Wednesday, May 29, 2013

Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian I)

Anda sudah membeli saham dan saham tersebut naik. Apa yang sebaiknya anda lakukan?

Kalau anda sudah membaca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian I)" anda tahu bahwa sebaiknya anda menjual SEBAGIAN dari saham yang anda miliki. Saran saya di pos itu adalah untuk menjual SETENGAH dari jumlah saham yang anda miliki.

Itu konsep yang saya kemukakan. Tapi jual setengah ini di harga berapa? Lalu bagaimana dengan setengah yang kedua?

Di pos ini saya akan membahas permasalahan di atas dengan detail.

Untuk memudahkan diskusi, mari kita memulainya dengan contoh rencana trading (trading plan) yang anda siapkan.

Misalkan saja anda membeli saham Waskita Karya (WSKT) di harga Rp 800 sejumlah 100 lot. (Kalau anda tidak tahu arti "lot," silahkan baca pos "Arti Istilah 'Lot' dan 'Odd Lot' di Bursa Efek Indonesia.")

Pada saat membeli, anda langsung menentukan harga cut-loss kalau-kalau saham turun. Anda memakai cut-loss sistem persentase (silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham"), dan angka yang anda pakai adalah 10%. Artinya, kalau saham WSKT turun 10%, anda akan langsung jual rugi.

Setelah menetapkan cut-loss 10% dari harga beli, anda juga menentukan batas waktu (deadline) untuk cut-loss. (Silahkan baca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli, Bagian IV".) Karena anda memutuskan menjadi swing-trader, batas waktu yang anda tentukan adalah 20 hari kerja bursa. Artinya, kalau WSKT dalam 20 hari kerja tidak naik, tapi juga tidak turun sampai titik cut-loss, anda akan jual.

Kondisi awal rencana trading (trading plan) anda:

Beli WSKT 100 lot di Rp.800.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Batas waktu: 20 hari kerja.

Setelah anda beli, WSKT sempat turun ke 750, tapi lalu perlahan-lahan naik.

790, 800, 810, 820, 830, 840.

Pada hari ke-sebelas, WSKT tutup (close) di harga 850.  (Untuk menyegarkan ingatan anda tentang Close, silahkan baca pos "Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui.")

Anda senang WSKT naik DI ATAS harga beli anda. Di atas kertas, anda sudah untung.

Bung Iyan menyarankan saya menjual SETENGAH dari saham yang sudah naik," gumam anda dalam hati. Tapi dia tidak bilang jualnya di harga berapa. Gimana nih?

Kebetulan sekali. Si bung Iyan akan memberikan saran tersebut di sini. Saran saya:

Jika saham yang anda beli naik, target harga jual pertama adalah sebesar target anda cut-loss.

Artinya, kalau anda menetapkan cut-loss 5%, target jual pertama adalah ketika saham naik 5%. Kalau anda menetapkan cut-loss 25%, target jual pertama adalah ketika saham naik 25%.

Nah, karena anda menetapkan cut-loss 10%, target jual pertama anda adalah ketika saham NAIK 10%.

Trading Plan lengkap dengan target harga ke-1:

Harga beli WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 850.
Jumlah saham: 100 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Jual SETENGAH kalau WSKT naik ke 880.

Namanya juga lagi beruntung, lagi hoki, beberapa hari kemudian, pada hari ke-limabelas setelah anda beli, WSKT benar naik ke 880. Jadilah anda menjual 50 lot (setengah) saham WSKT milik anda.

Aaah, sungguh senang hatiku, anda bernyanyi-nyanyi kecil. Kalau WSKT naik, saya masih punya 50 lot lagi. Kalau turun...wah, kalau turun saya juga masih punya 50 lot. Musti diapain nih sisa yang setengah ini?

Pertanyaan yang sangat valid.

Kondisi sekarang:

Harga WSKT: 880.
Jumlah saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Keuntungan yang sudah direalisasi: 50 lot x 500 lembar/lot x Rp 80 = Rp 2 juta.

Nah, kalau kondisi di atas tidak anda perbaharui, anda akan menjual HANYA kalau WSKT turun ke 720. Kalau hal ini terjadi, artinya anda rugi Rp 2 juta (50 lot x 500 lembar/lot x Rp 80).

