Saturday, September 14, 2013

Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian IV - Tamat)

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian III)."

Untuk membaca seri ini dari awal, silahkan klik di sini "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian I)."


Di pos sebelumnya saya menulis bahwa target harga di Trading Plan terakhir bukan target harga untuk menjual saham. Fungsi target harga tersebut adalah untuk menentukan apakah anda harus menaikkan titik cut-loss sebelumnya ke titik cut-loss yang lebih tinggi lagi.

Apa artinya?

Artinya, karena WSKT naik sampai ke harga target ke-2 di 970, berarti anda harus MENAIKKAN lagi titik cut-loss. 

Berapa besar kenaikan ini? Karena anda dari awal menentukan cut-loss sebesar 10%, berarti anda harus menaikkan titik cut-loss sebesar 10%.

Nah, bukan cuma titik cut-loss yang harus anda naikkan. Target harga juga harus anda naikkan. Besar kenaikannya? Lagi-lagi 10% karena kenaikan target harga yang saya anjurkan adalah sama dengan besaran cut-loss yang anda pilih.

Satu hal lagi: karena titik cut-loss adalah titik baru, jangan lupa juga untuk menentukan batas waktu 20 hari yang baru.


Trading Plan dengan target harga ke-3:

Harga modal WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 970.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke {800 + (10% x 800)} = 880.

Target harga ke-3: 970 + (10% x 970) = 1070 (kita bulatkan ke fraksi harga terdekat).
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.



Dengan Trading Plan ini, lagi-lagi ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi dalam 20 hari ke depan:
  1. Saham turun sampai harga cut-loss ke-3 di 880.
  2. Saham turun tidak sampai 880 tapi juga naik tidak sampai target harga ke-3 di 1070
  3. Saham naik sampai target harga ke-3 di 970. 

Pilihan langkah berikut yang harus anda lakukan adalah sama dengan pilihan langkah di Trading Plan dengan target harga ke-2:
1. Kalau dalam kurun waktu 20 hari saham WSKT turun sampai ke titik cut-loss, anda jual.
2. Kalau WSKT turun tidak sampai titik cut-loss tapi juga naik tidak sampai ke target harga ke-3, anda jual di hari ke 20.
3. Kalau harga WSKT menyentuh target harga ke-3, anda harus menaikkan lagi titik cut-loss, menaikkan lagi target harga, dan menentukan batas waktu 20 hari yang baru.

Misalkan saja WSKT menyentuh target harga ke-3. Anda harus memperbaharui trading plan dengan menaikkan titik cut-loss, menaikkan target harga, menetapkan batas waktu baru. Hasilnya adalah sebagai berikut:


Trading Plan dengan target harga ke-4

Harga modal WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 1070.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke {880 + (10% x 880)} = 970.

Target harga ke-4: 1070 + (10% x 1070) = 1180 (kita bulatkan ke fraksi harga terdekat).
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.



Misalkan dalam kurun waktu 20 hari WSKT menyentuh lagi target harga ke-4,  anda harus menyesuaikan lagi trading plan.


Trading Plan dengan target harga ke-5
 
Harga modal WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 1180.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke {970 + (10% x 970)} = 1070.

Target harga ke-5: 1180 + (10% x 1180) = 1300 (kita bulatkan ke fraksi harga terdekat).
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.



Misalkan WSKT dalam kurun waktu 20 hari lagi-lagi menyentuh target harga ke-5, anda harus menyesuaikan lagi trading plan.


Trading Plan dengan target harga ke-6

Harga modal WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 1300.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke {1070 + (10% x 1070)} = 1180.

Target harga ke-5: 1300 + (10% x 1300) = 1430 (kita bulatkan ke fraksi harga terdekat).
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.



Trading plan di atas akan lebih jelas kalau kita lihat dalam tampilan tabel berikut:

Tabel 1. Contoh Trading Plan WSKT Memakai Trailing Stop




Saya yakin anda sudah paham bahwa selama WSKT menyentuh target harga terkini dalam kurun waktu 20 hari, anda terus menaikkan titik cut-loss ke harga yang lebih tinggi.

Apa artinya?

Artinya, selama WSKT masih naik, anda tidak akan menjual saham tersebut. Anda akan menjual saham tersebut HANYA kalau saham turun ke titik cut-loss (kemungkinan nomor 1) atau kalau saham turun tidak sampai titik cut-loss tapi juga naik tidak sampai target harga selama batas waktu yang anda tentukan (kondisi nomor 2).

Dengan melakukan cara di atas, anda akan meMAKSIMALkan keuntungan dari saham yang sedang naik. Itulah inti dari menggunakan TRAILING STOP.

Jadi, cara menggunakan TRAILING STOP yang benar adalah dengan menaikkan titik cut-loss karena sebab yang jelas (saham mencapai target harga dalam waktu yang ditentukan), bukan karena sebab-sebab yang tidak bisa anda jelaskan dengan angka. Dengan kata lain, jangan menaikkan titik cut-loss seenaknya, semau anda.

Wow, luar biasa, kata anda.

Tapi, lanjut anda, kalau seandainya saya tidak menjual SETENGAH saham ketika saham menyentuh target harga PERTAMA, bukankah saya akan untung lebih banyak?

Nah, ini dia. Belum apa-apa sudah mau merubah Trading Plan.

Anda harus ingat bahwa Trading Plan di atas adalah contoh. Perumpamaan. Anda tentu sadar bahwa dunia nyata tidak seindah perumpamaan.

Memang benar kalau saham naik terus, akan lebih menguntungkan kalau saham tidak anda jual pada target harga pertama. Tapi, jangan hanya memikirkan kondisi yang menguntungkan. Bagaimana kalau saham tidak naik terus seperti perumpamaan di atas? Bagaimana kalau pada kondisi Trading Plan dengan target harga ke-2 saham WSKT turun ke titik cut-loss?


Mari melihat kembali Trading Plan dengan target harga ke-2 dan melakukan hitung-hitungan.

Trading Plan dengan target harga ke-2:

Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 100 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.

Target harga ke-2: 880 + (10% x 880) = 970 (pembulatan ke fraksi harga terdekat).
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Nol (karena anda tidak menjual 50 lot pada harga 880).


