Thursday, December 12, 2013

Apa Inti Analisa Fundamental?

Anda sedang belajar Analisa Fundamental?

Belajar Analisa Fundamental artinya anda sudah mulai membaca laporan keuangan perusahaan.  Artinya anda juga mulai belajar Earning Per Share (EPS) (silahkan baca pos "Arti Istilah Earning Per Share"), Price-to-Earnings-Ratio (PER) (silahkan baca pos "Arti Istilah Price-to-Earnings-Ratio"), Price-to-Book Value (PBV), Debt-to-Equity-Ratio, dan indikator-indikator fundamental lainnya.

Stop!

Sebelum anda mendalami Analisa Fundamental lebih lanjut, sudah tahukah anda apa tujuan menghitung dan membandingkan indikator-indikator tersebut? Dengan kata lain, apa sebenarnya inti dari Analisa Fundamental?

Belum tahu?

Kebetulan. Di pos ini saya akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

"Apa gunanya tahu inti dari Analisa Fundamental?" mungkin begitu gumam anda dalam hati.

Ada, sedikit-dikitnya, 2 alasan:
  1. Kalau anda tahu apa yang anda cari, anda akan lebih mudah menemukan hal yang anda cari tersebut.
  2. Berbekal pengetahuan prinsip dasar/inti Analisa Fundamental  anda akan mengerti mengapa Analisa Fundamental begitu populer, jauh lebih populer dari Analisa Teknikal ataupun analisa-analisa jenis lainnya.
Yuk, kita mulai.


Prinsip Dasar/Inti Analisa Fundamental


Apa sebenarnya prinsip dasar dari Analisa Fundamental? Tanpa bertele-tele, inti dari Analisa Fundamental adalah membeli saham murah.

Lebih tepatnya:

Inti dari Analisa Fundamental adalah membeli saham yang nilainya (relatif) murah.

Yang harus anda camkan di sini adalah bagian kalimat "yang nilainya (relatif) murah."

Mengapa?

Karena saham yang nilainya murah tidak sama dengan saham yang harga Rupiahnya murah. Dengan kata lain, saham Rp 50 belum tentu lebih murah dari saham seharga Rp 20.000. 

Karena murah mahalnya suatu saham tidak tercermin dari harga Rupiah saham tersebut, maka dari itu anda butuh Analisa Fundamental. Fungsi dari Analisa Fundamental adalah membandingkan saham berdasarkan indikator tertentu yang sejenis untuk mencari saham yang nilainya lebih murah.

Nah, dengan tujuan mencari saham yang nilainya murah inilah anda menghitung PER atau PBV atau Price-to-CashFlow atau Price-to-Sales atau Price-to-Asset atau Debt-Equity-Ratio atau indikator-indikator lainnya.

Berbekal, misalkan, PER sekelompok saham yang anda perhatikan, anda bisa mulai membandingkan PER saham tersebut satu dengan yang lain untuk mencari saham yangsecara PERnilainya paling murah.

Itu saja.

Itulah prinsip dasar dari Analisa Fundamental.

Tapi prinsip yang sederhana dari Analisa Fundamental ini tidak berarti penerapannya juga sederhana.

Mencari saham yang "nilainya" murah bukanlah pekerjaan mudah. Anda perlu meneliti dengan seksama laporan keuangan perusahaan, dan hal ini menyita waktu dan perlu usaha keras. Anda mungkin perlu juga membandingkan indikator kualitatif yang tidak mudah diterjemahkan menjadi angka. Lagipula, sesuatu yang murah menurut analisa anda belum tentu murah menurut analis-analis yang menulis di surat-kabar atau muncul di TV atau radio.

Memang, Peter Lynch (dan juga saya) menyarankan anda untuk tidak langsung percaya analis-analis saham (Silahkan baca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street'"). Tapi kalau anda seorang pemula, seberapa yakin anda bahwa analisa anda lebih baik dari analisa pengamat saham yang sudah berpengalaman? 

Satu hal lagi yang paling penting: Kalaupun anda berhasil menemukan saham yang nilainya (relatif) murah, tidak berarti saham tersebut pasti memberi anda untung.

Bahwa menerapkan Analisa Fundamental untuk mencari saham "murah" adalah pekerjaan yang sukar akan saya bahas pada pos tersendiri. Pesan utama pos ini adalah bahwa inti dari Analisa Fundamental adalah mencari saham yang nilainya (relatif) murah.