Alhasil: untung Rp 2 juta yang pertama habis untuk menutupi rugi Rp 2 juta ini, total jenderal tidak ada untung (bahkan masih rugi sebesar "fee" jual beli yang harus anda bayar ke broker.) 

Di Wall Street (bursa saham Amerika Serikat) ada pepatah "Don't Let Your Profit Turn Into a Lost." Terjemahannya: Jangan biarkan keuntungan berubah menjadi kerugian.

Masalahnya, bagaimana cara terbaik mencegah untung berbalik menjadi rugi?

Bagaimana kalau jual sisa saham di harga target atau di titik resistance yang ditulis oleh analis-analis di surat kabar atau di riset yang mereka email ke anda?

Jangan.

Kan sudah saya beritahu di pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?" agar  TIDAK serta-merta percaya pada analis, bahkan yang profesional sekalipun. Ingat: tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Kalau begitu, apa tidak lebih baik kalau jual SEMUA saja di 880? Kan sudah untung?

Jangan juga.

Menjual SEMUA di 880 memang memastikan anda mendapat untung. Tapi bagaimana kalau WSKT masih naik lagi?

Di Wall Street ada juga pepatah: Let the profit runs. Terjemahannya: biarkan keuntungan berlari. Artinya, jangan terlalu cepat mengambil keuntungan karena bisa saja keuntungan tersebut menjadi lebih besar.

Lagipula, tidak banyak saham yang anda beli memberikan profit; lebih banyak yang merugi. Ketika saham memberikan untung, anda harus meraup untung semaksimal mungkin untuk menutup kerugian dari saham-saham yang lain.

Kalau sisa saham tidak langsung dijual, khawatir turun lagi. Kalau sisa saham langsung dijual, khawatir masih naik terus.

Jadi harus gimana sih? ujar anda sambil menggaruk-garuk kepala.

Sabar, sabar. Akan saya jelaskan.

Anda masih ingat pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini"? Di pos tersebut saya berusaha meyakinkan anda betapa pentingnya anda melakukan cut-loss. Begitu pentingnya cut-loss sampai-sampai saya menyatakan (saya kutip dari pos tersebut):

Tidak ada yang bisa menyelamatkan anda dari kehancuran financial bila anda tidak pernah mau cut-loss.

Di sini saya akan tambahkan satu lagi alasan mengapa konsep cut-loss harus anda kuasai sejak awal anda belajar main saham:

Konsep cut-loss amat sangat penting bukan hanya karena ia bisa mencegah kehancuran finansial tapi juga karena ia bisa memaksimalkan keuntungan dari saham yang naik pesat.

Lho, kok bisa? 

Iya, bisa.


Karena untuk memaksimalkan keuntungan (profit) dari saham yang sedang naik, anda saya anjurkan menggunakan saudara dekat dari cut-loss yang namanya TRAILING STOP.

Apa sebenarnya trailing-stop ini? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian II)."
 






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

38 comments:

  1. Lama2 saya pikir Bung Iyan bisa menulis skenario film atau sinetron tentang suka duka hidup seorang pemain saham. Habis deskripsinya itu rada lucu. Hehehehe....

    Tapi kalau mau serius sedikit, saya juga mulai menerapkan sistem trailing cut-loss setelah membaca artikel Bung Iyan tentang Bollinger Bands. Mungkin ini sedikit masukan bagi sesama rekan, silakan ketik target profit taking (PT) dan cut loss (CL) di Excel atau Word sebagai referensi yang jelas. Lebih bagus lagi kalau diprint dan ditempel di samping laptop/komputer, jadi kita tidak 'lupa daratan' pas sudah mencetak profit. Begitu target tercapai, langsung 'terminate with extreme prejudice'. Eksekusi segera, jual sebanyak jumlah yang sudah ditetapkan di lembar PT dan CL pada harga bid saat itu juga!

    Percayalah, pas kita sudah untung, kita sudah tidak lagi berpikir jernih dan seringkali lupa mencairkan keuntungan, dan mendadak saja harga sudah berbalik....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, Bung Willy ngeledek. Hehehe. Saya bercita-cita menulis buku bukan hanya tentang saham tetapi juga menulis novel.

      Saran Bung Willy di atas ttg profit taking dan cut-loss sangat membantu. Trims.