Kalau yang terjadi adalah WSKT turun ke titik cut-loss di 800, anda harus menjual semua saham. Karena anda menjual di harga modal, berarti anda tidak mendapat untung (malah masih rugi "fee" broker).

Coba bandingkan kalau anda sudah menjual SETENGAH di target harga pertama di 880. Walaupun saham turun lagi ke 800 anda sudah mengantongi untung Rp 2 juta.

Inilah alasan utama mengapa anda harus menjual SEBAGIAN saham kalau harga saham naik.

Tidak cuma itu saja.

Alasan lain mengapa anda harus menjual SEBAGIAN saham kalau harga saham naik adalah: dari semua saham yang anda beli, TIDAK BANYAK saham yang naik terus-menerus seperti perumpamaan di atas. Jauh lebih banyak saham yang, kalaupun naik, naiknya cuma sedikit lalu bergerak turun.

Kesimpulannya: Kalau anda menjual SETENGAH saham pada target harga pertama dan setelah itu menggunakan konsep TRAILING STOP seperti di atas, anda tidak hanya mencegah posisi untung berbalik menjadi buntung, tapi juga memberikan anda kesempatan untuk untung MAKSIMAL dari saham yang sedang naik kencang.

Masih ada hal-hal lain yang perlu anda ketahui tentang TRAILING STOP ini. Silahkan lanjut baca ke pos "Kelemahan Dari Trailing Stop." [belum terbit. mohon berkunjung kembali.]






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]  

    91 comments:

    1. Bung Iyan cukup cerdik dengan langsung memberikan petunjuk di akhir artikel mengenai realita trading di dunia nyata. Kalau mau jujur sih, kita bakal lebih sering kena whipsaw pas main saham betulan. Saham yang strong trending dan patut dipasang trailing stop sebenarnya lebih jarang daripada yang kita pikirkan, saya rasa paling hanya 30% dari waktu ke waktu. Itu juga yang saya alami pas main Forex.

      Kalau bukan karena saya ambil partial profit pas harga sudah di break even, mungkin sudah lama saya berhenti trading karena kelewat stress melihat posisi saya selalu terhenti di break even level. :D

      ReplyDelete
      Replies
      1. Saya setuju bahwa saham STRONG TRENDING seperti perumpamaan di atas relatif jarang. Jauh lebih banyak saham yang hanya memberikan (potential) profit kecil. Maka dari itu saya menganjurkan pembaca untuk menjual SEBAGIAN saham kalau posisi sudah untung. Setelah itu barulah COBA memaksimalkan profit dengan TRAILING STOP.

        Tapi karena pos di atas adalah tentang TRAILING STOP, perumpamaan yang saya pakai adalah saham yang STRONG TRENDING. Saham STRONG TRENDING relatif jarang, tapi ada. Nah, kalau lagi beruntung punya saham STRONG TRENDING, setidak-tidaknya pembaca sudah tahu apa yang harus dilakukan.

        Delete
    2. Terima kasih sebelumnya buat mas iyan atas ilmu2nya di blog ini. Saya betul-betul dari nol pelajari tentang saham dan membaca ilmu2 yang ada di blog ini, hingga akhirnya cukup mengerti tentang dan cara bermain saham, walau mesti sesekali diulang bacanya (hehe). Ada beberapa yang mau saya tanyakan mengenai teknik Trailing Stop ini :
      1. Apabila trading plan 1 berhasil, selanjutnya kita lanjutkan di trading plan 2, dengan menaikkan titik cut-loss sebesar 10%. Nah yang mau saya tanyakan, kenapa titik cut-loss kalau "saham XXX" turun tidak dimarkup lagi misal sebesar 5% atau 10%? Jadi seandaianya saham turun, kita masih mendapatkan untung, tidak seperti yang dianjurkan Mas Iyan untuk menaikkan titik cut-loss hingga sama dengan harga beli modal saat itu.

      2. Kapan bisa dipublish nih tulisan tentang kelemahan trailing stop? hehe

      ReplyDelete
      Replies
      1. Rizky, saya kurang jelas tentang pertanyaan anda.

        Apakah maksud anda menaikkan titik cut-los BUKAN sebesar 10% tapi sebesar, misalnya, 15% supaya titik cut-loss ini DI ATAS harga beli?

        Delete
      2. Betul mas iyan..maksudnya begitu

        Delete
      3. Pertanyaan anda sangat bagus.

        Kenapa titik cut-loss pertama saya sarankan dinaikkan ke harga modal? Kenapa tidak (kalau memakai contoh di pos) dinaikkan ke ATAS Rp 800 (modal), misalnya di Rp 840?

        Dengan cara ini, kalaupun saham turun ke 840 dan anda cut-loss, anda masih untung Rp 40 dari saham yang sisa SETENGAH.

        Betul. Tapi bagaimana kalau setelah turun ke 840, anda jual, lalu saham bergerak naik ke 1300?

        Anda sudah tidak punya saham saham sekali dan hanya bisa gigit jari.

        Anda kan sudah mendapat untung Rp 2 juta dari penjualan SETENGAH saham pertama. Kalaupun SETENGAH kedua harus jual di 800, anda tetap untung Rp 2juta ini. Posisi ini sudah di atas angin. Saatnya anda mencoba mencari untung maksimal kalau-kalau saham naik terus.

        Kenapa di 800 lebih baik dari 840? Karena dalam 20 hari kerja (target waktu), kemungkinan saham turun ke harga 840 jauh lebih besar dari kemungkinan turun sampai 800.

        Artinya, anda harus memberikan ruang gerak sebesar mungkin (tapi dengan resiko sekecil mungkin) kepada saham untuk berfluktuasi.

        Prinsip dari Trailing Stop adalah untuk MEMAKSIMALKAN profit setelah posisi anda di atas angin.

        Dan satu hal lagi: TRADING PLAN harus SESEDERHANA mungkin. Kalau banyak pengecualian, anda akan bingung sendiri.

        Delete
    3. Mas iyan, Trima kasih atas tulisan2nya yg memberikan pengetahuan baru bg kita yang awam ttg saham.
      Sy mo nanya knp ratio cutloss dgn taking profitnya 1 : 1, bukankah u/memaksimalkan profit kita seharusnya ratio CL dgn TP minimal 1 : 2, (apa kelemahannya jk dibanding dgn ratio 1 : 1) ? Trima kasih.

