Saturday, February 16, 2019

Tanggapan Pengalaman Main Saham Mas Herlambang, Bagian 1

Pos ini adalah komentar saya untuk tulisan Mas Herlambang di pos "Pengalaman Main Saham Pembaca Blog Ini."


---###$$$###---


1. (Dampak) Psikologis Main Saham

Poin nomor 1 dari Mas Herlambang adalah cara menangkal dampak psikologis rugi main saham.

Yang dilakukan Mas Herlambang adalah dengan punya lebih dari satu akun online trading dan tidak membuka akun yang sedang rugi merah membara.

Terus terang, saya tidak setuju dengan cara ini.

Kalau kerugian di portofolio sudah sampai membuat stress, seharusnya kerugian tersebut langsung direalisasi alias di CUT-LOSS.

Kalau ruginya masih belum mencapai titik harus Cut-Loss, seharusnya dampak psikologis kerugian tersebut tidak/belum membuat stress.

Tapi . . .

Kalau cara Mas Herlambang ini manjur untuk Mas Herlambang, lakukan terus. Tidak usah peduli apakah bung Iyan setuju atau tidak. Setiap pemain saham punya cara tersendiri untuk trading/investasi saham.

Hal ini adalah seperti yang Mas Herlambang tulis di bagian akhir pos tersebut, "Profesi trader menurut saya adalah profesi yang unik, jadi jika ada 1000 trader, bisa jadi ada 1000 cara juga yang digunakan."

Tepat sekali.

Cara apapun yang anda lakukan dalam main saham, selama cara tersebut (akhirnya) memberi keuntungan, adalah cara yang tepat. Cara tersebut tepat dan benar untuk anda tapi belum tentu tepat untuk orang lain.

Dengan kata lain: JANGAN PERNAH merasa bahwa cara yang anda lakukan adalah cara yang paling benar. Silahkan jelaskan MENGAPA anda melakukan apa yang anda lakukan. Tapi biarkan orang lain berpikir, mencoba, belajar, dan menarik kesimpulan sendiri.

Mengapa?

Karena setiap orang punya cara tersendiri untuk bisa (konsisten) untung main saham.

"Tapi bagaimana dengan Cut-Loss?" tanya anda. "Bukankah bung Iyan selalu SELALU menekankan sampai terdengar seperti MEMAKSA pembaca blog ini untuk Cut-Loss?"

Pertanyaan yang sangat baik. Dan akan saya jelaskan.

Saya memang selalu SELALU menenkankan pemula untuk Cut-Loss. Bukan karena Cut-Loss adalah cara yang pasti tepat dan benar untuk semua orang. Tapi karena kalau anda tidak mau dan tidak rela Cut-Loss saat anda baru belajar main saham, kemungkinan besar modal anda sudah keburu habis SEBELUM anda menemukan cara main saham yang tepat untuk anda.

Mohon diingat: saat anda baru mulai main saham, pengetahuan anda masih minim. Apapun yang anda lakukan kemungkinan (lebih) besar salah. Namanya juga lagi belajar. Tidak perlu malu kalau rugi. Cut-Loss saja dan coba lagi.

Bisa saja akhirnya anda berkesimpulan bahwa Cut-Loss tidak tepat untuk anda. Tidak masalah. Tapi modal (dan tekad) anda harus bisa bertahan sampai anda mengambil kesimpulan tersebut.  

Lanjut baca ke pos "Tanggapan Pengalaman Main Saham Mas Herlambang Bagian 2." [belum terbit, mohon berkunjung kembali.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2019 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

5 comments:

  1. Dear mas Iyan.

    Terima kasih atas komentarnya.

    Sepertinya memang banyak hal2 yang lupa untuk saya ceritakan. Komentar mas Iyan memang betul dan sudah sesuai dengan apa yang saya tulis. Di sana saya memang tidak bercerita tentang cutloss, sehingga seolah2 saya tidak pernah cutloss. Padahal, faktanya adalah tidak demikian.

    Komentar mas Iyan terhadap portofolio yang sedang merugi dan tidak di cutloss dengan pernyataan “SAYA TIDAK SETUJU”, maka saya memberikan komentar yang berbeda dengan pernyataan “SAYA TIDAK RELA”…. :)) . Mas Iyan saja yang tidak tahu menahu tentang uang saya menyatakan, tidak setuju, jika uang saya menjadi merugi dalam, maka saya sebagai pemilik uang yang sebenarnya juga menyatakan, tidak rela, ketika uang saya terus menerus merosot nilainya karena dibawa minus dalam, sehingga saya pun melakukan cutloss. Di awal2 trading 80% berakhir dengan cutloss, dan rata2 cutloss pada -10%, bahkan ada yang -20%. Dan yang -20% ini jika saat itu tidak dicutloss hingga sekarang harganya sudah -70%.

    Kenapa minusnya sampai sedalam itu, karena diawal2 trading, saya memang jarang membuka OLT, serta pengambilan keputusan yang terlambat. Ditambah lagi di OLT tidak ada fitur auto tradingnya. Sehingga ketika membuka porto tahu2 harga sudah terjun bebas. Cara yang bodoh memang dalam trading.

    Nah, yang saya lakukan sekarang dengan beberapa akun adalah untuk “memanipulasi kerugian”. Akun 1, yang digunakan untuk buy pertama kali memang sengaja diseting untuk “merugi”. Buy jika harga sudah -20% / -40% dari puncaknya. Buy ke2, 3, dan 4 adalah untuk average down dan diikuti cutloss separuh2 jika memang harga masih dibawa turun. Jadi meskipun merugi tapi secara nominal sangat kecil, dengan perkiraan hanya 1 + (3x(1/12M) – (3x(1/24M)), sebagai contoh saja.

