Siap?
Ayo kita mulai.
Arti Price-to-Earnings Ratio
Apa arti Price-to-Earnings Ratio?
Price = harga.
Earning = laba
Ratio = perbandingan
Kalau kita terjemahkan Price-to-Earnings Ratio artinya adalah perbandingan harga terhadap laba. Kalau kita tulis dalam rumus matematika:
Price-to-Earnings Ratio (PER) = Price/Earning
Pertanyaan berikutnya: Harga apa dan laba apa?
Jawaban: Harga saham dan Laba per saham.
Jadi, Price-to-Earnings Ratio atau PE Ratio atau PER adalah perbandingan harga saham terhadap laba per saham.
Price-to-Earnings Ratio (PER) = Harga Saham/Laba Per Saham
(Kalau anda belum tahu detil arti Laba Per Saham/Earning Per Share, silahkan baca pos "Arti Istilah Earning Per Share" dan pos "Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share?")
Cara Menghitung Price-to-Earnings Ratio
Ada baiknya kita pakai contoh.
Misalkan:
Harga saham ANTM = Rp 1000.
Laba Per Saham ANTM = Rp 50.
PE Ratio ANTM = Harga saham / Laba per saham
= Rp 1000 / Rp 50
= 20
Jadi, pada contoh ini PER ANTM adalah 20.
Mengapa Perlu Tahu PE Ratio
Setelah tahu cara menghitung PE Ratio suatu saham, pertanyaan penting berikutnya adalah: kenapa perlu menghabiskan waktu untuk mencari tahu PER saham?
Apakah ada tujuan dan gunanya? Jangan-jangan PER ini hanya jargon pemain saham untuk membingungkan orang awam?
Tidak begitu. PER adalah salah satu konsep dasar main saham yang harus anda pahami.
Mari kita lihat Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Harga Saham dan Laba Per Saham |
Mengacu pada data-data di Tabel 1, harga saham perusahaan mana yang paling murah menurut anda kalau kita membandingkan laba perusahaan-perusahaan tersebut?
Membandingkan saham A dan saham B tidak sulit karena harga kedua saham tersebut sama. Anda mungkin masih ingat dari pos "Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share (Bagian II)" bahwa kalau harga saham sama, saham yang lebih murah (berdasarkan laba) adalah saham yang Laba Per Sahamnya lebih tinggi.
Nah, karena Laba Per Saham B (Rp 80) lebih tinggi dari Laba Per Saham A (Rp 50) ini berarti saham B lebih murah dari saham A.
Tapi bagaimana cara membandingkan saham A dan B dengan saham C yang harganya berbeda? Kalau anda membandingkan langsung Laba Per Saham dari saham-saham yang harganya berbeda, anda ibaratnya membandingkan apel dengan jeruk, suatu perbandingan yang tidak benar.
So, bagaimana cara yang benar?
Cara membandingkan yang benar adalah dengan membandingkan apel dengan apel dengan apel. Artinya, si jeruk (saham C) harus anda sulap dulu menjadi apel.
Lho, gimana maksudnya?
Maksudnya, anda harus mengumpamakan saham C harganya sama dengan saham A dan B (Rp 1000) dan mencari tahu berapa Laba Per Saham C pada harga yang sama tersebut.
Bingung?
Mari kita telusuri perlahan-lahan.
Data di Tabel 1 menyatakan bahwa harga saham C Rp 6000 dan Laba Per Saham C Rp 400. Karena harga saham A dan B adalah Rp 1000, anda harus menyulap harga saham C menjadi Rp 1000 juga.
Tapi harus anda ingat bahwa dengan merubah harga saham C menjadi Rp 1000 anda harus juga menyesuaikan Laba Per Saham C dengan perubahan harga sahamnya.
Nah, kalau anda mengumpamakan harga saham C Rp 1000, berapakah Laba Per Sahamnya?
Merubah saham C yang harganya 6000 menjadi 1000 berarti 6000 harus dibagi 6.
6000/6 = 1000
Ini berarti, kalau saham C adalah Rp 1000, Laba Per Saham C harus juga anda sesuaikan dengan dibagi 6.