Mengapa Analisa Fundamental Populer

Di pos "Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal" saya menulis bahwa ketika anda "shopping" apa yang anda cari? Anda mencari "good deal"; anda mencari diskon; anda mencari produk yang sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha mencari produk yang harganya lebih murah dari biasanya. Makin murah makin baik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa mendapatkan sesuatu dengan harga semurah mungkin adalah keinginan semua manusia.

Jadi, tidaklah mengherankan kalau investor saham menerapkan prinsip di atas dalam membeli saham: cari saham yang (relatif) murah.

Nah, prinsip dasar Analisa Fundamental untuk mencari saham yang murah cocok dengan sifat manusia yang ingin mendapatkan barang murah. Tidak heran kalau analisa ini adalah analisa yang paling populer di kalangan investor saham.

(Perlu saya ingatkan bahwa "paling populer" tidak berarti paling cocok untuk anda.)

Anda sudah tahu apa yang dicari Analisa Fundamental. Anda juga sudah tahu mengapa Analisa Fundamental populer. Nah, segera lanjutkan mendalami Analisa Fundamental!


[Catatan:

Bung Willy, top komentator di blog ini yang nge-blog di Billy the Pip, tidak sepakat dengan pernyataan saya tentang inti Analisa Fundamental (silahkan baca komentar-komentar di bawah). Menurut bung Willy:

Inti dari Analisa Fundamental modern adalah membeli saham bagus yang relatif murah.

Definisi bung Willy sangat baik. Tapi, ada beberapa alasan mengapa saya tidak mencantumkan kata "bagus."

Pertama, bagus-jelek sifatnya subjektif. 

Kedua, bagian kalimat "nilainya (relatif) murah" bermakna bahwa tujuan Analisa Fundamental bukanlah mencari saham murah semurah-murahnya, tapi saham yang DALAM ASPEK TERTENTU (ini yang saya maksud dengan "nilai") RELATIF  MURAH terhadap saham lain .

Kalau aspek yang anda pakai adalah "bagus," berarti saham yang anda cari adalah saham "bagus" yang relatif murah. Kalau aspek yang anda pakai adalah "growth" (perkembangan), berarti saham yang anda cari adalah saham "growth" yang relatif murah.

Kalau anda telusuri dengan teliti, kata kunci pada setiap Analisa Fundamental adalah "murah." 

Ketiga, ketika membuat definisi, saya berusaha agar definisi tersebut seglobal mungkin. Definisi yang saya kemukakan mencakup Analisa Fundamental klasik (kuno) dan Analisa Fundamental modern.

Maka dari itu saya tetap teguh bahwa:

Inti dari Analisa Fundamental (klasik ataupun modern ataupun lainnya) adalah membeli saham yang nilainya (relatif) murah.

Terima kasih bung Willy sudah membantu saya memperjelas isi pos ini.]






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    19 comments:

    1. Hahaha... sebenarnya saham yang murah ada 2 kemungkinan:
      1) sahamnya sedang dibanting harganya oleh Tuan Pasar yang lagi kumat,
      2) sahamnya memang murahan!

      Analisis fundamental 'modern' lebih dari sekedar mencari saham yang 'sekedar' murah.

      Analogi sederhananya begini.
      1) Kalau misalnya saya belanja ke Carrefour misalnya, saya ada tawaran beli satu botol Coca-Cola biasa, atau beli botol Cola dari merk yang tidak dikenal tapi lebih murah, kenapa saya tetap lebih memilih setia beli Coca Cola saja ya?
      2) Kalau saya ajak keponakan makan fried chicken, kenapa keponakan saya 'hampir pasti' akan dengan manja minta ayam goreng Kentucky? Loh?? Kenapa tidak fried chicken yang dijual pinggir jalan saja, kan lebih murah dan sama2 fried chicken juga??

      Analisis fundamental yang lebih 'modern' juga mempertimbangkan aspek2 kualitatif (GARP, moats, intangibles, dll) tersebut. Dan seperti yang Bung Iyan tulis disini, Peter Lynch dan Warren Buffet termasuk pemain saham yang menerapkan analisis fundamental modern. Kalau hanya sekedar mencari saham 'murah', itu lebih mengacu ke analisis fundamental 'klasik' nan kuantitatif ala Benjamin Graham.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Terima kasih banyak bung Willy untuk komentarnya.

