Monday, September 1, 2014

Hubungan Indikator Analisa Teknikal Dengan Harga Saham

Pada tanggal 05 Juli 2014, bung Herlambang bertanya di pos "Arti Istilah 'Saham Bonus'":
2. "...grafik tengah ada keterangan garis lurus stochastic %K, garis putus-putus stochastic %D. Sy perhatikan jika garis stochastic %K dan %D berpotongan dan naik, maka selalu naik terus, apakah disitu berarti saatnya beli ? dan jika garis stochastic %K dan %D berpotongan dan turun, maka selalu turun terus, apakah disitu berarti saatnya jual ?"
Figure 1. Chart AAPL with Stochastics (%K%D). [Source: finance.yahoo.com]

Ini adalah pertanyaan yang bagus karena tersirat bahwa bung Herlambang berusaha mencari korelasi (hubungan) antara indikator analisa teknikal Stochastics dengan gerak harga saham.

Saya sudah menjawab pertanyaan tersebut di bagian komentar pos "Arti Istilah 'Saham Bonus'", tapi saya merasa topik ini penting untuk didiskusikan lebih detil dalam pos tersendiri.

Mari kita mulai.

---0---

Benar bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, biasanya garis %K lanjut naik.

Juga benar bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, biasanya garis %K lanjut turun.

Masalahnya, mayoritas pemain saham mengambil kesimpulan yang SALAH bahwa:
  • kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, maka garis %K selalu lanjut naik.
  • kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, maka garis %K selalu lanjut turun.

Kenapa kesimpulan ini salah?

Sebelum kita lanjut, saya perlu mengingatkan anda bahwa hampir SEMUA indikator analisa teknikaltermasuk Stochastics—adalah hasil perhitungan matematis data harga (atau volume) masa lalu. Pada kasus stochastics, stochastics akan naik kalau harga naik; stochastics akan turun kalau harga turun.

Nah, dari pernyataan "kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, maka garis %K selalu lanjut naik" tersirat bahwa karena Stochastics naik berarti harga akan naik.

Dengan kata lain, pada pernyataan tersebut tersirat hubungan sebab-akibat sebagai berikut: Sebab Stochastics naik, akibatnya harga saham naik.

Ini tidak masuk akal karenaseperti saya sebutkan di atas—perhitungan matematis Stochastics didapatkan dari harga. Jadi, tidak mungkin Stochastics yang mempengaruhi harga. Apalagi mempengaruhi harga saham di MASA DEPAN.

Intinya, HARGA sahamlah (di masa lalu dan saat ini) yang membentuk Stochastics.

Jadi hubungan sebab-akibat yang benar adalah:
  • Sebab harga naik, akibatnya Stochastics naik.
  • Sebab harga turun, akibatnya Stochastics turun.


Hubungan sebab-akibat ini penting anda ketahui dan resapi karena banyak pemain saham kecewa dengan analisa teknikal karena mereka mengharapkan prediksi yang ABSOLUT dari indikator analisa teknikal yang mereka gunakan.

Padahal sudah saya tulis dengan gamblang di pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis)":

Prinsip Keempat: Prediksi dari analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.
Tidak absolut? Kok begitu?
Artinya, hanya karena analisa teknikal memberi sinyal bahwa saham akan naik, tidak berarti saham tersebut harus naik. Analisa teknikal (seperti juga analisa fundamental dan analisa-analisa lainnya) bersifat prediksi atau, dengan kata lain yang lebih gamblang, nebak. Intinya, ketika kita menebak, tebakan kita bisa salah.
  
Pesan moral pos ini: 
  • Semua indikator analisa teknikal adalah perhitungan matematis dari harga (atau volume) saham. 
  • Indikator analisa teknikal TIDAK mempengaruhi naik-turunnya harga saham.
  • Harga sahamlah yang mempengaruhi naik-turunnya indikator analisa teknikal.
  • Indikator analisa teknikal tidak mungkin salah.
  • Prediksi anda berdasarkan indikator analisa teknikal BISA salah.
  • Jadi, jangan menyalahkan indikator analisa teknikal kalau harga saham bergerak berlawanan dengan terkaan anda.