      ReplyDelete
    4. Teddy, dari mana anda mendapat ratio cutloss 1:1?

      ReplyDelete
      Replies
      1. maksud saya dgn ratio 1 : 1 : rencana cutlossnya 10% dr harga modal, trus taking profitnya 10 % jg dari harga modal.
        Atau bagaimana sebaiknya menetapkan perbandingan tersebut ?

        Delete
      2. Taking profit PERTAMA (setengah jumlah saham) adalah 10% di atas modal. Tapi kan masih ada SETENGAH sisa.

        Kalau anda menjual SEMUA setelah saham naik 10%, itu ratio 1:1.

        Delete
      3. mungkin maksud Teddy kenapa ngga target profitnya 10% cut loss 5%, atau sebaliknya, bukan cuma terpaku presentase yang sama antar keduanya e.g : cut loss 10% dan target profit 10%. Mana yg lebih baik dan konsekuensi dari masing2 rasio?

        Delete
      4. Boleh saja anda memakai target profit pertama 10% dan cut-loss 5%.

        Jangan terpaku pada angka-angka (contoh) di pos ini. Ingat: dalam bermain saham, tidak ada yang absolut. Yang penting adalah anda mengerti KONSEP dasar TRAILING STOP.

        Tapi, semakin besar target profit pertama anda, berarti semakin besar resiko anda tidak sempat mengamankan profit dari saham yang sudah naik (karena saham bisa turun lagi ke harga beli).

        Delete
      5. Klo mas iyan biasanya gmn menetapkan target cut loss dan taking profitnya?pake presentase kah?klo iya brp persen?. OOT dikit dari post ini boleh ya...:D. Sebelumnya mas Iyan kerja?trs apa yg alasan yang mendasari dan bisa sampai menetapkan jd full-time trader?

        Delete
      6. Nika,

        Cara saya menetapkan target cut-loss dan taking profit adalah seperti contoh di atas. Tapi karena saya trader jangka pendek, target cut-loss dan taking profit LEBIH KECIL dari contoh di atas.

        Target cut-loss dan taking profit BERGANTUNG pada bingkai waktu anda. Seakin panjang bingkai waktu anda, (seharusnya) semakin besar target cut-loss dan take profit.

        Saya memutuskan berhenti bekerja, menutup perusahaan yang saya lakoni, dan menjadi full-time trader, setelah saya mengEVALUASI DIRI secara objektif.

        Kalau kata orang lain: panggilan jiwa.

        Kalau menurut saya, itu adalah proses mencari jati diri:. mencari tahu apa yang saya mau dalam hidup ini, mencari tahu apakah saya punya kemampuan untuk itu, mencari tahu apa Strength dan Weakness saya, mencari tahu topik apa yang membuat saya berbicara penuh semangat (bahasa Inggris-nya: "passion").

        Setelah evaluasi diri selama (hampir) SETAHUN, saya memutuskan bahwa main saham adalah profesi yang paling cocok untuk saya pada saat itu.

        Kata kuncinya adalah "paling cocok pada saat itu."

        Ingat: manusia berkembang dan berubah. Apa yang cocok pada momen tertentu, belum tentu cocok pada momen lain.

        Delete
      7. "Tapi karena saya trader jangka pendek, target cut-loss dan taking profit LEBIH KECIL dari contoh di atas."

        Boleh tahu berapa rata-rata target cut-los dan taking profit bung iyan? Dan berapa batas waktu (hari kerja) maksimalnya?

        Maaf kalo pertanyaannya terlalu pribadi, karna jawaban bung iyan bisa buat gambaran kita-kita yang masih pemula sabagai trader jangka pendek.
        Mksh atas jawabannya

        Delete
      8. Bung Rauf, maaf saya tidak bisa menjawab karena itu rahasia dapur. :-)

        Lagipula, tidak penting anda tahu informasi tersebut. Yang penting adalah anda mengevaluasi diri anda sendiri.

        Delete
    5. Hallo Mas Iyan, saya salah satu pembaca setia blog anda.
      Saya ada sedikit pertanyaan mengenai investasi di saham.
      pertanyaannya adalah apakah setelah kita keluar dari salah satu emiten (baik terkena cut loss ato take profit) ex: wskt yg di contohkan Mas Iyan, dan ketika saya mau membeli lg, apakah harus pada emiten yg sama?
      Atau boleh kah saya selalu berpindah pindah membeli saham berbeda setelah terkena CL ato TP?
      Mohon saran dari Mas Iyan.
      terima kasih.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Mas Wijaya,

        Anda TIDAK HARUS selalu membeli saham yang sama. Yang penting adalah apakah ada SINYAL BELI untuk saham tersebut.

        Jadi kalau saham (seperti contoh di pos atas) WSKT sudah anda jual, tapi beberapa hari kemudian ada SINYAL BELI (berdasarkan analisa yang anda gunakan), silahkan beli lagi.

        Kalau SINYAL BELInya ada di saham lain, silahkan coba beli saham lain tersebut.

        Tentang SINYAL BELI, ini adalah alasan MENGAPA anda membeli suatu saham seperti yang saya tulis di pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula."

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/01/cara-membeli-saham-untuk-pemula-bagian.html

        Delete
    6. Halo Mas Iyan,

      Saya newbie yang ingin belajar banyak ttg saham dan blog mas iyan sangat menarik buat saya.

      Mau nanya, kalau pada trading plan 1, pada hari ke 20 harga saham turun namun belum mencapai level CL, apakah yang kita lakukan?

      Detailnya sbb:
      Hari ke: 20
      Harga beli WSKT: 800.
      Harga WSKT sekarang: 760.
      Jumlah saham: 100 lot.
      Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.

      Apakah kita harus jual semua atau bagaimana ya, mas?
      mohon pencerahannya. terima kasih dan sukses terus, mas..

      ReplyDelete
      Replies
      1. Berpatokan pada Trading Plan dengan batas waktu 20 hari, kalau saham tidak naik sampai target jual dan tidak juga turun sampai harga cut-loss, pada hari ke 20 anda harus JUAL.

        Silahkan baca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli."

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/08/cara-main-saham-pemula-setelah-beli.html

        Delete
      2. sip..

        terima kasih mas iyan... ditunggu tulisan2 berikut nya..