      Delete
  2. Mas, saya masih pelajar dan baru mengerti tentang saham setelah membaca artikel-artikel anda,
    saya ingin bertanya apakah saham yang kita beli bisa dipegang selama-lamanya dan menjualnya kapanpun kita mau atau saham itu ada batas kadaluarsanya untuk tidak sehingga tidak bisa lagi diperdagangkan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anda boleh saja memegang saham selama-lamanya. Tidak ada kadaluwarsanya.

      Tapi kadang-kadang, ada saham yang di-delist dari bursa. Artinya saham tersebut TIDAK LAGI diperdagangkan di pasar regular. Anda masih bisa bertransaksi di pasar non-regular, tapi prosesnya tidak sederhana.

      Kalau mau pegang saham selama-lamanya, silahkan beli saham perusahan besar dan ternama. Kemungkinan mereka di-delist relatif kecil.

      Delete
    2. Seram amat bahasa rekan Afri, dipegang 'selama-lamanya'. Menurut hemat saya, kalau begitu kan yang menikmati jadinya ya ahli waris kita setelah kita mati. Tidak ada jaminan kalau ahli waris kita juga akan meneruskan tradisi almarhum untuk terus menyimpan saham tersebut. Seringkali jadinya mereka akan menjual saham tersebut dan berfoya-foya karena mendadak jadi 'orang kaya baru'.

      Itu pun kalau perusahaannya masih kuat dan berkembang ketika anda mati. Kalau ternyata perusahaannya tutup dan bangkrut bagaimana? Sia-sia saja jadinya menyimpan saham itu 'selama-lamanya'.

      Delete
    3. Masukan Bung Willy ini sangat berharga. Saya setuju 100%. Beli sesuatu kalau tidak kita gunakan, buat apa beli?

      Beli saham tujuannya adalah mendapat untung. Kalau "untung" ini tidak kita gunakan, kita nikmati, untuk apa main saham?

      Delete
  3. bung iyan. ilmu jual setengah dan trailing cutlossnya luar biasa. logika sederhana tapi efektif untuk melindungi profit kita sekaligus memaksimalkan keuntungan kita. mantap memang ini blog. dari sini saya juga belajar untuk mengontrol greedy dan fear kita. sy masih lapar ilmu2 bung iyan selanjutnya. makasih bung iyan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bung Agung,

      Konsep jual/beli saham sebagian dan trailing stop adalah konsep yang umum bagi pemain saham veteran.

      Anda tidak perlu membayar seminar/kursus puluhan juta rupiah untuk mengetahui "rahasia" ini. Banyak penulis luar negeri yang membahas topik ini. Hanya saja saya membahasnya dengan lebih detil.

      Saya senang kalau tulisan saya bermanfaat untuk anda.

      Delete
  4. Bung Iyan,,tips tips nya sangat membantu,dgn bahasa2 yg asyikk,dan mudah dimengerti,,jd membuat seolah dunia saham tidak sekejam ibukota,,sy yg baru belajar ttng saham

    ReplyDelete
  5. Jangan salah.

    Dunia saham LEBIH KEJAM dari ibukota.

    ReplyDelete
  6. pak Iyan,
    membaca post ini mengenai Trailing Stop memberikan pencerahan dan ilmu baru buat saya untuk trading
    selama ini saya memaknai Let the profit runs, sebagai petuah untuk menggunakan teknik average up .. selama trend nya masih up trend maka kita kejar dengan membeli lagi dan lagi
    saya baca post bapak sampai episode ke IV tidak menemukan mengenai average up, apa pak Iyan tidak pernah melakukan average up?
    bagaimana cara memadukan trailing stop dan average up yang benar pak Iyan?

    trimakasih banyak.. :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Erwin,

      Bingkai waktu trading saya relatif pendek. Dan sampai saat ini saya BELUM menemukan cara Average Up yang tepat. Jadi, saya jarang-jarang melakukan Average Up.

      Tapi saya tahu cara Avearge Up yang TIDAK BENAR: terus membeli ketika saham UPTREND dan makin tinggi harga saham, belinya makin banyak. Saat saham turun--walaupun relatif cuma turun sedikit, posisi yang awalnya untung bisa berbalik jadi rugi BESAR.

      Saran saya untuk pemula: kalau belum bisa KONSISTEN menjalankan trading plan tanpa Average Up, lebih baik lupakan dulu Average Up.