"Oke," kata anda. "Tapi mengapaseperti bung Iyan tulis di atas kalau garis Stochastic %K memotong ke atas %D, biasanya garis %K lanjut naik. Kebalikannya, bahwa kalau garis Stochastic %K memotong ke bawah %D, biasanya garis %K lanjut turun. Bagaimana penjelasannya?"

Tentu saja ada penjelasan yang masuk akal untuk itu. Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Mengapa Stochastics Yang Naik Biasanya Lanjut Naik; Yang Turun Biasanya Lanjut Turun?" [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]"







 

Pos-pos yang berhubungan:

    [Terima kasih bung Herlambang telah menginspirasi saya untuk menulis pos ini.]

    [Pos ini ©2014 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

      19 comments:

      1. Dear Mas Iyan

        salam hangat..

        waduh jadi tersanjung nih pertanyaan sy ttg stochastic masuk dalam artikel..sangat ditunggu kelanjutannya..

        1.terima kasih sudah membahas ttg stock split..tp kayaknya ada yg kurang terkait tindakan apa yg perlu diambil ketika kita tahu saham yg kita pegang akan di stock split..

        2.sy pernah memasukkan data saham, ternyata di grafik naik tajam kemudian berhenti..kenapa bisa begitu ya..mungkinkah sahamnya distop ?

        3.ternyata saham bisa mempengaruhi suasana hati, jika hijau hati jd senang, kalo merah mulu, kadang bikin sedih jg..seperti kemarin dari IHSG 5200an turun ke 5130an..

        4.kadang sy memperhatikan top gainer dan top losser, dr hari ke hari selalu berubah, kadang terjadi berulang pada saham yg itu2 saja..bisa ga ya dari data top gainer dan top losser untuk data analisis trading saham ?

        5.sebenarnya sy ingin ikut program konsultasi saham, bagi sy cocok ga yach..tp nunggu ada dana tambahan dulu dech..

        terima kasih-Herlambang

        ReplyDelete
        Replies
        1. Mas Herlambang, saya yang berterima-kasih karena sudah diberi inspirasi. :-)

          1. Memang saya belum membahas langkah apa yang sebaiknya dilakukan ketika ada pengumuman Stock Split di pos "Arti Istilah 'Stock Split' Saham". Rencananya, hal tersebut akan saya tulis di pos tersendiri. Mohon bersabar. (Masih banyak pos lain yang ngantri.)

          2. Saya kurang jelas dengan pertanyaan ini. Bisa anda berikan contoh?

          3. Iyalah. Kalau untung, hati senang. Kalau buntung, hati gundah.

          4. Kalau anda tanya, "Bisa ga ya?" Jawaban saya ya, "Bisa." Tapi "bisa" tidak berarti mudah dan juga tidak berarti akan menguntungkan.

          5. Saya rasa sebaiknya Herlambang praktek dulu di bursa 6-12 bulan. Setelah itu barulah pertimbangkan lagi apakah perlu ikut konsultasi. Tidak ikut konsultasi berbayar juga tidak apa-apa. INGAT: bertanya di blog kan GRATIS. Pergunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.

          Delete
      2. Dear Mas Iyan..

        1.Tanggapan no.2..maaf jika pertanyaan sy tidak detil. Maksud sy demikian..pada platform trading, menu technical charting, sy inputkan kode saham tertentu. Setelah klik “view” pada grafik harga ditunjukkan harga naik dengan tajam dalam beberapa hari terakhir transaksi, kemudian berhenti, tidak ada transaksi di hari2 berikutnya. Ini sy temui pada beberapa saham yg sy inputkan. Maaf sy lupa kode2 sahamnya, karena sy cuma coba2 dlm menginput. Seingat sy satu yaitu utk PT. Aqua.