        Delete
    7. Mas iyan mau tanya dong
      Contoh
      Pada take profit keenam 1430 ,mungkin ga harga saham tersebut anjlok ke 700 secara lgsg ?lalu bagaimana bisa meminimalisir resiko tersebut
      Lalu sampai kapan saham yg setengah lagi ini dijual jika kalo harga sesuai trading plan sama ke take profit terus ?

      ReplyDelete
      Replies
      1. Kalau anda tanya saya "mungkin ga", jawaban saya selalu: MUNGKIN karena, menurut saya, hampir tidak ada yang tidak mungkin.

        Nah, kalau anda bertanya berapa besar kemungkinan harga saham ANJLOK LANGSUNG dari 1430 ke 700, jawaban saya: sangat kecil. Tapi tetap saja mungkin terjadi.

        Bagaimana meminimalisir resiko tersebut? Kalau anda sudah GATAL ingin merealisasi profit, silahkan JUAL. Boleh seluruhnya, boleh sebagian. Tapi jangan menyesal kalau harga saham masih naik terus.

        Sampai kapan saham sisa dijual (kalau mengikuti skenario di atas)? Saham sisa akan dijual kalau:

        a. harga saham TURUN sampai titik cut-loss terakhir.
        b. harga saham turun tidak sampai titik cut-loss tapi juga naik tidak sampai ke target harga jual dalam jangka waktu 20 hari (target waktu yang anda tentukan). Anda jual saham ini pada hari ke-20.

        Delete
    8. Mohon ijin bung iyan untuk saya panggil "Guruuuuu" saya baca ini bolak-balik 5 kali baru mudeng maksudnya... yang sering saya lakukan menjuala setengah sisa di step 2, dan akhirnya gigit jari liat harga naik lagi

      guru maafkan muridmu yang bodoh ini...

      ReplyDelete
      Replies
      1. Waduh bung Nurrokhim, tidak perlu memanggil saya guru.

        Yang lebih penting, kalau anda merasa terbantu dari tulisan saya, mohon anda di masa depan juga berusaha membantu orang lain dengan cara anda sendiri.

        Delete
      2. bagaimanapun juga bung iyan sudah mengajarkan hal baik kepada saya.... kalau pun bung iyan tidak berkenan saya panggil guru. saya adalah murid bung iyan yang masih amat sangat bodoh serta sering salah..... masih harus belajar lagi dari tulisan bung iyan...... saya menemukan sesuatu yang beda disini, ketika menunggu artikel baru bung iyan terbit, saya tidak pernah merasa bosan untuk membaca artikel lama

        pesan bung iyan insyaallah saya akan jalankan dengan cara saya

        bung saya minta reques artikel tentang ETF, kalau bung berkenan saya sangat senang sekali.

        sekali lagi terimakasih

        Delete
      3. Kalau suatu tulisan susah dimengerti, itu bisa jadi kesalahan dari penulis. Tapi ada baiknya suatu tulisan dibaca berulang kali dan dibaca dengan seksama. Saya berusaha menulis sejelas mungkin, tapi hal ini bukan hal yang mudah. Saya masih harus banyak belajar.

        Tentang ETF, suatu saat akan saya tulis. Tapi rasa-rasanya tidak dalam waktu dekat. Mohon bersabar ya bung Nurrokhim.

        Delete
    9. Bung iyan reques juga dong tentang position sizing ala bung iyan, ditunggu mksh..

      ReplyDelete
      Replies
      1. Rauf,

        Terima kasih untuk "request"nya. Position sizing adalah hal yang sangat penting. Tapi hal ini TERGANTUNG banyak hal dari masing-masing pemain saham. Agak sulit menjelaskannya secara umum (generalisasi) karena bisa salah dimengerti.

        Oke, suatu saat akan coba saya tulis tentang position sizing ini.

        Karena position sizing tergantung juga pada titik cut-loss, untuk sementara, silahkan baca dulu pos "Keunggulan Cut-Loss Metode Nominal Dibanding Metode Persentase."

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/01/keunggulan-metode-cut-loss-nominal.html

        Delete
    10. mantap penjelasana trailling stop lebih jelas dari bukunya ellen may .... gratis lage ...salut bang iyan ... ditunggu bukunya bang...

      ReplyDelete
      Replies
      1. Bung Aan, terima kasih sudah meninggalkan komentar.

        Saya senang kalau anda terbantu dengan tulisan saya.

        Delete
    11. Selamat siang pak

      Saya ingin tanya kalau trading pakai sistim trailing stop,hasil uang dari penjualan atau hasil cutlost uangnya disimpan sampai kurun waktu 22 hari atau dibelanjakan saham lagi dalam kurun waktu tersebut,atau bagaimana pak ?

       Mohon penjelasannya.

       Hormat kami
      Chaidir

      ReplyDelete
      Replies
      1. Cash-flow dari penjualan atau cut-loss BOLEH anda gunakan untuk membeli saham lain yang menurut anda prospektif.

        Delete
    12. Artinya Jika setelah saya melakukan TP 1,ternyata saham tersebut turun lagi ke harga pembelian pertama atau dibawah TP1maka saham tersebut boleh saya beli kembali dengan uang hasil TP1 tersebut ?
      Mohon penjelasannya.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Saya tidak mengerti maksud anda dengan "melakukan TP1." Apa yang anda lakukan? Tolong berikan contoh yang jelas.

        Delete
      2. Maksudnya jika saya beli saham wskt di 640 dan saya jual separuhnya di 705 (TP1 10%),setelah beberapa hari saham wskt turun lagi ke 650 maka bolehkah saya beli lagi saham tersebut dengan uang hasil TP1 tadi tanpa menunggu 20 hari kedepan?

        Delete
      3. Anda masih punya 1/2 yang belum dijual tapi mau beli lagi?

        Kalau anda beli lagi, Trading Plan-nya bagaimana menurut anda?

        Delete
      4. Dirubah dari awal lagi,benar tdk menurut mas iyan ?

        Delete
      5. Bagaimana dengan 1/2 yang belum anda jual? Anda memakai Trading Plan yang mana? Trading Plan lama atau Trading Plan baru?