      Delete
  7. Selamat pagi Bung Iyan. Terima kasih telah banyak berbagi ilmu perSahaman. Saya salah satu fans anda :D tetaplah bersemangat menulis dan berbagi.

    Saya ingin sedikit bertanya tentang saham. Mohon maaf jika pertanyaannya kurang berbobot. Saya pemain pemula, bingung langkah apa setelah saya trailing stop. Contohnya begini. Saya beli JSMR di 4695 10 lot. Target take profit di 4955. Lalu kemudian harga naik saya jual 5 lot. Nah kemudian harga JSMR saya naik terus. Menerapkan metode trailing stop, saya belum jual lagi JSMR saya. Yang saya bingungkan adalah sisa dana saya dari hasil menjual 5 lot itu. Saya sering sekali merasa saham yang sudah pernah saya beli dan saya jual untung terasa mahal. Saya jadi bingung lagi membeli saham. Saya perlu bantuan pak untuk menjernihkan pikiran saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat pagi juga Vivi.

      JANGAN BINGUNG kalau ada sisa dana. Apalagi dana tersebut dari menjual saham dan UNTUNG.

      Yang seharusnya anda lakukan adalah: SEBELUM ada dana nganggur, anda harus TETAP MENCARI saham yang akan anda beli KALAU nanti ada dana.

      Kalau anda sudah ada kandidat, silahkan beli ketika ada dana. Tapi kalau TIDAK ADA kandidat (artinya, tidak ada saham yang anda tertarik untuk membeli), BIARKAN saja dana tersebut nganggur SAMPAI anda menemukan saham yang menarik.

      Salah satu kesalahan besar pemain saham adalah TIDAK SABAR menunggu momen dan pilihan yang tepat. JANGAN PERNAH memaksa diri beli saham HANYA KARENA ada dana nganggur.

      INGAT: Lebih baik dana nganggur daripada dibelikan saham tapi rugi.

      Delete
    2. Wah fast respond. Terima kasih atas jawaban yang supernya Bung Iyan. Saya akan berusaha lebih sabar lagi dan mungkin selanjutnya saya akan sering bertanya. Mohon bantuannya yaa ^^

      Delete
  8. Pak Iyan, boleh gak kalau kita beli saham x setengah dari modal(untuk x) dulu di harga offer(teratas), kita beli lagi setengahnya kalau turun di antara harga offer sekarang dan 10%(yg ditentukan)?
    Beli wskt 50lot dari offer 800, cutloss 720. Kemudian wskt ke 750, kita beli 50lot lagi?

    ReplyDelete
  9. pak,iyan saya pemula,main trading US.saya gunakan trading day,bila untuk langsung jual,apa ada cara untuk target mis untung 10 dollar langsung jual di Interaktif broker.otomatis gitu.mohon pencerahan nya

    ReplyDelete
  10. Maaf pak ian saya mau nanya, apa ini pak Ian yang juga member grup WA - ISP (Investor Saham Pemula), penasaran saya hehe. Soalnya gaya bahasa yg pak ian di blog sama grup WA mirip sekali :) Maaf pak kalo agak melenceng pertanyaannya, terima kasi

    ReplyDelete
  11. Ini blog tentang saham paling clear yang pernah saya baca. Dari artikel-artikel dan strateginya, saya menyimpulkan bung Iyan adalah Nicholas Davas-nya Indonesia :). Bravo bung. Ditunggu ulasan-ulasan cerdas berikutnya.

    ReplyDelete
  12. Saya mau tanya ni mas iyan, misalnya saya termasuk yg trader harian dan sudah beli saham perusahaan A katakanlah 1 lot, pertanyaannya :
    1. Apakah saham tersebut harus saya jual hari itu juga? Bagaimana kalau seminggu/sebulan kedepan baru saya jual apa masih bisa? Ada saksinya atau tidak?

    2. Disini saya gak mngerti kenapa kita takut rugi jika tidak CUT LOSS "apkah kita takut jika harga turun orang lain bisa langsung beli saham kita, tapi klo soal itu kan sudah kita stel harga jual kita berapa" atau "takut jika harga saham tidak naik lagi, tp kan bisa kita tunggu mungkin bulan/tahun depan naik lagi".