400/6 = 66.67
Ini berarti kalau saham C harganya Rp 1000, Laba Per Sahamnya adalah Rp. 66.67.
Silahkan lihat Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Harga Saham Disamakan, Laba Per Saham, PE Ratio |
Karena harga saham di Tabel 2 ini semuanya sama, anda bisa membandingkan ketiga saham tersebut karena anda membandingkan apel dengan apel dengan apel.
Oce, oce, saya mulai mengerti, kata anda. Tapi sulit juga ya kalau harus menyamakan harga semua saham-saham yang hendak kita bandingkan?
Nah di sinilah Price-to-Earnings Ratio akan beraksi.
Coba anda lihat Tabel 3 di bawah ini yang adalah Tabel 1 dengan tambahan baris PE Ratio.
Tabel 3. Harga Saham, Laba Per Saham, PE Ratio |
Anda bisa lihat di Tabel 3 bahwa PE Ratio A adalah 20, PE Ratio B 12.5, PE Ratio C 15.
Coba anda bandingkan angka-angka PE Ratio di Tabel 2 dengan PE Ratio di Tabel 3.
Di Tabel 2 PE Ratio A adalah 20, PE Ratio B 12.5, PE Ratio C 15.
Baik di Tabel 2 maupun di Tabel 3 angka-angka PE Ratio sama persis.
Apa artinya?
Artinya, dengan menghitung Price-to-Earnings Ratio anda tidak perlu lagi menyamakan harga saham-saham yang anda bandingkan untuk membandingkan Laba Per Saham dari saham-saham tersebut. (Perhitungan PE Ratio ini secara tidak langsung sudah menyulap harga saham menjadi sama.)
Dengan kata lain, anda bisa langsung membandingkan saja PE Ratio dari saham-saham yang hendak anda bandingkan Laba Per Sahamnya karena perbandingan PE Ratio adalah cermin dari perbandingan Laba Per Saham secara apel dengan apel.
Jadi, kata anda, saya harus menghitung PE Ratio untuk semua saham yang mau saya bandingkan?
Tidak perlu.
Data PE Ratio biasanya sudah dikalkulasikan untuk anda dan bisa anda cari di informasi fundamental perusahaan.
Sekarang anda sudah tahu kegunaan PE Ratio. Tapi masih ada hal penting yang perlu anda ketahui tentang PE Ratio saham. Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Price-to-Earnings Ratio: Trailing & Forward."
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Hehehehehe... benar kan, Bung Iyan masih bisa analisis fundamental? ;)
ReplyDeleteYang jelas, tafsiran PER atau P/E ratio pribadi akan sangat menentukan tipe investor macam apa bagi kita pribadi. Graham? Lynch? Atau malah O'Neil?
Hehehe...Bung Willy ini ngeledek terus.
DeletePER adalah analisa fundamental yang tidak bisa saya lupakan. Nyantollll gak mau lepas-lepas.
Pak Iyan.. terima kasih atas tulisan yang bermanfaat ini.. saya masih menunggu tulisan bapak tentang berbagai macam analisis teknikal.. spt MACD, stochastic, oscilator, dll... smg tidak terlalu lama saya menunggu..
ReplyDeleteBung mBang, maaf kalau anda menunggu agak lama. Saya AKAN menulis tentang MACD, Stochastic, dll tapi saya sendiri belum tahu kapan saatnya karena harus menunggu giliran. Rencananya, banyak pos lain yang akan saya tulis lebih dahulu.
DeleteMohon bersabar.
Wow..... Dan di tanggal 26 Desember 2020, Pakdhe Iyan menulis kombinasi MACD dan Stochastics. 7 tahun....... Tapi saya tidak tahu sih, apakah ada tulisan Pakdhe Iyan tentang MACD atau Stochastics selain artikel tanggal 26 Desember 2020.
DeleteTerima kasih, Pakdhe, atas tulisan MACD dan Stochastics. Salam...
Badung, 1 Februari 2021
Salah satu sifat jelek saya adalah menunda-nunda. Sudah berlalu 7 tahun...barulah saya meulis tentang MACD dan Stochastics.