        Sy pernah baca artikel bahwa perusahaan milik Warren Buffet, Berkshire Hathaway, di buy back sehingga harganya melonjak tajam hingga mencapai sekitar Rp 2 M / lembarnya. Sy juga pernah baca bahwa ada beberapa emiten, kalau ga salah KRAW, MREI, BUMI yg disuspen oleh BEI krn bermasalah. Asumsi sy sendiri grafik yg sy maksud diatas adalah utk saham2 yg di buy back atau suspen, mohon koreksinya jika salah.

        Kalau asumsi sy benar, berarti senang donk jika saham yg lagi kita pegang di buy back. Tapi kalau di suspen ? terus harus gimana ?

        2.Tanggapan no.4..Entah kenapa muncul keinginan yg kuat utk bisa jg trading saham, meski di awalnya ingin menjadi value investor. Mungkin krn kemarin bisa dapat profit lumayan meski dengan cara trading sebisanya. Itu sy anggap sbg kebetulan saja dan sy belum berani mencoba lg khawatir analisa sy salah. Dari hal itu, kadang (sering juga sih) sy memperhatikan top gainer dan top losser. Sy perhatikan ada saham yg itu2 saja dari kelompok big cap yg sering hadir di daftar top gainer dan top losser. Misal senin udah di top gainer, selasa pindah ke top losser, rabu nongkrong lagi di top gainer, kamis gantian parkir di top losser. Sehingga sy pikir bisa main di saham itu, beli pd saat di top loser, jual saat di top gainer. Mohon diluruskan jika asumsi ini salah.

        Selain top gainer dan top losser, sy juga sering mengamati jumlah volume lot di bid dan offer. Sy berasumsi jika volume di bid tebel bgt, harga cenderung naik nih, tp kalau yg tebel di offer kayaknya bakalan cenderung turun. Yg sy amati baru beberapa saham saja sih, yg ada di LQ45 dan BUMN. Terkait volume di bid dan offer udah pernah dibahas blm ya ?

        3.Tanggapan no.5..Kalau nunggu 6-12 bln kayaknya terlalu lama dech (hehe..emosional bgt). Sebenernya sy ingin menyebut saham secara spesifik, tp malu e.., krn ada undang-undang tidak akan menyebutkan saham ataupun sektor secara spesifik. Lagian kalau bertanya saham dan harga secara spesifik takut dianggap belagu memanfaatkan orang lain utk keuntungan pribadi.

        Terima kasih-Herlambang

        ReplyDelete
        Replies
        1. 1. Kalau kasus saham AQUA, saham tersebut sudah di-delist karena perusahaan tersebut GO PRIVATE (kebalikan dari go public).

          Saham disuspen tidak harus karena program Buy Back. Setahu saya, suspen saham TIDAK ADA hubungan dengan Buy Back.

          Saham disuspen karena ada pergerakan harga "di luar kewajaran". Dalam bahasa bursa: Unusual Market Activity (Aktivitas Pasar Tidak Wajar).

          Saham bisa juga disuspen karena permintaan emiten (karena akan ada berita yang bisa mempengaruhi gejolak harga).

          Saham di-Buy Back tidak serta merta berarti saham akan naik. Tergantung Buy Back ini di harga berapa.

          Seperti yang SERING saya katakan: TIDAK ADA yang absolut. Semua TERGANTUNG.

          Kalau saham di-suspen, terus gimana? Ya, anda harus menunggu suspensi dibuka oleh bursa.

          Kalau tidak dibuka? Ya, nasib. Nyangkut.


          2. Top Gainer dan Top Loser yang anda maksud adalah Top Gainer Rp dan Top Loser Rp atau Top Gainer % dan Top Loser %?

          Kalau Top Gainer Rp dan Top Loseer Rp, biasanya saham itu-itu saja yaitu sahan-saham yang harga Rupiahnya mahal.

          Karena kalau hari ini, misalnya, UNVR naik Rp 1000 dari 31.000 ke 32.000, bisa saja UNVR masuk Top Gainer Rp. Tapi secara %, 1000 hanya 3%. Besok UNVR turun Rp 1000, dan masuk Top Loser Rp. Tapi turun ini juga hanya 3%.

