Saturday, February 2, 2019

Pengalaman Main Saham Pembaca Blog Ini

Di pos "Untung Rugi Main Saham Ada di Tangan Anda," pembaca setia blog ini—Herlambang—menceritakan pengalaman dirinya main saham sejak 4 tahun lalu sampai saat ini.

Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Mas Herlambang untuk sharing ini.

[Saya juga mengundang pembaca-pembaca lain blog Terus Belajar: Main Saham untuk menceritakan pengalamannya. Berbagi pengalaman bukan hanya membantu orang lain, tapi juga membantu anda dalam menelusuri kelebihan dan kekurangan anda dalam bermain saham.]


---###$$$###---


Dear Mas Iyan.

Salam profit.

Sebenarnya saya agak grogi mau menceritakan pengalaman saya disini, khawatirnya dianggap ngawur atau apalah bahasa lainnya. Tapi baiklah tetap saya ceritakan karena tujuannya juga agar mendapat koreksi dan masukan dari seorang professional trader. Dan maaf sebelumnya apabila nanti bahasanya acak2an.

Setelah melakukan trading selama beberapa tahun, disertai dengan jatuh bangunnya, maka ada beberapa pengalaman berharga yang dapat saya ambil, dan saya juga meluangkan waktu untuk melakukan riset terhadap market, untuk saya aplikasikan sebagai bahan perbaikan pada trading2 berikutnya.

Ada 5 hal yang dapat saya sampaikan disini yaitu sebagai berikut.


Yang pertama terkait dengan psikologis. Psikologis ini sangat penting ketika melakukan aktivitas trading, terutama psikologis dalam menghadapi kerugian. Contoh kongkrit dari pengalaman saya, jika saya melihat portofolio di OLT “kebakaran” atau merah membara dan minus dalam, maka akan membuat hati gundah, dan hal ini justru memancing semakin banyak kesalahan dalam trading.

Nah, untuk permasalahan psikologis diatas, maka saya mengatasinya dengan cara membuat akun lebih dari satu. Tercatat saat ini saya sudah memiliki 4 akun dan kebetulan yang aktif 3 dan 1 non aktif. Sebelumnya 5 akun, tapi sudah saya tutup 1 jadi tinggal 4.Dengan cara ini saya mampu mengatasi kepanikan karena OLT yang portonya sedang “membara” tidak akan saya lihat.

Yang kedua terkait dengan pemilihan emiten. Saya sudah berkali2 jatuh bangun di saham gorengan. Pernah profit fantastis, tapi juga pernah rugi besar, sehingga ujung2nya ya impas saja, bahkan saya merasa rugi secara psikologis. Bagi pembaca setia blog mas iyan ini yang pernah main di saham gorengan akan merasakan sendiri bagaimana sensansinya. Nah, dari pengalaman tersebut saya memutuskan untuk berhenti dari main saham gorengan karena saya adalah seorang pemula. Bagi profesional trader, bisa jadi saham gorengan justru menjadi ladang profit yang paling menggiurkan karena volatilitasnya yang sangat tinggi.

Kemudian bagaimana saya memilih emiten. Jujur saja saya termasuk orang yang malas untuk mempelajari LK, membanding2kan fundamental antar emiten seperti PER, PBV, ROA, ROE, EBITDA, de.el.el.., sehingga dari hal tersebut saya memilih emiten cukup dari LQ45 saja ditambah emiten yang notabene “plat merah” atau BUMN. Lalu apa alasannya, kenapa LQ45 ? Alasannya adalah karena secara umum emiten2 penghuni LQ45 memiliki fundamental yang relatif “baik” ditambah lagi memiliki likuiditas yang tinggi, sehingga kalaupun salah ambil posisi dan mau “dibuang”, gampang. Kemudian kenapa BUMN ? Karena emiten BUMN saya anggap relatif “aman”, dan dari pengalaman saya, sampai saat ini saya masih memiliki 3 saham emiten swasta yang “mogok” lama dan tidak bisa dijual, karena adanya permasalahan hukum dan sebagainya. Padahal notabene emiten tersebut juga pernah parkir sebagai anggota LQ45. (to be continued..maaf sementara itu dulu nanti dilanjut lagi)



[Waduh, jadi tersanjung mas kalau sharing saya mau dijadikan pos di blog ini. Monggo mas tidak mengapa.]