        Saya setuju dengan analogi anda. Mencari yang (hampir) sama tapi lebih murah memang tidak mudah.

        Tapi, pada pos ini saya TIDAK mengatakan bahwa Analisa Fundamental menganjurkan orang untuk membeli cola murah (vs. Coca-Cola) atau pred chicken (vs. KFC).

        Perbandingan "murah mahal"nya suatu produk harus berdasarkan kriteria yang sama. Analogi yang lebih tepat adalah mencari Coca-Cola atau KFC (barang yang sama) yang dijual dengan harga lebih murah. Inilah Analisa Fundametal yang saya maksud.

        (Harga Coca-Cola di Indomart berbeda dengan harga di Alfa-Mart; berbeda juga dengan harga di Carrefour. Tugas pembeli handal adalah mencari toko yang menjual Coca-Cola dengan harga paling murah.)

        Masalahnya, kalau anda BELUM PERNAH minum cola atau makan pred chicken, sangat sulit untuk menentukan mana yang murah tapi enak. Coba bayangkan kesulitan yang dihadapi PEMULA main saham, yang baru belajar saham, dalam menentukan saham mana yang fundamental-nya bagus, alias murah tapi tidak murahan.

        Saya juga katakan di atas bahwa "Fungsi dari Analisa Fundamental adalah membandingkan saham berdasarkan indikator tertentu yang sejenis untuk mencari saham yang nilainya lebih murah." Walaupun analisa fundamental "modern" mempertimbangkan aspek-aspek lain (contoh yang bung Willy kemukakan: GARP, moats, intangibles), tetap saja ujung-ujungnya aspek-aspek tersebut harus di-kuantitatif-kan. Tujuannya? Mencari saham yang (relatif) murah secara aspek tersebut dibanding saham sejenis.

        Delete
      2. Cukup jelas, Bung Iyan. Cuma artikel di atas sedikit ambigu.

        Mencari saham yang murah saja hanyalah satu bagian dari analisis fundamental. Bahkan sebenarnya fundamentalis sekarang banyak yang tidak terlalu peduli ketika membeli sahamnya agak mahal, jika saham tersebut memang saham yang 'bagus'.

        Atau kalau dari kutipan Buffet langsung, "It's far better to buy a wonderful company at a fair price than a fair company at a wonderful price." Lebih baik membeli perusahaan bagus pada harga wajarnya, daripada perusahaan biasa-biasa saja pada harga yang murah. Kutipan Buffet ini sekaligus menyindir Graham, mentornya sendiri, yang kerajingan mengoleksi saham2 murah tetapi seringkali saham pilihan Graham termasuk murahan dan tidak tumbuh-tumbuh.

        Di sinilah pentingnya aspek kualitatif dalam analisis fundamental. Misalkan ada orang yang seumur hidup belum pernah mendengar produk Cola. Ketika dia ingin membeli Cola, tentu dia akan kelabakan ketika di Carrefour menghadapi berjibun pilihan akan produk Cola yang bisa dia pilih. Nah, kalau orang tersebut yang harus memilih mana yang kira2 produk Cola paling bagus, dia tentu bisa mulai sedikit berpikir. "Tadi di TV saya rasanya melihat iklan Coca Cola. Di mobil tadi juga rasanya dari radio ada komersial Coca Cola juga. Lalu rasanya kok dari tadi di kasir banyak ya ngantri dengan botol Coca Cola ya? Dan kalau tidak salah saya tadi membaca artikel Belajar Saham dan Billy the Pip membahas Coca Cola terus? Wah, berarti Coca Cola yang paling banyak diminum orang2 dong ya? Ah beli Coca Cola saja ah."

        Contoh di atas tentu sangat disederhanakan. Bisa saja diganti dengan Pepsi atau 7-Up dan semacamnya.

        BTW, walaupun Buffet tidak sependapat dengan analisis fundamental ala Graham yang kelewat menekankan aspek kuantitatif dan mengabaikan aspek kualitatif, Buffet tetap merekomendasikan ajaran Graham bagi pemain saham manapun. “No one ever became poor by reading Graham," kata beliau. Tidak ada orang yang sampai jatuh miskin dengan mengikuti ajaran Graham.

