat bermanfaat. semoga tidak ada alasan bagi yang lainnya apabila mereka ingin memulai karena sudah banyak artikel yang bermanfaat di blog ini.
salam,
hendy
Hendy, terima kasih untuk komentar anda.
Deletesuper sekali ulasannya pak iyan, saya belajar dulu via ulasan" pak iyan baru saya menjadi pemula.thanks ya pak
DeleteSelamat siang Pak Iyan.
ReplyDeleteSaya tertarik untuk bermain saham. Sebagai pemula, saya mencari tahu sebanyak mungkin informasi2 ttg saham. Mulai dari buku2 ttg saham, blog2 yg membahas ttg saham bahkan sampai ke seminar2.
Pada salah satu seminar yg saya ikuti, selain memberikan materi ttg bagaimana bermain saham dgn baik dan benar, mereka menawarkan semacam alat bantu (software) untuk bermain saham. Secara singkat cara kerja software tsb adalah melakukan 'filter' thd saham2 yg layak dibeli. Filter tersebut akan selalu update setiap harinya. Di harga brp kita harus beli, di harga brp harus kita jual (cut loss), dll.
Saya tertarik utk membeli software tersebut, karena sebagai pemula software tsb akan sangat membantu. Namun, pada saat yg bersamaan, saya menemukan blog ini, setelah saya baca, saya justru menunda niat saya utk membeli software tsb.
Yang ingin saya tanyakan, selama berkecimpung di dunia saham, apakah Pak Iyan pernah tahu atau mendengar adanya alat bantu (software) utk bermain saham?
Terima kasih.
Salam,
Zulfikar Lubis - Jakarta
Dear bung Zulkifar Lubis,
DeleteSaya tahu BANYAK pihak yang menjual software saham.
Jenis software pun bermacam-macam. Ada software analisa teknikal seperti MetaStock dan AmiBroker. Ada juga software yang langsung memfilter saham dan memberitahu beli di harga berapa, jual di harga berapa (software ini biasanya disebut trading system).
Pada intinya SAYA TIDAK ANTI orang jualan. Tapi saya BENCI orang jualan (seminar, pelatihan, software dll) yang JANJI-JANJI SURGA bahwa produknya akan membuat anda cepat dan/atau mudah kaya.
Perlu anda ketahui, main saham dengan cara apapun (investasi jangka panjang ataupun trading jangka pendek) termasuk aktivitas SPEKULASI. (Banyak orang yang BERSEMBUYI di balik kata "investasi", seakan-akan "investasi" itu tidak ada resikonya.) Dan yang namanya SPEKULASI ataupun INVESTASI selalu beresiko RUGI.
Logikanya: kalau memang apa yang mereka jual akan membuat anda CEPAT dan MUDAH menjadi KAYA, mengapa mereka harus menjual produk tersebut? Tidakkah seharusnya mereka sudah AMAT SANGAT KAYA dari produk tersebut?
Kalau sudah AMAT SANGAT KAYA dari trading saham, kenapa serakah banget dan masih harus susah payah jualan produk?
Silahkan baca juga pos "Main Saham Cepat Kaya" dan pos "Beli Saham. Jual Untung/Rugi. Ulangi."
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2010/08/anda-mungkin-pernah-melihat-judul-buku.html
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2015/04/beli-saham-jual-untung-cutloss-ulangi.html
Intinya: JANGAN langsung PERCAYA pada penjual yang janjinya terlalu manis. Biasanya, orang yang berjanji terlalu manis adalah orang yang niatnya tidak baik.
Jadi, sebelum anda membayar mahal untuk suatu produk investasi, tanya ke si penjual: apa kelemahan dan resiko dari produk mereka? Kalau mereka bilang TIDAK ADA KELEMAHAN dan TIDAK ADA RESIKOnya, anda tahu bahwa janji mereka terlalu manis.
Begitu membaca "Jangan langsung menelan bulat-bulat saran saya di blog ini", justru saya langsung tertarik untuk membaca lebih lanjut lagi. ^_^
ReplyDeleteSaya juga pemula dan banyak sekali tertolong dengan tulisan-tulisan di blog ini yang relatif 'beda' dengan referensi-referensi yang pernah saya baca sebelumnya, sehingga saya jadi punya tambahan perspektif.
Karena itu terima kasih dan teruslah menulis, Pak Iyan ^_^/
Salam Kenal,
William - Jakarta
Dear William William,
DeleteSeperti anda, saya juga langsung tambah hati-hati kalau ada orang yang bilang, "Trust me. Percaya deh sama gua."
Terima kasih sudah meluangkan waktu meninggalkan komentar.
Siang Pak Iyan,
ReplyDeleteSalam kenal, Saya Kafka Dari Medan, Sumatra Utara.