Poin2 selanjutnya yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut.

Yang ketiga terkait dengan money management. Diawal2 trading karena tidak menggunakan money management, lebih sering bonyoknya daripada untungnya. Sangat sering kena gocek ke level cutloss, padahal harga sudah berhasil breakout dari resisten kuatnya misalnya. Toh akhirnya harga melambung juga melanjutkan kenaikannya sehingga membuat saya manyun..haha. Untuk melakukan buyback pasca cutloss membutuhkan mental yang jauh lebih besar daripada ketika melakukan cutloss itu sendiri. Mungkin bagi profesional trader hal ini adalah sesuatu hal yang sudah biasa.

Kemudian bagaimana saya menerapkan money management ? Jika mengincar suatu saham, maka saya alokasikan dana maksimal 2/3 saja dari modal, dan 1/3nya lagi cash buat cadangan. Dari 2/3 dana tadi saya bagi lagi menjadi 12 bagian. Dari 12 bagian itu saya bagi lagi ke 3 akun. Jadi peluru 1-4 untuk membeli di akun 1, pembelian ke 5-8 di akun 2, pembelian ke 9-12 di akun 3.

Yang keempat terkait dengan bagaimana cara entrynya. Pembelian pertama tentunya disesuaikan dengan hasil analisis. Untuk pembelian ke-2 dan seterusnya dilakukan setiap kali ada tanda2 reversal baik kondisi naik maupun turun. Cara menganalisisnya adalah saya meriset saham2 LQ45 BUMN yang sedang downtrend dan penurunannya sudah mencapai 20%-40% atau lebih. Kemudian saya catat emiten2 tersebut beserta harganya saat itu. Atau agar tidak lupa dilakukan pembelian pertama, atau cukup beli 1 lot saja salah satu emiten yang saya pilih, sebagai penanda agar selalu terpantau di portofolio OLT, dan selanjutnya diamati terus grafik harganya dan ketika muncul tanda2 reversal dilakukan pembelian pertama dan seterusnya. Hasil dari pengamatan terhadap saham2 LQ45, jika sudah turun 20%-40% maka akan relatif lebih cepat untuk berbalik arah menjadi uptrend. (duh kolom komennya ngga muat saya putus disini


(lanjutan)

Yang kelima terkait dengan waktu entrynya. Jadi kapan waktu yang tepat untuk membeli saham ? Waktu yang saya maksud adalah waktu pada saat jam trading sedang berjalan. Sebelumnya saya suka membeli ketika harga sedang naik, sekitar pukul 9 – 11 karena takut ketinggalan kereta. Tapi ternyata disore hari keretanya mogok dan “kempes” lagi, jadi minus dah. Lebih pusing lagi jika esok hari dan esoknya lagi harganya semakin turun dan semakin dalem. Jadi ternyata pada jam2 tersebut menurut saya bukan waktu yang tepat untuk membeli, tapi justru waktu untuk jualan. Berdasarkan pengalaman tersebut saya sekarang lebih suka untuk membeli di sore hari, sekitar pukul 15.30 – 16.00. Karena dari pengamatan, pada jam2 tersebut pergerakan harga sudah cenderung stabil, walaupun tidak menutup kemungkinan pada saat closing ada kejadian harga ditarik ataupun bahkan dibanting. Lalu bagaimana jika sampai closing tidak dapat barang ? Jika menurut prediksi besar kemungkinannya untuk naik dan benar2 ingin dapat barang, untuk hal ini biasanya saya haka separuh dan separuh lagi nge-bid di harga tertinggi. Tapi jika hasil prediksinya biasa2 saja, cukup ngebid saja tanpa haka, kalaupun tidak kebagian ya sudah terima saja.