        Delete
      6. Menurut saya pakai Trading Plan yang baru dengan harga beli rata2 dan sayakan sudah diatas angin juga dari penjualan 1/2 yang pertama,bagaimana menurut Mas Iyan

        Delete
      7. Selama anda sudah siap dengan Trading Plan, cara ini sah-sah saja anda coba.

        Delete
      8. Baik Mas Iyan,terima kasih atas waktunya

        Delete
    13. Kalau kita trading menggunakan sistim trailing stop dengan TP dan CL 10%,apakah analisa teknikal kita abaikan ?
      Mohon penjelasannya.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Kalau anda sudah PAHAM analisa teknikal, anda tidak perlu memakai cut-loss 10%.

        Delete
      2. Mana lebih baik trading dengan anlisa teknikal atau dengan trailing stop .

        Delete
      3. Apakah anda sudah paham betul analisa teknikal?

        Delete
      4. Kalau anda paham analisa teknikal, trailing stop bisa dilakukan sesuai indikator analisa teknikal yang anda pakai.

        Artinya, memakai analisa teknikal ataupun tidak, trailing stop HARUS disiapkan.

        Delete
      5. Baik Mas Iyan,terima kasih atas nasehatnya

        Delete
    14. awesome ! bung, mau tanya ni.. jadi Cut-loss berfungsi memutuskan tingkat resiko kerugian yang lebih besar, ( berarti tanpa harus menjual saham ya bung, namun menahan saham di tangan kita sendiri? ) . jika pernyataan saya benar, lalu kapan kita harus memulai lagi untuk bermain? saham
      apakah pada harga di modal awal?
      atau,
      apakah pada level target tertentu yang telah di capai?

      ReplyDelete
      Replies
      1. Dhavid,

        Cut-loss berarti MENJUAL saham yang kita miliki. Kalau kita menahan saham di tangan sendiri, selama saham turun anda rugi.

        Ada baiknya anda membuka halaman "Kurikulum" dan membaca pos yang sesuai dengan kondisi anda.

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/p/kurikulum.html

        Delete
      2. oke bung, spertinya saya masih terus harus belajar lagi. saya akan coba terus membaca artikelnya bung,
        trims bung. jangan bosan ya bung kalu nanti saya akan sering bertanya untuk hal yang kurang saya pahami

        Delete
    15. Mantap Pak Iyan.

      Saya ada pertanyaan cenderung bersifat teknis Pak.

      1. Saya mau menanyakan, harga acuan untuk menentukan harga telah mencapai CL atau TP itu berdasarkan harga penutupan atau harga pergerakan harian Pak?
      2. Jika menggunakan harga pergerakan harian, dimana sistem dari aplikasi trading saya tidak memiliki sistem "alert" apabila harga sudah mencapai titik tertentu. dan di sisi lain saya mengalokasikan waktu untuk memantau harga saham relatif terbatas. Maka apakah sebaiknya saya melakukan order-sell pada harga CL setiap awal pembukaan pasar? sehingga (kemungkinan) saham saya terjual tepat pada harga CL meskipun tanpa saya pantau.
      3. Untuk menentukan tingkat persentase CL dan TP kan berdasarkan tingkat fluktuasi pada saham tersebut ya Pak misal pada saham gorengan yang persentase fluktuasinya tinggi maka relatif lebih tinggi juga persentase CL dan TP, nah pertanyaannya untuk menentukan persentase pada saham tersebut apa metode yang digunakan? apakah berdasarkan rata-rata perubahan persentase dari harga saham tersebut? atau bagaimana?

      Terimakasih Pak atas kesediaan dalam menjawab pertanyaan saya.

      ReplyDelete
      Replies
      1. 1 & 2.. Pertanyaan ini menandakan anda sudah mulai memahami bahwa main saham tidak "hitam-putih" tapi lebih sering "abu-abu."

        Titik Cut-Loss (CL) atau Target Price (TP) adalah PEMICU ("trigger") untuk melakukan cut-loss atau untuk menjual. Titik CL/TP tidak berarti anda harus menjual di harga CL/TP tersebut. Kalau anda tidak memantau harga setiap saat, berarti anda harus beraksi KETIKA anda tahu bahwa titik CL/TP sudah terpicu.

        Artinya, kalau titik Cut-loss adalah Rp 1000 dan ketika anda memantau harga, saham sudah turun ke 950, anda harus jual di 950. Bukan menunggu jual di 1000.

        Silahkan baca pos "Cara Melakukan Cut-Loss Saham."

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/12/makna-harga-cut-stop-loss-saham.html

        Kalau anda tidak bisa memantau harga saham setiap saat, ada baiknya anda pakai broker yang punya Automated Trading. Artinya, anda bisa memasukkan kriteria jual/beli dan kalau kriteria terpenuhi, sistem akan menjual/membeli di kondisi tersebut.

        3. Tidak ada cara mudah untuk mengukur tingkat fluktuasi. Silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian III)."

        http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2010/12/cara-cut-loss-untuk-stop-kerugian-saham_25.html

        Delete
    16. Terima kasih mas iyan atas blognya yang sangat bermanfaat

      setidaknya saya mendapat pencerahan dengan membaca judul ini sampai bagian IV. Dan saya masih menunggu kelanjutannya yang belum terbit.
      Kalau boleh request kapan ya bisa ditulis tentang fibonacci retractment.

      salam

      ReplyDelete
    17. Mas tom_mok,

      Request saya terima. Mohon bersabar ya. Akhir-akhir ini virus "malas menulis" sedang menyerang.

      ReplyDelete
    18. Mas Iyan....

      Makasih atas pelajarannya di Blog sampeyan... setelah ketemu blog ini, rasanya jadi kurang semangat mbukak blog lain, karena udah gamblang banget njelasinnya....

      Mau nyobain baca urut, tapi tergoda mbaca pos ini ampe tamat.
      Ada sedikit pertanyaan mas Iyan :

      - Apakah dalam membuat plan ini, dibuat untuk masing2 saham yng kita miliki, karena saya lgsg praktek seperti itu. Kalo salah mohon dikoreksi

      - Pertanyaan kedua, mungkin kurang nyambung dengan topik ini, tapi lebih tepat ke topik target main saham. Bisa lebih dijelaskan cara mas Iyan membuat 'akuntansi' rugi-labanya, shg ketemu angka2 di pos tersebut. parameter apa saja yang dipake (misal modal awal, trs parameter apa lagi kah?.