        Oleh karena itu, saya yakin apa yang Bung Iyan sampaikan disini masih bisa bermanfaat bagi pemain saham yang awam akan analisis fundamental. Saya menunggu kelanjutan artikel ini dan akan terus memberikan masukan dari segi analisis fundamental yang praktis. :D

        Delete
      3. Hehehe....Betul bung Willy bahwa pos di atas ambigu. Memang sengaja, supaya pembaca berpikir dan bertanya atau bahkan protes.

        Saya sendiri sudah lama tidak mendalami Analisa Fundamental. Jadi, komentar bung Willy (yang cukup berpengalaman dengan Analisa Fundamental dan bisa disebut pakar) sangat membantu.

        Tapi ada 1 hal lagi yang saya mau protes dari contoh bung Willy pada komentar di atas:

        "Di sinilah pentingnya aspek kualitatif dalam analisis fundamental. Misalkan ada orang yang seumur hidup belum pernah mendengar produk Cola. Ketika dia ingin membeli Cola, tentu dia akan kelabakan ketika di Carrefour menghadapi berjibun pilihan akan produk Cola yang bisa dia pilih. Nah, kalau orang tersebut yang harus memilih mana yang kira2 produk Cola paling bagus, dia tentu bisa mulai sedikit berpikir. "Tadi di TV saya rasanya melihat iklan Coca Cola. Di mobil tadi juga rasanya dari radio ada komersial Coca Cola juga. Lalu rasanya kok dari tadi di kasir banyak ya ngantri dengan botol Coca Cola ya? Dan kalau tidak salah saya tadi membaca artikel Belajar Saham dan Billy the Pip membahas Coca Cola terus? Wah, berarti Coca Cola yang paling banyak diminum orang2 dong ya? Ah beli Coca Cola saja ah.""

        Contoh ini, menurut saya, lebih identik dengan Analisa Teknikal. Si Pemula TIDAK mendalami aspek fundamental dari Coca-Cola; ia membeli karena ia melihat banyak orang yang membeli Coca-Cola. Membeli sesuatu karena mengekor orang lain lebih identik dengan Analisa Teknikal.

        Delete
      4. Haha, itu tergantung penafsiran juga.

        Dari segi analisis fundamental, saya mengacu kepada 'moats', keunggulan kompetitif. Salah satu aspek moats adalah image branding. Itulah sebabnya saya memberi contoh Coca Cola (image Coca Cola sebagai produk Cola) dan KFC (image Kentucky sebagai fried chicken).

        Pada contoh saya sebelumnya, orang yang bahkan awalnya tidak pernah minum Cola juga biasanya akan terpengaruh branding, dan memilih Coca Cola pada akhirnya kan? Itulah analisis fundamental secara kualitatif. Sama seperti kenapa kita otomatis mikir fried chicken itu Kentucky, burger itu McDonald, motor itu Honda, rokok itu Dji Sam Soe, tablet PC it Ipad, OS itu Microsoft Windows, dll.

        Aspek kualitatif fundamental terkadang diringkas dengan SWOT: Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats.
        http://www.investopedia.com/terms/s/swot.asp

        Menurut saya SWOT ini pelengkap yang sangat baik di luar analisis kuantitatif saham. Bung Iyan terus saja lanjut artikelnya fundamentalnya, aspek kuantitatif juga tetap penting kok untuk analisis fundamental.

        Delete
      5. Semakin banyak variabel yang dipakai dalam suatu analisa, semakin ruwet analisanya.

        Menganalisa perusahaan dari angka-angka yang absolut saja sudah sulit, apalagi ditambah variabel kualitatif. Intinya: analisa fundamental itu sulit, bahkan untuk analis berpengalaman sekalipun. Apalagi untuk analis pemula.

        Tapi saya tetap berpendirian teguh: Inti Analisa Fundamental adalah ujung-ujungnya mencari saham yang (relatif) murah.

        Buffet maunya beli saham bagus di harga wajar. Nah, itu saya artikan bahwa ia mau membeli saham bagus kalau harganya relatif murah dibanding saham bagus lainnya.

        Delete
      6. "Tapi saya tetap berpendirian teguh: Inti Analisa Fundamental adalah ujung-ujungnya mencari saham yang (relatif) murah."