          Tentang bid dan offer silahkan baca pos "Bisakah Membeli/Menjual Saham Hanya Berdasarkan Bid/Offer?"

          http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2014/04/membeli-menjual-saham-bid-offer.html

          Saya juga membahas sedikit tentang bid/offer di pos "Dampak Perubahan Satuan Lot & Fraksi Harga Saham." (Terutama di Bagian 3).

          http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2014/01/dampak-perubahan-satuan-lot-saham.html



          3. Karena waktu luang saya terbatas, saya memilih-milih siapa saja yang saya terima untuk konsultasi. Bung Herlambang perlu pengalaman lebih banyak dulu. Lagipula, kalau ada yang tidak usah membayar (bertanya di blog), kenapa harus pilih yang bayar?

          "Undang-undang" di sini adalah saya TIDAK MEREKOMENDASI jual/beli saham spesifik. Anda boleh saja menyebut nama saham, seperti contoh saham AQUA di atas. Tapi, jangan tanya jual/beli saham apa di harga berapa. Nah, yang seperti ini tidak akan saya jawab.

          Delete
      3. Teknikal analisis ini menarik.. Indikator memang tidak ada yg absolut dan jika signal blg beli, belum tenti harga akan naik. Dan harga pun tidak harus naik jika semua indikator blg beli.. Bagaimanapun, menurut opini saya teknikal analisis bisa mempengaruhi harga di masa depan. Jika semua pemain saham memang mempelajari TA. Semakin byk pemain yg setuju maka harga saham akn menjadi Self Fulfilling Prophecy.

        ReplyDelete
        Replies
        1. Terima kasih untuk komentar anda.

          Apakah teknikal analisis BISA mempengaruhi harga di masa depan?

          Kalau anda tanya saya apakah sesuatu BISA terjadi, jawaban saya selalu sama: ya bisa aja. Tapi berapa besar kemungkinan suatu hal akan terjadi, nah, agak sulit menjawab pertanyaan ini.

          Pendapat and bahwa semakin banyak pemain yang setuju maka harga saham akan menjadi Self Fulfilling Prophecy juga tidak salah. Tapi ini hanya akan terjadi kalau SEMUA (atau setidaknya, MAYORITAS) pemain saham memakai Technical Analysis yang SAMA PERSIS.

          Nah, berapa besar kemungkinan bahwa MAYORITAS pemain saham memakai Technical Analysis yang SAMA PERSIS? Menurut saya, kemungkinan ini kecil.

          Delete
        2. Ijin nimbrung ya...

          Pernah baca tentang Self Fulfilling Theori ini di bukunya J Murphy. Melihat chart itu sifatnya kan sangat subjektif, meskipun memakai indikator yang sama. Belum lagi pengetahuan, sifat dan gaya masing2 trader yg beda2, sehingga menghasilkan tindakan yang akan berbeda pula. Misalnya klo melihat pola suatu saham sepertinya mau naik, kadang ada yang langsung beli pas masih konsolidasi, ada juga yang baru beli klo breakoutnya sudah terkonfirmasi.

          Memang sih, pasar itu selalu benar. Memakai stochastic dan indikator apapun hasilnya pasti hanya tebakan, makanya perlu Trading Plan. Dan lebih penting lagi disiplin sama Trading Plan yang sudah dibuat, termasuk entry, cut loss n take profitnya (yang ini lagi ngomong sama diri sendiri..hiks hiks..)

          Delete
        3. Mama Naunau, terima kasih komentarnya.

          Anda benar bahwa apapun indikator yang kita pakai, kita harus disiplin menjalankan Trading Plan yang telah disiapkan.

          Delete
      4. Dear bung Iyan...

        Diantara sekian banyak materi pembelajaran berkualitas yang bung Iyan tulis, hanya pos ini satu-satunya yang masih membuat saya bingung...

        Saya tidak terlalu mengerti apa itu pengertian garis Stochastic %K dan %D??