    Jujur saya baru belajar saham dan belum pernah ikut trading, jadi mohon bgt penjelasannya.

    Sebelumnya terima kasih atas artikelnya, sangat membantu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Saham yang sudah dibeli bisa anda jual kapanpun anda mau jual.

      2. Saham yang turun belum tentu akan naik lagi.

      Delete
  13. Pak, yang bapak jelaskan di bagian ini dari apa yang saya baca dan tangkap adalah untuk trader tipe swing traders. Bagaimana sistem trailing stop untuk tipe trader Trend Following yang oleh Mark Minervini disebut superstocks (yang oleh salah satu pengagum rahasia blog bapak ini disebut Super Performance Traders hihihi..), dikatakan sanggup untuk meraup potensi keuntungan hingga 3 digit.

    Apakah konsep trailing stop ini dikenal juga pada trading style Mark Minervini?

    Mengenai pemilihan saham yang punya performa profit hingga 3 digit ini, menurut Mark Minervini dari apa yang saya baca adalah jika pada saat bursa downtrend saham pemenang ini cenderung sideways, ketika bursa sideways saham ini mulai break masa sideways dengan volume yang meyakinkan.

    Selain itu secara analisa fundamental ada faktor pertumbuhan penjualan dan laba per lembar saham (EPS) yang harus diperhatikan . Hal senada diungkapkan oleh William J'Oneil untuk memperhatikan pertumbuhan EPS pada 2 kuartal terakhir dan EPS Tahunan (min 3 tahun) naik sebesar minimal 25 persen, adanya inovasi pada produk, serta manajemen baru, kepemilikan oleh investor institusi. (mohon koreksinya bila saya salah)
    Apakah ada rencana bapak untuk membahas mengenai stock picking untuk saham-saham dengan performa pemenang ini?

    Last but not least, pertanyaan ini mungkin terdengar bodoh apakah perbedaan cutloss/stoploss ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Konsep trailing stop bisa dilakukan di semua style trading jangka pendek ataupun investasi jangka panjang. (Tapi saya tidak tahu apakah Mark Minvervini memakai konsep trailing stop atau tidak.)

      Saham performa pemenang mudah untuk dibahas, tapi SULIT untuk kita miliki. Mengapa? Karena biasanya pemain saham tidak tahan melihat untung. Untung masih kecil saja sudah gak tahan untuk realisasi profit. Apalagi kalau digocek pasar, langsung deh dijual.

      Karena alasan tersebutlah saya ajarkan konsepkan trailing-stop seperti pos di atas.

      Cut-loss atau stop-loss hanya beda di semantik saja. Artinya sih sama saja.

      Saya pribadi memilih frase Cut-loss karena kesannya lebih urgent.

      Delete
  14. Malam pak Iyan, saya baru membaca bagian tentang cutloss ini. Di tulisan bapak ini 1 lot nya masih 500 lembar saham, bagaimana kalo dengan kondisi sekarang yang 1 lot nya 100 lembar. Apakah strategy yang bapak tulis bisa di terapkan juga? Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perubahan 1 lot dari 500 lembar saham menjadi 1 lot = 100 lembar saham TIDAK mempengaruhi konsep yang saya jabarkan.

      Artinya, strategi di atas tetap bisa diterapkan.

      Delete
  15. Pak klo saham yg kita beli ternyata sideaway alias gk sampai target jual ataupun target cutloss kita selama 20 hari, apa yg harus kita lakukan?
    1. Dilanjutkan selama 20 hari depan?
    2. Dijual penuh
    3. Dijual 50% apabila untung dan buat trading plan baru untuk 20 hari kedepan?
    4. Tidak dijual dan membuat trading plan baru dengan harga yg terakhir sebagai harga modal (dalam hal ini harga terakhir apabila untung bagaimana dan apabila rugi bagaimana)?

    Terima kasih pak atas jawaban dan ilmu bermanfaatnya 🙏😇

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau tidak salah, di pos sambungan ini saya memberikan contoh. Kalau sampai batas waktu yang sudah ditentukan saham sideway, yang sebaiknya dilakukan adalah: Jual semua.

      Delete
  16. Pagi pak iyan, numpang menimba ilmu.

    Klo di contoh bpk diatas adlh melepas 1/2 muatan di TP1 dan menaikkan titik cutloss di TP2 dan seterusnya dgn konsep prosentase sesuai jarak cutloss ke harga entry.