    Jika trend sudah berubah ke uptrend, “lupakan” porto akun 1. Akun 2 dan 3 adalah untuk average up dan diikuti profit taking selama perjalanan uptrendnya. Jika uptrend patah jual semuanya di akun 1, 2, dan 3.

    Apakah ini cara yang ekstrim ? Bisa iya, bisa juga tidak. Dan sepertinya cara ini "sangat bertentangan" dengan cara trading mas Iyan. Tentunya metode pemula tidak bisa disamakan dengan metode profesional trader.

    Ide multi akun ini muncul karena seringnya kena gocek market maker, dan cara ini saya anggap untuk “mengerjai” balik market maker, dengan mengikuti apa maunya. Bukankah market maker suka mengerjai retail ? misalnya dengan cara membuat breakout, kemudian trader yang mengikuti metode buy on breakout tentu akan berbondong2 buy. Kemudian harga dibawa turun melewati support, dan trader berbondong2 cutloss, sedangkan market maker dapat barang lagi diharga bawah. Diulang dan diulang lagi tahapnya. Kemudian harga dibawa terbang. Yang sudah cutloss belum tentu berani untuk buyback, karena secara psikologis, seseorang tentunya akan takut menyentuh sesuatu yang pernah membuatnya sakit.

    Teori ini bisa saja salah, belum tentu cocok dengan orang lain, seperti yang mas Iyan katakan, dan belum tentu cocok pula untuk diterapkan di semua saham.

    Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear mas Herlambang,

      Terima kasih untuk penjelasannya.

      Kalau yang anda lakukan di akun 1 adalah membeli dalam jumlah sekecil mungkin (karena memang diyakini akan rugi), hal tersebut pun sering saya lakukan.

      Dari tambahan penjelasan anda yang lebih detil, saya lebih mengerti apa yang anda lakukan dan saya menjadi SETUJU dengan cara anda. :-)

      Lanjutkan!

      Delete
    2. Dear Mas Herlambang,

      Salam kenal,

      menarik sekali trik multi akun yang anda terapkan dan pernyataan "SAYA TIDAK RELA" untuk Cut-loss juga saya rasakan.

      Kalau dari pengalaman saya, pembelian awal dr saham yg sudah dianalisis sering sekali tergocek titik cut-loss dan biasanya, saya langsung melupakan emiten tersebut dan membeli emiten lain yang kelihatannya "lebih prospek". Tak dinyana, sekitar 1-2 minggu setelah melupakannya, emiten tersebut malah beneran bullish dan sy ketinggalan kereta, karena dana sudah habis untuk belanja emiten yang lain:x

      Di waktu yang lain, sering juga terjadi, PROFIT yang sudah terkumpul sedikit demi sedikit (sudah direalisasikan loh...) bisa ter-write-off seketika hanya dengan trading 1 emiten saja, karena keteledoran.

      Dalam kasus saya, sy coba simpulkan:

      - Kerugian (dalam masa belajar) menjadi pemicu untuk lebih banyak belajar dengan harapan bisa untung konsisten di kemudian hari, berapa pun hasilnya setiap bulan. Sejalan dengan yang diajarkan salah seorang mentor untuk "berusahalah rugi seminim mungkin, supaya bisa tetap survive main saham" ... itu, masuk akal...!!!

      - Winning (biasanya dalam jumlah yang lumayan, misal ratusan ribu sampai berapa juta untuk seorang trader pemula) kadang bisa membuat lupa diri dan teledor dalam mengambil keputusan trading selanjutnya, karena "INGIN" memainkan/memiliki saham yang kita idamkan atau "INGIN" segera (langsung) memutar modal supaya menghasilkan keuntungan berikutnya..., tidak sadar kalau mungkin timing-nya salah atau berkompromi dengan trading plan.

      - CUT-LOSS..., berbeda sensasinya antara modal 1 Jt, 10 Jt, atau 100 Jt. Mungkin terlalu naif, untuk berpikir dan berharap bisa untung besar dengan modal yang lebih besar. Perlu latihan otot mental untuk melihat berfluktuasinya modal kita :p
      contohnya, terakhir kali bermain saham tahun 2017 dan sy biarkan saham CTRA (10 lot) yg Bearish dalam portofolio. sampai sekarang (2 tahun), walaupun sudah rebound, masih belum mencapai harga avg.buy nya. Investasi saya belum berbuah.., tapi saya cukup "beruntung" karena saham tersebut ternyata bisa rebound lagi...

      coba bayangkan kalau misalnya harga saham tersebut turun 30%-70% ditambah suspend bertahun-tahun, dan jumlahnya 2000 lot...!! (dan sesungguhnya, sy masih pegang juga saham seperti itu). Sekiranya, CUT-LOSS bisa menjadi penyelamat, walau menyakitkan.... hiks..!!

      - Over Analysis.., baik dalam quantity dan Quality. OVER Analisis menguras banyak waktu, pikiran dan tenaga, lagian, berapa banyak kah modal yang mau kita mainkan di pasar?

      Dengan terus belajar, praktik, dan sharing-sharing dari Pak Iyan, Mas Herlambang dan rekan-rekan lainnya yang menginsiprasi, mungkin suatu saat kita bisa menemukan style kita sendiri.
      sekian dahulu sharing sy.

      with regards.

      Delete
  2. kalau cut loss itu berarti trading ya mas? bagaimana dengan investasi apakah harus didiamkan selama 5 tahun lebih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silahkan baca pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini."

      https://terusbelajarsaham.blogspot.com/2010/12/mau-main-saham-ingat-tiga-hal-paling.html

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.