Sebagai tambahan, saya juga sudah stop menggunakan dana margin, karena menurut saya menggunakan margin sangat berbahaya bahkan justru bisa menghabiskan modal, kecuali bagi profesional trader. Tapi memang dengan disediakannya dana margin di OLT sangat menggoda untuk digunakan karena rasa serakah yang muncul untuk mendapatkan untung besar. Oleh karena itu saya membuka akun syariah yang disana tidak menyediakan dana margin supaya tidak tergoda.

Demikian sharing pengalaman saya, mungkin ada hal2 detil lainnya yang terlewat karena lupa untuk saya ceritakan. Profesi trader menurut saya adalah profesi yang unik, jadi jika ada 1000 trader, bisa jadi ada 1000 cara juga yang digunakan. Saham juga sama, semua saham memiliki peluang yang sama untuk memberikan profit dan juga memberikan peluang kerugian. Bagi trader X, saham ABCD mungkin saja bisa memberikan profit konsisten. Tapi bagi trader Y, belum tentu bisa mendapat profit dari saham ABCD tersebut, karena kedua trader tersebut bisa jadi memiliki analisis, metode, sudut pandang, ataupun timing buy dan sell yang berbeda. Saran saya bagi sesama pemula mari terus semangat belajar secara mandiri, semakin sering kita mengasah diri Insya Allah kita akan semakin mahir.

Semoga bermanfaat. Ditunggu komentar dan koreksinya dari mas Iyan untuk perbaikan kedepannya.

Terima kasih.



---###$$$###---


Ingin tahu tanggapan saya? Silahkan lanjut baca ke pos "Tanggapan Pengalaman Main Saham Mas Herlambang, Bagian 1."
 



Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2019 oleh Herlambang. Diterbitkan di blog terusbelajarsaham.blogspot.com dengan persetujuan penulis. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

13 comments:

  1. Terima kasih mas Iyan atas diterbitkannya pos ini

    ReplyDelete
  2. Menarik juga ya sharing pengalamannya, kayaknya bisa dicontoh nih..hehe..

    Ditengah gencarnya grup2 berbayar, masih ada yang mau berbagi tips2 gratis. Terima kasih sharingnya.

    Tapi kayaknya ada yang kurang, yaitu cara jualnya, sedangkan tulisan diatas baru dijelaskan cara belinya.

    Sama kalau boleh tau emiten BUMN yang dipilih apa ya,
    kemudian hasilnya bagaimana ?

    ReplyDelete
  3. Terima kasih kembali jika sharing saya ada manfaatnya.

    Hanya saja yang perlu diingat, bahwa apa yang saya ceritakan adalah semacam teori, belum tentu anda akan mendapat profit dengan meniru teori saya.

    Terkait grup2 berbayar saya tergelitik untuk berkomentar. Mudah2an anda tidak berminat untuk bergabung kesana. Kalaupun berminat, pikirkan dulu 1000 kali sebelum anda benar2 menyerahkan uang anda kesana. Logika saya pribadi, misalkan pemilik grup berbayar tersebut memiliki sistem trading yang sempurna, selalu mencetak cuan konsisten dan tanpa pernah loss sedikitpun, tentunya sistem tersebut tidak akan diberitahukan kepada siapapun, dan juga tidak akan dijual dengan harga berapapun. Karena dengan sistem tersebut, dia akan dengan mudah mendapatkan uang dari trading saham dan mungkin saja akan menjadi orang terkaya di kolong langit ini.

    Dan saya kira sudah disadari, bahwa mencetak cuan dari market itu tidak mudah, tapi lebih mudah mencetak cuan dari membership berbayar ataupun jualan seminar2.

    Untuk 3 poin pertanyaan diatas, maka dapat saya jawab sebagai berikut :
    1.Cara menjual saham menurut saya hanya ada 2. Yang pertama, jika saham yang sudah dibeli kemudian dijual diatas harga belinya atau profit taking, artinya kita sudah benar. Yang kedua, jika dijual dibawah harga belinya atau cutloss, artinya kita harus mengakui kesalahan bahwa kita sedang salah posisi, atau juga memang sedang dikerjain oleh market. Dan di blog ini, mas Iyan juga sudah menjelaskan cukup detil bagaimana cara2 menjual saham.