        Hampir tepat. Bung Iyan hanya lupa menambahkan 'saham bagus', jadi: Inti Analisa Fundamental adalah ujung-ujungnya mencari saham BAGUS yang (relatif) MURAH.

        Analis fundamental modern tidak akan sudi membeli:
        1) Saham jelek yang harganya murah
        2) Saham bagus yang sudah kemahalan

        Itu saja masukan saya sebenarnya sih. :D

        Delete
      7. Nah, kalau ini saya tidak protes. Hehehe.

        Tapi karena "bagus" tergantung sudut pandang masing-masing , maka dari itu kata "bagus" tidak saya masukkan.

        Saya sangat berterima-kasih untuk masukan bung Willy. Saya jadi mendapat banyak ide untuk menulis pos berikutnya. :D

        Delete
      8. Kalau Bung Iyan tidak keberatan, kita bisa mulai dengan membahas kesalahan Bung Iyan dengan INCO 1998. Analisis fundamental saat itu bagaimana awalnya sampai di-KO keluar pasar akhirnya, Bung? Atau di artikel berikutnya juga bisa. :D

        Kalau INCO 2013 sekarang sih saya juga belum tertarik.


        DISLAIMER: Bagi para pembaca, ini bukan saran untuk menjual beli saham2 tertentu. Risiko silakan tanggung sendiri.

        Delete
      9. Wah, INCO itu sih luka lama.

        Koreksi sedikit: INCO adalah saham PERTAMA yang saya beli. Saya beli waktu INCO IPO, kalau tidak salah di tahun 1990.

        Saat itu saya belum belajar analisa fundamental, analisa teknikal, atau analisa apapun. Cuma ikut-ikutan saja. Nanti, kalau luka lamanya sudah bisa saya pendam, akan saya tulis pengalaman tersebut. :D

        Delete
    2. Salam Bung Iyan,

      Sudah 6 bulan ini saya masuk ke dunia saham, sebagai perkenalan awal loss masih sering menjadi posisi mutlak bagi saya. Dan seperti label blog ini, terus belajar adalah poin nya.
      Selama ini banyak teori teknikal yang coba saya terapkan untuk menemukan mana yang cocok. Salah satu referensi pembelajaran saya adalah blog ini.
      Dan post kali ini tentang fundamental, menarik sekali. Sebelumnya posting menarik tentang menulis harga harian secara rutin telah saya terapkan dari awal masuk hingga saat ini. Kali ini setelah membaca, ada pertanyaan yang ingin saya sharing,
      1. "Saya beli waktu INCO IPO, kalau tidak salah di tahun 1990." Membeli saham IPO secara fundamental, bagaimana menilai nya? Secara umum yang saya baca menilai fundamental diambil dari 5 tahun LapKeu ke belakang.
      2. "...menghitung PER atau PBV atau Price-to-CashFlow atau Price-to-Sales atau Price-to-Asset atau Debt-Equity-Ratio atau indikator-indikator lainnya."
      Contoh kasus, diantara 400an saham di BEI, terbagi2 dalam sektor2. Dan seperti posting ini, mencari PER atau PBV paling "murah/kecil".
      Misal sektor Toys. Ada 3 emiten A,B,dan C. PER paling rendah A, lalu sisi PBV paling kecil B, dan dari sisi DER paling bagus C. Bagaimana pemilihan-nya?
      3. Seputar indikator PER ataupun PBV, manakah yang sebaiknya dijadikan acuan antara PER actual atau PER Annual. Misal PER saham A di FinanceStatement terbarunya adalah 7x ,pada harga 100. Bila hari ini harga saham A menjadi 150, maka akan merubah nilai PER hari ini, katakan menjadi lebih mahal. Apakah itu tanda untuk melepas saham A atau menunggu FinanceStatemnt Q berikutnya?

      Sementara ini dulu. Nice blog. Ditunggu postingan berikutnya.
      Salam.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Saya sudah lama meninggalkan Analisa Fundamental. Jawaban di bawah bukan dari sisi Analisa Fundamental. Jadi, tolong cari referensi lain. Kalau anda mau jawaban saya secara umum, anjuran saya adalah: gunakan Analisa Teknikal. :D

        1. Saya beli IPO INCO hanya bermodal membaca prospektus. Itupun tidak saya mengerti. Jujurnya, saya ikut IPO INCO hanya karena ikut-ikutan. Pada saat itu IPO sedang marak; hampir semua IPO naik pesat. Bahkan formulir untuk pemesanan IPO saja laku puluhan sampai ratusan ribu rupiah.