DeleteHehehehe... Siap, Pakdhe. Terima kasih banyak atas tulisannya, Pakdhe. Tidak bosan saya mengucapkan terima kasih karena tulisan Pakdhe sangat membantu saya.
DeleteSalam...
Badung, 2 Februari 2021
Siang pak iyan. Pak, sy mau tanya. Unk hrga (price) yg digunakan unk menghitung PER itu diperoleh dr mana pak y? kalau kita menggunakan data ICMD, harga saham yg mana yg harus kita pakai pak y? krn sy sdh download ICMD tapi kebingungan unk menghitung rasio2nya. sbg cth data harga closing sahm ADHi th 2008 adlh 270, EPS 45,23. menurut perhitungan sy b'arti PER= 5,97. tetapi data PER di situ menunjukkan angka 7,30. kira2 apa yg salah pak y? atau hrg yg dipakai bukan harg closing akhir thn? mohon pencerahannya pak. terima ksh sebelumnya.
ReplyDeleteICMD singkatan dari apa ya?
DeleteKarena Price (harga) saham selalu berfluktuasi, akibatnya PER juga berfluktuasi mengikuti fluktuasi harga saham.
Jadi, ketika membandingkan PER saham, Rosa harus memakai patokan yang sama. Artinya, harga yang anda pakai (seharusnya) adalah harga pada tanggal yang sama, atau harga rata-rata selama jangka waktu yang sama. Yang penting anda memakai basis/patokan yang sama.
Masalahnya tidak selesai di situ. Rosa juga harus memastikan bahwa angka "Earnings" yang dipakai untuk menghitung PER adalah "earnings" sejenis.
"Memangnya 'earnings' berbeda-beda?" Rosa mungkin bertanya.
Angka "earnings" juga ada 2 macam: angka di masa lalu (disebut "trailing earning") atau angka ramalan untuk masa datang (disebut "forward earnings"). Kalkulasi dengan "trailing earnings" hasilnya adalah Trailing PER; kalkulasi dengan "forward earnings" hasilnya adalah Forward PER.
Rencananya, saya akan membahas "trailing PER" dan "forward PER" di lanjutan pos di atas.
Per bisa berubah juga krn ada Corporate action seperti right issue / stock split :)
DeleteBung Obet,
DeleteAnda benar: right issue akan berpengaruh pada PER.
Tapi, stock split tidak mempengaruhi PER. (Stock split mempengaruhi Earning Per Share, bukan PER).
Contoh: Misalkan saham DOID harganya Rp 200, Earning Per Share-nya Rp 20. PER = 200/20 = 10.
Lalu DOID stock split 1 saham lama menjadi 2 saham baru. Harga DOID secara teoritis menjadi Rp 100, Earning Per Share-nya juga berubah menjadi Rp. 10 (karena Laba Total tetap, tapi jumlah saham menjadi 2x lipat; alhasil EPS menjadi 1/2 EPS sebelum stock split). PER = 100/10 = 10. Tetap sama.
Terima ksh atas balasannya pak.
DeleteICMD singkatan dr Indonesian Capital Market DIrectory pak (berisi ringkasan laporan keuangan emiten yg ada di BEI pak). Ternyata stlh saya cek sptnya data di ICMD unk ADHI di th 2008 itu slh dihitung pak, krn unk emiten lain & th2 yg lain, rumus yg bpk jelaskan di atas klop hasilnya pak. Mungkin ada kesalahan yg dilakukan pihak analis. Terima ksh banyak atas pnjelasan mengenai trailing & forward earningnya pak. Sy baru tahu ternyata earning itu dibagi mjd 2 jenis.
Ditunggu info lbh lengkap mengenai trailing & forward earningnya pak.
Salam sukses unk blognya.
Oh, ICMD = Indonesia Capital Market Directory. Kalau ini saya tahu.
DeleteSalam sukses juga dan terima kasih, Rosa.
Oya. Benar juga pak. Saya lupa, thanks koreksinya :)
ReplyDeleteBaca2 blog ini menambah wawasan saya tentang dunia pasar modal :)
Pak, yang dimaksud harga saham itu maksudny harga jual ato harga beli ?