    2.Maaf, untuk nama emiten, saya juga mengikuti prinsip mas Iyan untuk tidak menyebutkan emiten secara detil, khawatirnya menyesatkan.

    3.Untuk hasil trading, terus terang saja saya malu kalau harus disebutkan disini, terutama dengan “sang tuan rumah”. Sebagai gambaran umum saja, hasil di tahun 2017 mampu menaikkan ekuitas dengan cukup baik. Sedangkan di tahun 2018, mampu mengalahkan bunga deposito saja, saya sudah sangat senang.

    Demikian, terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha..betul sekali bung pernyataan anda di paragraph 4 di atas. terima kasih atas jawaban dan juga sarannya.

      kalau boleh tau indicator apa yang anda pakai untuk menentukan buy ataupun sell ? cukup dengan 1 indicator saja atau dengan menggabungkan beberapa indicator. trims.

      Febri

      Delete
    2. bung Herlambang mana ini..kalau gitu terpaksa saya tambah deh pertanyaannya..hahah.

      saham yang anda kelola hanya dari LQ45 BUMN, sedangkan setau saya saham2 LQ45 cenderung lambat ya geraknya, apakah nantinya kita ngga akan kehilangan peluang profit dari saham2 lain yang naiknya lebih tinggi ? kemudian bagaimana anda menentukan persentase target keuntungan dari setiap trading ?

      oh ya, sebagai pemula, saya masih suka mencari2 berita yang menarik dan bagus tentang emiten, bagaimana dengan anda dalam menyikapi berita2 tersebut ? apakah menurut anda penting ? trims.

      (maaf kalau banyak nanya, soalnya ngga enak juga kalau pertanyaan2 remeh seperti ini harus diajukan ke bung Iyan)

      Febri

      Delete
    3. Mohon maaf karena telah menunggu, kebetulan minggu kemarin sedang konsen dengan kegiatan diluar kota.

      1.Terkait dengan indikator yang saya pakai, diawal2 trading, saya berusaha meng-explore semua indikator teknikal yang disediakan OLT. Bahkan karena tidak puas, saya mengumpulkan puluhan afl dari internet, sampai2 berlangganan data agar afl tersebut bisa berjalan dengan baik di software charting. Dengan mempelajari banyak indikator teknikal, dan menggabungkannya antara satu dan lainnya, bukan berarti akan mendatangkan banyak profit, hasilnya sama saja, masih sering loss juga. Mungkin itu karena kebodohan saya. Dan sekarang saya mencukupkan diri dengan mengandalkan analisa candlestick saja.

      2.Kalau anda menilai gerakan kenaikan saham2 LQ45 lambat, bisa jadi anda benar, tapi menurut saya sih relatif. Kalau anda menilai saya ketinggalan saham2 lain yang naiknya lebih tinggi, memang benar adanya. Dan memang itulah kemampuan saya sebagai pemula. Saya berusaha untuk konsisten hanya trading disaham2 yang sudah saya pilih, dan tidak akan tergoda saham2 lain meskipun kenaikannya fantastis. Ibarat sopir baru yang sedang belajar menyetir, saya pun sadar diri untuk tidak berkompetisi di arena balap formula1. Bagi saya, meletakkan uang di saham yang “sudah dikenal”, sama nyamannya seperti menabungkan uang di bank2 yang sudah bonafide. Dan sebaliknya, memasukkan uang di saham yang “tidak dikenal”, sama kekhawatirannya seperti menaruh uang di lembaga2 keuangan kecil yang reputasinya meragukan. Sehingga dengan hal ini, bisa trading dengan aman, nyaman, dan tidur dengan nyenyak. Saya masuk ke market dengan uang hasil kuli, dan saya tidak akan menyerahkan uang hasil jerih payah saya begitu saja ke market dengan masuk ke emiten2 yang “tidak dikenal”. Dan mudah2an, dengan terus-menerus meng-upgrade diri, suatu saat nanti akan mampu dan berhasil berkompetisi di arena “formula1”.