        Sudikah bung Iyan menjelaskan dan menambahkan gambar agar saya dapat memahami materi pembelajaran diatas secara utuh...

        ReplyDelete
        Replies
        1. Dear CoolBlog,

          Saya memang tidak menjelaskan apa Stochastics itu di pos ini. Jadi, untuk yang belum tahu indikator analisa teknikal bernama Stochastics, sangat mungkin anda bingung membaca pos ini.

          Tapi pos ini bukan tentang Stochastics tetapi tentang hubungan HARGA vs. INDIKATOR ANALISA TEKNIKAL. Kebetulan, indikator analisa teknikal yang dipakai sebagai contoh adalah Stochastics.

          Tapi, sesuai dengan permintaan anda, saya menambahkan Chart dengan Stochastics. Perhatikan garis hijau dan merah yang saya tambahkan. Semoga membantu.

          Delete
        2. Terima kasih bung Iyan atas jawaban dan kesediaannya untuk memenuhi permintaan saya...

          Delete
      5. Dear Pak Iyan,

        Pertama-tama terima kasih banyak atas ilmunya di blog nih..saya adalah seorang pemula...

        tertarik dengan pos ini saya tunggu kelanjutannya....apakah yang dimaksud adalah divergence penyimpangan harga saham dengan garis stochastic..

        mohon segera di posted pak iyan mengenai pos ini

        Terima kasih

        ReplyDelete
      6. Mas iyan, saya memiliki pertanyaan. Dalam memperhatikan indikator2 TA tersebut, bagusnya diperhatikan harian atau intraday ya?

        ReplyDelete
        Replies
        1. Tergantung time-frame (bingkai waktu) yang anda pakai.

          Anjuran saya: pemula sebaiknya mulai dari bingkai waktu Harian (daily).

          Delete
        2. Baiklah mas iyan. Tapi kalau boleh tau, untuk mas iyan sendiri yang sudah berpengalaman nih, mas iyan menggunakan time-frame yang intraday kah? Lalu kalau boleh tau, memang tingkat kesulitan antara menilai grafik yang time-frame-nya harian dan intraday dimana dan apa ya mas?

          Delete
        3. Sebenarnya grafik Daily atau Intra-Day sama saja pengamatannya. Tapi menggunakan data Intraday berarti JUMLAH datanya makin banyak.

          Tapi, masalah besar lainnya adalah DATA yang anda pakai.

          Data yang disediakan platform online trading, data Intraday-nya, biasanya, kurang memadai.

          Delete
      7. Tapi kalau misalnya untuk Trader seperti Mas Iyan, bukannya membaca grafik yang intraday itu lebih baik ya? Karena dengan demikian, kita bisa melihat pergerakan momentum harga saham setiap jam-nya, atau bagaimana menurut mas iyan? Saya masih awam mas, hehe...

        ReplyDelete
        Replies
        1. Pertanyaan (dan pernyataan) anda ibaratnya sama dengan pernyataan ini:

          Bukankah akan lebih cepat tiba di tujuan kalau kita NGEBUT naik motor?

          Benar.

          Kalau anda sudah JAGO dan sudah PENGALAMAN LAMA naik motor, ngebut berati akan lebih cepat tiba di tujuan. (Itupun dengan catatan ngebut-nya tidak asal ngebut. Kalau asal ngebut, kemungkinan besar malah tibanya di rumah sakit.)

          Kalau anda BELUM PERNAH dan BELUM BISA naik motor, tapi mau ngebut supaya cepat sampai tujuan, apa yang menurut anda akan terjadi?

          Kalau masih pemula main saham JANGANLAH ngebut. Jalan pelan-pelan aja masih kemungkinan (besar) rugi, kok.

          Delete
        2. Baiklah saya paham mas. Kadang mental pemula itu memang rasanya ingin cepat2 untung kalau sudah rugi. Tapi ya sudahlah, harus jalan pelan2 dulu seperti kata mas iyan, hehe. Terima kasih mas atas bimbingannya, sukses selalu blognya...

          Delete

      Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.