Saya tertarik membaca postingan yang ada di blok bapak, dan saya sangat sangat tertarik dengan tulisan bapak, tentang investasi saham cara Peter Lynch di buku One Up on Wall Street.
Kalau begitu saya izin copy-paste untuk di print ya pak, untuk kalangan sendiri, agar bisa di baca berulang² dan untuk bahan pelajaran untuk belajar berinvestasi saham cara Peter Lynch.
Terima Kasih. :-)
Sore Pak Iyan,, sangat membantu sekali nih
ReplyDeleteSore Pak Iyan, saya masih pemula mau nanya kalo investasi saham tapi niatnya tidak untuk mencari capital gain (trading) tapi deviden yang terima tiap bulannya dari perusahaan tsb, gimana caranya? karena sepanjang yang saya baca ini blog isinya cuma sifatnya capital gain atau trading index.
ReplyDeleteTerima Kasih
Deviden (kalau ada) biasanya dibayar SETAHUN sekali.
DeleteSilahkan baca juga pos "Arti Istilah 'Cum' dan 'Ex' Dividen Saham."
https://terusbelajarsaham.blogspot.co.id/2011/07/arti-istilah-cum-dan-ex-dividen.html
pak Iyan, saya mau bertanya. kalau alokasi investasi saya yang saya siapkan untuk pensiun saya pindahkan dari reksadana ke beli saham(bukan main saham) apakah keputusan yang baik?mohon pencerahannya ya pak.
ReplyDeleteMengapa anda terpikir ingin memindahkan alokasi investasi pensiun dari reksadana ke beli saham (bukan main saham)?
DeletePertanyaan pertama: reksadana milik anda sekarang ini reksadana saham, pendapatan tetap, campuran, atau apa?
Menurut saya, yang lebih baik adalah meng-ALOKASI sebagian REKSADANA milik anda menjadi reksadana pure saham (daripada beli saham sendiri).
Jadi, anda akan punya reksadana saham dan reksadana type lainnya.
Malam Pak, terima kasih sebelumnya sudah membalas pertanyaan saya.
Deletereksadana pensiun saya sudah reksadana pure saham pak,
saya terpikir untuk memindahkan dari reksadana saham ke beli saham sendiri adalah karena banyak artikel/informasi yang saya baca ,reksadana pure saham pun return/profitnya akan sangat jauh dari beli saham sendiri.
Untuk saat ini investasi saya semua memang masih di reksadana (dana kas,pendapatan tetap,dan saham) belum ada yang beli saham sendiri dan saya terpikir untuk memindahkan investasi pensiun saya.
menurut Pak Iyan sendiri investasi untuk pensiun idealnya dimana? Terima kasih pak
Kalau reksadana anda sekarang sudah reksadana pure (100%) saham, rasa-rasanya anda tidak perlu beli saham sendiri (untuk investasi pensiun).
DeletePENTING: JANGAN LANGSUNG PERCAYA pada artikel/informasi bahwa return/profit dari beli saham sendiri akan jauh lebih tinggi dari reksadana saham.
Kalau anda TIDAK TAHU cara investasi saham yang benar, malahan kemungkinan besar return beli saham sendiri akan jauh LEBIH KECIL (bahkan NEGATIF) daripada return reksadana.
Nah, kalau anda MAIN saham sendiri (dan tahu caranya), SEHARUSNYA return-nya lebih tinggi daripada investasi di reksadana saham.
Mengapa?
Karena MAIN saham kan resikonya lebih tinggi, jadi SEHARUSNYA potensial return-nya juga lebih tinggi.
Tapi mohon diingat bahwa kata "seharusnya" tidak berarti hal itu PASTI terjadi.
bagaimana dengan holding period yang panjang >10th dan invest pada saham bluechip/fundamental bagus,
Deletebukankah return nya in average dlm jangka panjang akan tinggi?
terima kasih pak
Kalau "holding period >10th dan invest pada saham bluechip," itu berarti (relatif) SAMA dengan yang dilakukan reksadana saham.
DeleteArtinya, kalau anda melakukan hal yang (relatif) sama dengan reksadana saham, return-nya juga relatif sama. Itu kalau anda memilih saham yang benar. Kalau pilihannya salah?
Jadi, daripada repot-repot memilih saham sendiri, lebih baik investasikan saja di reksadana saham.
Semoga cukup jelas.
Terima kasih untuk ulasannya pak. Sangat membantu saya yang masih sangat pemula di dunia saham dan perlu belajar banyak. Bagaimana pendapat bapak mengenai metode CAN SLIM WIlliam J O'Neil, apakah dapat diterapkan di pasar modal di Indonesia? Apakah metode ini metode trading atau investing ya pak? Mohon pencerahannya.
ReplyDeleteSilahkan baca pos "Cara Investasi Saham William O'Neill."
Deletehttps://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/08/cara-investasi-saham-william-oneill.html