        Tapi dasar nasib, INCO termasuk saham yang TURUN setelah IPO.

        Sekarang, saya membeli saham IPO hanya berdasarkan hukum penawaran dan permintaan. Kalau niat beli tinggi, saya ikut; kalau niat beli rendah, saya tidak ikut.

        Silahkan baca pos "Cara Main Saham IPO Untuk Pemula."

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2010/11/cara-main-saham-ipo-untuk-pemula-bagian.html


        2. Pertanyaan anda ini sangat baik karena mencerminkan bahwa anda sudah benar-benar berpikir dan ingin tahu cara MEMILIH yang tepat.

        Tapi, saya tidak bisa jawab karena saya sendiri juga tidak tahu.

        Saya meninggalkan Analisa Fundamental justru karena saya TIDAK bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti pertanyaan anda. Bisa saja fundamental PER, PBV, DEB dan lain-lain sangat bagus, tapi harga saham tidak naik malahan turun.

        Akhirnya saya berkesimpulan bahwa seberapapun dalam saya belajar Analisa Fundamental, belum tentu saya bisa mendapat untung. Maka dari itu saya meninggalkan Analisa Fundamental dan beralih ke Analisa Teknikal.


        3. Tentang ini, rencana saya adalah membahasnya di pos lanjutan "Arti Istilah Price-to-Earnings Ratio."

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/09/arti-price-to-earnings-ratio-per-saham.html

        Saya jawab ringkas dulu ya.

        Yang biasanya dijadikan acuan pemain saham adalah Forward PER. Forward PER adalah PERKIRAAN PER untuk masa depan. (Yang diPERKIRAKAN adalah Earnings Per Share-nya. Lalu Forward PER dihitung dengan harga saham saat ini.)

        Ingat: pemain saham selalu melihat PROSPEK masa depan. Masalahnya, PERKIRAAN adalah nebak. Dan nebak bisa (sering) salah. Maka dari itu, saya menulis di pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?" bahwa semua analisa ujung-ujungnya NEBAK.

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/05/valuasi-indeks-saham-indonesia-tinggi.html

        Delete
    3. Salam kenal pak Iyan,saya pembaca setia blog ini,walaupun selama ini masih jadi silent reader..:-)
      Hanya saja saya agak bingung mencari artikel yang belum saya baca,jadi saran saya pak Iyan bisa membuat laman Sitemap di blog ini supaya lebih memudahkan para pembaca khususnya saya mencari artikel yang sedang dibutuhkan.
      Makasih pak Iyan..

      ReplyDelete
      Replies
      1. Salam kenal juga Anto.

        Apakah Anto sudah pernah membuka halama "Istilah Saham" dan "Kurikulum"? (Terletak di bawah nama blog Terus Belajar: Main Saham, sederet dengan Home, About, Profil) Kedua halaman tersebut adalah "site map" untuk blog ini.

        Delete
    4. top tuk bang Iyan dan om Willy. mencerdaskan deh .hehe

      ReplyDelete
    5. Salam Pak,

      Saya berkeinginan juga menjadi investor saham jangka panjang dengan modal yang terbatas. Sebagaimana Bang Iyan kemukakan di atas bahwa
      menerapkan Analisa Fundamental untuk mencari saham "murah" adalah pekerjaan yang sukar. Oleh karenanya saya masih berpedoman kepada pendapat para analis-analis saham yang tersebar di internet.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Boleh-boleh saja anda berpedoman pada pendapat analis-analis di internet.

        Tapi dari mana anda tahu bahwa mereka KOMPETEN?

        Yang paling penting: Bagaimana hasil investasi anda selama ini dengan metode ini? Apakah untung atau rugi?

        Delete
    6. salam sukses pak iyan

      saya gafar, mau tanya pak, bagaimana menurut bapak mengenai emiten yang fundamental bagus akan tetapi volumenya kecil atau tidak liquid ???
      trims

      ReplyDelete
      Replies
      1. Saran saya: hindari saham yang tidak liquid.

        Delete

    Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.