      Sementara itu dulu mas Iyan, matur nuwun

      ReplyDelete
      Replies
      1. Dear kireina,

        1. Trading plan boleh saja SAMA untuk setiap saham. Trading Plan di atas adalah CONTOH menerapkan Trail Stop dalam Trading Plan.

        2. Tentang "akutansi" rugi-laba, rasa2nya terlalu panjang kalau dibahas di sini. Suatu saat saya akan menulis pos tersendiri.

        Tapi intinya, saya MEMISAHKAN tersendiri akun bank untuk trading. Jadi, pada akhir tahun saya hanya tinggal melihat posisi awal tahun versus posisi akhir tahun di akun tersebut.

        Kalau awal tahun di akun ada 100juta, di akhir tahun ada 110juta, berarti profit saya di tahun itu 10%.

        Semoga cukup jelas.

        Delete
      2. oh... oke, sementara cukup jelas.

        Ditunggu kuliah tentang akuntansinya mas Iyan :).

        Delete
    19. mau tanya pak, 50 lot sdh terjual di 880, plan 2: jual di 970 harga sekarang 880 (50 lot) cut loss 800, seandainya sampai ke 970 kan 50 lot terjual otomatis? tidak sempat setting plan 3?
      mohon penjelasan

      ReplyDelete
      Replies
      1. Mas Bambang,

        Tolong dibaca ulang pos Bagian 3.

        Dibacanya PERLAHAN-LAHAN dan TELITI. Baca blog Terus Belajar Saham harus perlahan-lahan, jangan disamakan dengan blog-blog lain.

        Kalau setelah anda baca ulang berkali-kali, masih saja anda tidak mengerti, silahkan tanyakan lagi.

        Delete
    20. Terimakasih Mas Iyan atas transferan ilmunya, sya benar2 awam tentang trading ini.
      Klo boleh minta saran da bertanya :

      1. Dikisaran berapa sya harus menanamkan modal sebagai pemula?

      2. Berapa slot yg sya harus beli dg modal awal tersebut?

      Terimakasih sebelumnya atas jawaban yang diberikan. Sya berusaha memahami post demi post yg Mas Iyan jabarkan di atas.
      Salam,
      Adam.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Dear Adam,

        1. Silahkan baca pos "Berapa Sebaiknya Modal Awal Main Saham?"

        http://terusbelajarsaham.blogspot.co.id/2011/05/berapa-sebaiknya-modal-awal-main-saham.html

        Sedapat mungkin, mulailah dengan modal SEKECIL MUNGKIN (karena kemungkinan besar anda akan RUGI selama beberapa tahun pertama main saham.)

        2. Saat baru mulai belajar main saham, sebaiknya punya TIDAK LEBIH dari 5 saham. Lebih baik lagi kalau mulai dengan 1 saham saja. (Sebelum saham tersebut dijual, TIDAK BOLEH beli saham yang lain.)

        Delete
    21. Mantap bung Iyan.
      Penjelasannya mudah dipahami untuk anak seumuran saya.
      Terimakasih.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Kalau boleh tahu, anda umurnya berapa?

        Delete
      2. Gak terlalu kecil sih, bulan kemarin 16 tahun.
        Saya suka penjelasan bung Iyan yg diselingi humor, bikin gak bosen baca.
        Terimakasih bung Iyan, semoga sehat selalu.

        Delete
      3. Wow hebat, baru 16 tahun tapi sudah tertarik belajar saham.

        Tetap semangat ya, Ilham.

        Delete
    22. Siip bang iyan
      Saya suka dengan cara penjelasannya,, sangat detail,,, walaupun saya pemula alhamdulillah sudah dapat gambaran dr penjelasan bang iyan, step demi step.x sangat rinci dan tidak dibuat pusing,,, sangat bermanfaat,

      ReplyDelete
    23. ketika saham yang sudah kita jual setengah harganya naik lagi pertanyaannya kalau mau averaging up atau nambah posisi apakah dianjurkan untuk pemula?
      pak iyan sering ga melakukan averaging up???
      mohon pencerahannya... :)

      ReplyDelete
      Replies
      1. Averaging Up boleh dilakukan walaupun masih pemula.

        Masalahnya, saya belum tahu cara tepat memberi contoh (untuk pemula) cara Averaging Up yang benar.

        Kalau anda sudah mengerti konsep BOX THEORY (Support/Resistance) Nicholas Darvas, anda boleh coba Average Up (beli lagi saham yang anda sudah punya)ketika harga saham masuk ke Box baru.

        Delete
    24. Apakah batas waktu 20 hari, datangnya dari 4 minggu x 5 hari kerja dalam 1 bulan? Apakah ada hubungannya dengan style trading bapak yang swing trading? Untuk penentuan batas waktu, apakah yang menjadi patokan bapak? Bagaimana dengan trader dengan style trend following? Bagaimana menentukan batas waktunya? Terima Kasih.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Batas 20 hari adalah CONTOH. Jangan terpaku pada angka ini; yang penting adalah KONSEPnya.

        Kalau anda sudah berpengalaman, silahkan tentukan sendiri batas waktu yang cocok untuk anda.

        Delete
    25. Berarti dalam trade plan ini risk:reward Bung Iyan adalah 1:1, bagaimana jika saya menerapkan risk:reward yang lebih tinggi misalkan 1:2 atau 1:3?

      ReplyDelete
      Replies
      1. Silahkan menerapkan risk-to-reward ratio sesuai selera anda.

        Yang saya paparkan di atas adalah CONTOH. Yang penting adalah anda mengerti KONSEPnya.

        Delete
    26. Halo, Pak Iyan.

      Wahh... Pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal I - IV" ini membuat saya merasa berada di langit ketujuh. CUAN BESAR berada di dalam pikiran dan perasaan saya yang "menjamin" saya berjalan dengan dada membusung. Hehehe... Tapi, terima kasih, Pak Iyan, apa yang Pak Iyan sampaikan bahwa apa yang ditulis dalam pos hanya contoh atau perumpamaan. Dunia nyata tidak seindah perumpamaan. Terima kasih, Pak Iyan.