ReplyDeleteSilahkan baca pos "Istilah Bid dan Offer Ketika Bermain Saham."
ReplyDeletehttp://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/03/istilah-bid-dan-offer-ketika-bermain.html
Mas Iyan,
ReplyDeletekalau EPS dan PER nya minus itu terus artinya itu gimana ya pak ?
saya liat EXCL, EPS nya -88 dan PER nya -12.2
bisa bantu dijelaskan Mas Iyan.
terima kasih
Mas tom_mok,
DeleteEPS minus artinya Earning-nya minus alias RUGI. Karena EPS nya minus, PER juga jadi minus.
Semoga membantu.
salam Pak Iyan..
ReplyDeleteKebetulan nih nemu tulisan Anda ttg PER... saya mau tanya, PER dikatakan mahal itu kalau berapa kali pak? Karena hampir semua dan bahkan semua senior saya, dosen saya selalu bilang kalau PER dikatakan mahal kalau diatas 5.. Apakah memamng begitu? Kenapa harus diatas 5 dikatakan mahal?
Kenyataannya, kalau saya lihat ICMD, PER emiten rata2 hampir semua diatas 5 jarang banget yang dibawah 5.. Bahkan UNVR PER diatas 20x ya sahamnya tetap naik terus...
Jadi, yang ingin saya tanyakan PER dikatakan mahal itu kalau diatas berapa Pak? Memang sih, ada yang bilang mahal / murah harus membandingkan dengan sektor sejenis, tapi sekali lagi itu juga cukup subjektif..
Terima kasih
Kalau PER di atas 5 dikatakan mahal, rasa2nya sih tidak tepat.
DeletePER mahal atau murah biasanya dibandingkan dengan saham di sektor yang sama.
Jadi, kalau misalnya sektor Properti PER rata-ratanya adalah 15, sedangkan saham ASRI (misalnya) PER nya 5, bisa dikatakan saham ASRI murah dari segi PER.
Tapi kalau anda baca di halaman "About", saya sudah lama meninggalkan Analisa Fundamental dan tidak (terlalu) peduli pada PER.
Maaf baru lihat balasannya Pak Iyan... Terima kasih infonya Pak
DeletePak Iyan berarti sekarang murni teknikalis ya Pak? saya sebenarnya ingin merambah ke fundamental, tapi syaa masih belum sepenuhnya bermain fundamental
Kalau Pak Iyan, tipikal trader untuk jangka waktu berapa hari?
Saya adalah technical swing trader jangka waktu beberapa minggu.
DeletePak Iyan, kalau misalnya saya mau menghitung PER tapi saat itu laporannya masih Q1. Misalnya:
ReplyDeleteEPS Q1 saham xxyy: 5 kali. Harga saham 150. Berarti kalau hitung PERnya harus disetahunkan dulu ya Pak, karena 5x kan EPS untuk kuartal I. Berarti PERnya menjadi 5 x 4= 15. Jadi, PER nya adalah 10 kali.
Saya pernah baca di salah saru artikel yang membahas PER.
Kalau misalnya saya mau hitung PER untuk Q2, berarti apakah juga dikali 4 (untuk disetahunkan)?
Terima kasih
Earning yang dipakai untuk menghitung PER adalah Earning per tahun (4 Quarter).
DeleteJadi and benar: kalau yang anda punya adalah data EPS Q1 dan anda ingin menghitung PER BERDASARKAN EPS Q1 ini, berarti EPS Q1 ini harus dikali empat (karena setahun ada 4 Quarter).
Terima kasih pak Iyan.
DeleteKalau misalnya saya mau hitung PERnya kuartal 2 dan kuartal 3, berarti apakah rumusnya juga sama harus dikalikan 4, sama spt kuartal I Pak?
Betul, sama.
DeleteTapi mohon diingat bahwa PER yang anda dapat adalah BERDASARKAN ASUMSI bahwa Earning Full 1 tahun adalah 4x earning Quarter tersebut.
Padahal Earning Quarter berikutnya bisa lebih tinggi ataupun lebih rendah dari Earning Quarter sekarang.