      3.Untuk target keuntungan, awalnya memang menggunakan persentase, dan ditentukan pula persentase loss-nya, seperti yang mas Iyan ajarkan di blog ini. Termasuk mencoba juga teori Alexander Elder : “2% solution protection form sharks and 6% rule protection from piranhas”. Tapi ternyata saya kesulitan jika menggunakan persentase, meskipun sudah mencoba dengan nilai yang berbeda2. Sehingga sekarang tidak memakai persentase target, baik profit maupun loss. Dan bagi saya, ini sebenarnya ulasan yang sudah sangat teknis yang sulit untuk dijelaskan karena sangat kondisional mengikuti market ketika sedang berjalan. Supaya lebih mudah bagi anda, sebagai contoh saja, misal untuk profit taking, setelah buy, 3 hari berturut2 candle hijau, dan dihari ke4 candle merah, maka sell sebagian di hari ke4 tersebut berapapun persentase keuntungannya. Misal untuk cutloss, jika setelah buy, candle dihari berikutnya membentuk lower low dibanding candle pada hari sebelum buy, maka sell. Tentunya trader lain akan menggunakan cara yang berbeda pula.

      4.Terkait dengan berita, rumor, atau apapun istilahnya, exactly, apa yang anda lakukan sama persis dengan yang saya lakukan juga diawal2nya. Tapi untuk sekarang ini, saya sudah menutup mata dan telinga dari segala jenis berita dari website, rekomendasi dari sekuritas, para analis, atau siapapun. Dan saya juga pernah mendapat informasi yang cukup akurat bahwa news yang dikeluarkan di media bisa jadi adalah “pesanan”. Jadi saran saya, hindari news, jangan percaya begitu saja dengan rekomendasi dari siapapun, kalaupun anda suka baca2 berita jangan dijadikan sebagai acuan untuk buy maupun sell. Kembalikan lagi keputusan anda dengan melihat chart. Atau lakukan dengan kebalikannya, jika yang muncul berita yang bagus2, bisa jadi saatnya untuk sell, atau jika yang muncul berita yang jelek2, bisa jadi justru saatnya untuk buy.

      Demikian, terima kasih.

      Delete
    4. wah...terima kasih sekali atas jawaban dan sarannya bung..

      salam semangat.

      Febri.

      Delete
  4. Sangat bermanfaat ilmunya terimakasih bung Herlambang

    ReplyDelete
  5. Sharing pengalaman yang menarik Pak Herlambang..

    Yang menjadi pertanyaan saya adalah bagaimana anda mengatur 3 sampai 4 akun sekuritas sekaligus ? Sementara saya yang juga masih pemula (baru tiga tahun di dunia saham) dan memiliki 2 akun sekuritas saja sudah kewalahan memantaunya ? Saya tebak dengan meiliki 3 sampai 4 akun sekuritas, portofolio Pak Herlambang pasti lebih dari 5 saham ya ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf pak Annas, seperti anda salah mengerti.

      Menambah jumlah akun bukan ditujukan untuk menambah jumlah emiten baru, akan tetapi untuk membeli kembali diharga yang berbeda pada emiten yang sama yang sudah dipilih pada akun pertama.

      Yang saya alami, jauh lebih mudah mengelola 1 atau 2 emiten saja dengan dibagi di beberapa akun, dibandingkan dengan mengelola banyak emiten di 1 akun.

      Dan sepertinya kita seumuran pak, masih sama2 balita di dunia saham..hehe.

      Delete
  6. bung Iyan, maaf mau nanya, selain menggunakan analisa teknikal, apakah bung Iyan juga menggunakan analisa waktu (dalam hal ini bulan trading) ? semisal desember ada windres, januari ada januari effect dan bulan2 tertentu yang lain. Atau apakah menurut mas Iyan semua bulan sama saja bisa dimanfaatkan untuk trading (bagi pemula) ? mohon jawabannya untuk disesuaikan hanya bagi pemula. trims.

    Febri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya tidak menggunakan analisa waktu seperti yang anda deskripsikan.

      Saya hanya menggunakan Analisa Teknikal. Kalau saham naik, beli.

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.