      Saya mau bertanya, Pak Iyan, terkait dengan Pos ini.
      1. Pak Iyan menulis kata "jenderal" dalam Bagian I dan II dengan kalimat "Total jenderal tidak ada untung." di Bagian I dan kalimat "Total jenderal Anda masih untung." di Bagian II. Hal tersebut maksudnya bagaimana, Pak Iyan?

      2. Berarti saham yang kita pegang bisa selama mungkin kita pegang dengan catatan pergerakan harga saham sesuai Trading Plan yang telah kita buat ya, Pak Iyan?

      3. Pos bagian IV ini ditulis sudah 7 tahun yang lalu, tapi rencana Pos "Kekurangan Trailing Stop" kok belum terbit, Pak Iyan? Hehehe...

      Demikian, Pak Iyan, terima kasih. Salam...

      Badung, 18 September 2020

      ReplyDelete
      Replies
      1. Menjawab pertanyaan anda:

        1. Mohon baca lagi pelan-pelan bagian-bagian tersebut.

        Di Bagian I: kalau anda beli WSKT di 800 sebanyak 100 lot dan anda jual di 880 50 lot dan di 720 50 lot, hasilnya adalah impas.

        Di Bagian II: kalau anda beli WSKT di 800 sebanyak 100 lot dan anda jual di 880 50 lot dan di 800 50 lot, hasilnya masih ada untung.

        2. Betul. Saham dijual HANYA kalau sudah turun di bawah harga yang sudah ditentukan.

        3. Setelah tulisan di blog ini di copy-paste penulis buku yang ngakunya "pakar saham," semangat saya untuk menulis menjadi kendor.

        Jadi, jika banyak pos-pos (sambungan) yang belum dipublikasikan, silahkan marahi si "pakar saham" yang menjiplak tulisan saya.

        Delete
      2. Oalah..., pantesan..., karena hal tersebut tho. Mohon maaf, Pak Iyan, pertanyaan saya mengungkit masa lalu yang tidak mengenakkan. Pun pertanyaan saya di Pos "Arti Istilah Trading Plan". Mohon maaf...

        Tetap semangat, Pak Iyan!!

        Oh iya, Pak Iyan, terkait dengan Poin 1. Maksud pertanyaan saya bukan terkait impas (di Bagian I) atau masih ada untung (di Bagian 2). Tapi saya belum paham ada kata - kata "jenderal" dalam 2 kalimat tersebut. Apakah kata "jenderal" itu maksudnya "secara umum"?

        Demikian, Pak Iyan. Terima kasih. Salam..

        Delete
      3. Oalah, yang anda tanya adalah kata "jenderal"nya toh.

        Total jenderal, setahu saya, artinya adalah "total keseluruhan."

        Delete
      4. Legaaaa..... :-D Terima kasih, Pak Iyan.

        Delete
    27. Halo, Pakdhe Iyan...

      Pakdhe, mohon bertanya (atau curhat ya?). Pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal" sangat memberikan saya pengalaman yang luar biasa. Pengalaman menerima kerugian karena Cut-Loss (relatif kecil, karena saya pemula) dan tentunya merasakan keuntungan maksimal (pun relatif tidak besar) karena Cut-Loss juga dengan konsep Trailing Stop. Terima kasih banyak, Pakdhe, atas posnya.

      Mohon izin, Pakdhe, saya ingin menceritakan salah satu Trading Plan yang saya buat untuk salah satu saham. Batas waktu yang saya tetapkan 20 hari. Pada hari ke 16, Target Harga Jual (saya tetapkan 5% di atas harga beli) tercapai dan saham saya pun terjual setengah. (Puji Tuhan...) Nah, pada hari ke 16 pun, menjelang penutupan, harga Close berada 2 fraksi di atas harga saya.

      Saya sebut tidak apa khan ya, Pakdhe? Saham PNLF. Harga beli 193. Titik Cut-Loss 183. Target Harga Jual (Trading Plan I) di 204. Hari ke 16, Target Harga Jual tercapai. Tapi harga Close di 195. Sesuai tulisan Pakdhe, ketika Target Harga Jual tercapai, ada baiknya merubah Trading Plan dengan konsep Trailing Stop.

      Nah, karena harga Close "cuma" di 195 (dua fraksi di atas harga beli), ketika titik Cut-Loss saya naikkan ke harga beli saya (193) untuk Trading Plan II, apakah tidak terlalu dekat dengan harga Close hari ke 16, Pakdhe? Kekhawatiran saya, Trading Plan II berakhir dengan cepat. Hehehehe...

      Akhirnya, saya menetapkan Trading Plan II dengan titik Cut-Loss dua fraksi di atas titik Cut-Loss pertama, yaitu di angka 185 dan Target Harga (juga dua fraksi di atas Target Harga Jual yang pertama), di angka 208. Bagaimana menurut Pakdhe atas Trading Plan II saya ini? Atau, Pakdhe Iyan ada saran lain untuk Trading Plan II?

      Demikian, Pakdhe Iyan. Terima kasih banyak sebelumnya. Salam...

      Badung, 3 November 2020

      ReplyDelete
      Replies
      1. Halo Taufan,

        Dalam kehidupan (termasuk main saham) kita sering menemukan nasehat yang bertolak-belakang:

        Harus Konsisten.

        Harus flexibel.

        Nah, kalau konsiten artinya tidak flexibel; kalau flexibel artinya tidak konsisten.

        Jadi harus konsisten (dengan Trading Plan) atau flexibel?

        Tidak ada jawaban yang 100% benar karena semua tergantung situasi dan kondisi.

        Tapi pada kondisi anda, anjuran saya adalah untuk KONSISTEN mengikuti Trading Plan dari awal.

        Mengapa?

        Anda baru (berusaha) menjalani 1 (satu) Trading Plan tapi sudah mau merubahnya. Dan niat merubah itu karena anda khawatir saham akan turun ke harga cut-loss.

        Itu alasan yang TIDAK TEPAT.

        Gunanya Trading Plan adalah membimbing anda untuk belajar KONSISTEN.

        Delete
      2. Hehehe... Dilema ya, Pakdhe, antara konsisten dan fleksibel.

        Baik, Pakdhe. Terima kasih atas sarannya... Salam...