    Yg ingin sy tanyakan, bgmn bila dalam trading plan kita tidak menggunakan prosentase sbg cutloss namun memakai angka support technical dgn risk reward ratio misal 1:1 ato 1:2 apakah cara trailing stop tsb msh ttp bs digunakan ato perlu penyesuaian?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau anda menggunakan titik support untuk cut-loss, konsep dasarnya SAMA dengan konsep cut-loss persentase.

      Mohon diingat bahwa konsep Support/Resistance:

      - kalau saham naik, titik Support baru (biasanya) akan naik juga.
      - kalau saham turun, titik Resistance baru (biasanya) akan turun juga.

      Jadi, setelah anda jual 1/2 di TP1, titik cut-loss di TP2 adalah titik SUPPORT baru yang lebih tinggi dari titik Support pertama.

      Delete
  17. Ijin utk bertanya lebih lanjut ya pak.

    Bila utk TS sy memakai support yg baru apa tdk mjd berubah ya pak jarak harga saham sy dgn TS tsb. Misal saat sy entry jarak ke CL 5%, setelah naik terbentuk support baru namun dr TP 2 jaraknya mjd 8%, kl spt ini bgmn y pak?

    Dan bgmn jg dgn kasus saham yg second ato third liner yg kadang naik hingga > 10% namun di akhir hari dibanting turun. Kl spt ini bila memakai support harian bs jadi akan sangat jauh jaraknya antara harga tertinggi yg pernah dicapai dgn support harian nya?

    Ataukah memakai support di tf lebih kecil drpd tf entry ya pak?

    Trmksh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau anda membuat Trading Plan dengan Support/Resistance, dan pada Trading Plan 2 jarak ke Support adalah 8% (berubah), ya tetap harus dilaksanakan karena anda sudah memutuskan untuk memakai Support/Resistance.

      Trading Plan untuk saham-saham third liner (gorengan abis) seharusnya TIDAK SAMA dengan Trading Plan untuk saham-saham yang (relatif) normal. Saham gorengan bisa bergerak liar naik-turun tanpa memperhatikan Support/Resistance.

      Artinya: sebaiknya hindari saham-saham liar. Kalau anda bersikeras ingin trading saham-saham tersebut, masuklah dengan jumlah yang (relatif) kecil.

      Delete
    2. Trmksh pak, berarti sy simpulkan utk trailing stop yg paling fleksibel utk semua saham justru adalah yg memakai fixed percentage ya pak

      Delete
  18. Betul, sistem trailing stop yang paling simple dan flexible adalah sistem persentase.

    Mungkin sistem lain (bisa) lebih menguntungkan. Tapi menurut saya, kalau dilakukan dengan konsisten, Trailing Stop Persentase hasilnya (seharusnya) kurang lebih sama dengan sistem yang lebih rumit dan canggih.

    ReplyDelete
  19. Siang pak iyan, saat ini sy sedang mencoba utk trailing stop menggunakan metode persentase spt yg bpk ajarkan. Alih alih menggunakan support resistance yg sy rasakan mudah sekali mempengaruhi psikologi yg ujung2nya tidak disiplin terutaama saat sedang floating profit.

    Yg sy ingin tanyakan, bila dlm entry sy memakai sistem bbrp kali entry di harga berbeda (terutama bila harga turun mendekati stoploss sebelum naik) manakah prosentase yg sebaiknya dipakai ya pak, apakah dihitung dr titik awal sinyal muncul ataukah dr harga average ya pak?

    Dan utk harga acuan trailing stop apakah memakai harga High atau harga Close pada hari tsb ya pak?

    Atas jawabannya sy ucapkan terimakasih

    ReplyDelete
  20. Seperti yang sudah sering saya tulis, apa pun cara yang anda lakukan sah-sah saja SELAMA ANDA KONSISTEN dalam melakukannya.

    Nah, mengenai anda entry pada beberapa harga yang berbeda, saran saya adalah anda memakai harga average. Kalau anda mau pakai harga tertinggi ataupun terendah, boleh saja, asalkan anda konsisten.

    Mengenai harga acuan Trailing Stop, saran saya adalah memakai harga Close. Kalau mau pakai High, boleh saja, asalkan anda konsisten.

    ReplyDelete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.