Silahkan baca juga pos "Price-Earning-Ratio: Trailing & Forward."
https://terusbelajarsaham.blogspot.co.id/2014/02/price-earnings-ratio-trailing-forward.html
Ya Pak. Saya biasa kalau hitung PER kuartalan 1,2,3 saya selalu asumsikan 4x earning utuk full 1 thn..
DeleteTerima kasih jawabannya
pak, saya mau bertanya ... saya masih kurang paham dengan penjelasan ini yang di buku .. yaitu :
ReplyDelete"Contoh:
Laba bersih perlembar saham yang diestimasi pada periode selanjutnya (E1) adalah sebesar Rp 2.500,-. Harga pasar saham perusahaan ini adalah Rp 20.000,- . Investor memperkirakan PER untuk saham ini adalah 10. nilai intrinsik saham ini dapat dihitung sebesar:
Po = Po / E1 . E1
= 10 . Rp 2.500,-
= Rp 25.000,-
Karena harga pasar saham ini adalah sebesar 20rb, sedangkan nilai instrinsiknya adalah sebesar 25rb, maka saham ini dijual dengan harga yang murah (undervalued)."
Bagian mana yang anda kurang paham?
DeleteSalam kenal pak iyan, sblmnya sorry nih, kalo boleh tau bapak uda terjun ke dunia saham berapa lama? Apakah dunia saham menjanjikan buat penghasilan?
ReplyDeleteSilahkan baca halaman "Profil."
Deletehttps://terusbelajarsaham.blogspot.co.id/p/profil.html
Bung Iyan,
ReplyDeleteMohon pencerahannya, klo EPS dinyatakan dalam persen (%), itu artinya bagaimana ya?
Terima kasih banyak sebelumnya, dan blog yang sangat informatif sekali.
Salam sukses.
Dear Riza,
DeleteEPS seharusnya tidak dalam persen.
EPS = Earning Per Share, jadi seharusnya diberikan dalam nilai Rupiah.
Apakah anda ada contoh EPS dalam persen?
Terima kasih Bung Iyan atas responnya, berikut contoh key figure dari suatu perusahaan, terima kasih atas pencerahannya.
DeleteRec. : Buy
Target price : 50.00
Date : 16.07.2017
Equity per share : 119.32
Earnings per share: 3.70%
P/E : 12.9187
P/S : 1.5331
Sales per share : 31.19
Yield : 0.04
Market cap in : 28.5T
Num. of shares : 596
Dividend : 13.00
Dividend date : -
Roundlot : 1
Wah, kok bisa ya Earnings per share dalam persentase?
DeleteSaya juga bingung (sambil garuk-garuk kepala), jadi gak bisa jelasin.
Salam kenal pak iyan, pak saya bisa mnt email bapak? Karena ada beberapa hal yg saya ingin tanha mengenai PEr pak.. Terima kasih sekali lg pak
ReplyDeleteDear amel agustira,
DeleteBertanya melalui email ada tarifnya, lho. Silahkan baca halaman "Konsultasi."
Bertanya di blog GRATIS. Kalo ada yg gratis, lebih baik pilih yang gratis aja.
kalau per minus, bijak ga sih kita beli saham nya dengan asumsi setiap emiten pasti menargetkan untung, sehingga pada akhirnya diharapkan per menjadi positif dan harga terkerek naik?
ReplyDeleteSecara logis, semua emiten (yang rugi) ingin untung.
DeleteTapi hanya karena INGIN untung kan tidak berarti pasti nantinya bisa untung.
Misalkan seseorang punya untung BUANYAK dan bercita-cita ingin lepas dari lilitan hutang.
Nah, hanya karena ia INGIN lepas dari lilitan hutang tidak berarti ia pasti berhasil.
Saya baru menyadari ada kesalahan ketik di kalimat di atas "Misalkan seseorang punya untung BUANYAK dan bercita-cita ingin lepas dari lilitan hutang."
DeleteSeharusnya: Misalkan seseorang punya HUTANG BUANYAK dan bercita-cita ingin lepas dari lilitan hutang.