        Delete
    28. Pagi pak iyan.. Wah senang sekali sy lihat pak iyan sdh mulai menulis lg, meskipun hanya sebatas menjawab pertanyaan, belum menulis artikel..

      Pak terkait trailing stop yg ingin sy tanyakan apakah konsep tsb jg bisa diterapkan pd sistem odt? Misal spt ini, saat ini sy lebih sering membeli saham sore utk dijual keesokan harinya dan tdk membawa posisi sd lewat hari. Sering kala nya saham yg sy beli (mostly gorengan) pd hari itu akan bergerak 'liar' turun naik sd minus namun sempat menyentuh high sd 5-10% bgmna caranya sy bs mendapat harga maksimal di hari itu namun bs ttp mengendalikan resiko ya pak? Salam hormat dr sy, yg sangat mengidamkan bs mjd full time trader spt bpk...

      ReplyDelete
      Replies
      1. Trailing Stop, menurut saya, bisa diterapkan pada bingkai waktu yang lebih cepat dari contoh saya di atas.

        Tapi, kalau anda pakai bingkai waktu sangat cepat (one day trading), anda harus bereaksi CEPAT menaikkan Trailing Stop dalam hitungan menit/detik.

        Secara teori, itu bisa dilaksanakan. Tapi pada prakteknya (karena bingkai waktu yang dipakai sangat cepat) sering anda tidak bisa/sempat menjual pada harga Trailing Stop yang anda tentukan (harga bergerak liar dan cepat dan kadang bid yang banyak bisa tiba-tiba hilang semua).

        Saya termasuk payah kalau trading cepat. Jadi saya bukanlah orang yang tepat untuk ditanya cara trading cepat.

        Delete
    29. Pak sy pernah baca di salah satu artikel bapak yg menyebutkan bahwa semua kejadian fundamental scr makro ataupun mikro ekonomi yg mempengaruhi saham pasti tercermin dan terbaca di analisa teknikal. Lebih jauh lg jika trader tsb peka maka akan bs menangkap gejala/tanda2 sebuah saham/ihsg akan jatuh dalam. Boleh minta penggambaran pak bgmn gejala yg bok rasakan saat market down pada awal covid maret 2020 dan saat market down krn bny newbie trading memakai margin pada jan 2021 dan bgmn cara menghindari/menyikapi kejadian tsb? Trmksh pak iyan..

      ReplyDelete
      Replies
      1. Pada bulan Februari 2020 saya merasa saham-saham yang naik dari November-December cenderung melemah.

        Pada waktu itu juga, banyak saham yang sudah Downtrend.

        Bagaimana caranya seorang pemula mengetahui kondisi sudah mulai Bearish?

        Sebaiknya konsentrasi pada saham yang anda miliki: selama saham masih naik, silahkan hold. Kalau saham sudah turun dan tidak naik dalam jangka waktu tertentu, sebaiknya jual.

        Saran saya untuk pemula: HINDARI memakai fasilitas margin. Kalau anda salah, anda bisa rugi jumbo.

        Delete
    30. Terimakasih sharing nya pak.. Pak, dr artikel bpk sering disebutkan utk membeli saham yg sdg uptrend, namun sy belum menemukan jawaban utk
      1. Bgmn cara mengetahui sebuah saham sdh terlalu tinggi harganya dan rawan berbalik arah (bukan koreksi sementara).. Krn bbrp kali sy terjebak dlm saham yg uptrend namun krn harga mungkin sdh terlalu tinggi shg lsg drop dan seketika dibuka lsg arb selama belasan hari shg tdk memungkinkan utk menjalankan trading plan utk cut loss. Dan saat dibuka minus yg ada sdh lebih dr 40%.
      2. Apa yg sebaiknya sy lakukan utk menyikapi hal tsb dimana jg pernah bpk sampaikan utk tidak melakukan average down
      Demikan trmksh jawaban dan tambahan ilmunya pak iyan..

      ReplyDelete
      Replies
      1. 1. Memang sulit menentukan apakah saham yang UPTREND masih layak dibeli atau sudah naik terlalu tinggi.

        Kadang kita pikir sudah terlalu tinggi dan kita tidak beli, nyatanya masih terus naik.

        Kadang kita pikir masih bisa naik lalu kita beli, nyatanya langsung turun.

        Apalagi saat ini dengan kondisi Auto Reject Bawah (ARB) hanya 7%, saham sering ARB berhari-hari. Mau cut-loss (rugi sedikit) punt tidak bisa. Baru bisa cut-loss ketika saham tidak ARB lagi, tapi ruginya sudah jumbo.

        Terus terang, saya pun tidak tahu solusinya. Akhir-akhir ini saya juga sering terkena saham yang uptrend belum dijual lalu ARB berhari-hari.

        Maka dari itu, saya selalu menganjurkan untuk jual SEBAGIAN saham kalau sudah untung. Kalau setelah jual masih naik lalu turun ARB berhari-hari, setidak-tidaknya jumlah saham sudah berkurang.

        2. Anjuran saya adalah untuk TIDAK melakukan average down.

        Tapi...saya kadang masih coba melakukan average down saham yang sudah turun banyak. Biasanya, setelah average down posisi rugi BERTAMBAH (bukan berkurang).

        Ini tidak berarti Average Down pasti merugikan.

        Kalau anda bisa melakukan Average Down pada saat yang tepat, bisa jadi posisi rugi anda akan berkurang. Tapi success-ratio untuk Average Down, berdasarkan pengalaman dan kemampuan saya, relatif kecil.

        Delete
    31. Selamat malam pak iyan, sy baru sadar kalau pertanyaan sy 2 bulan yll tepatnya tgl 21 april 2021 masuk ke dlm kurikulum komentar yg bpk favoritkan. Benar2 apresiasi tersendiri bagi sy yg masih perlu bny belajar ini. Trmksh pak iyan.

      Pak utk selanjutnya mohon pencerahannya, saat ini sy mempunyai metode pembelian utk ODT dgn tingkat winrate hampir selalu diatas 70%. Cukup tinggi menurut pandangan sy.
      Namun permasalahannya adlh :
      1. Dr metode ini yg sering memenuhi kriteria adlh saham2 gorengan yg relatif sangat fluktuatif. Bgmna sebaiknya sy menentukan trading plan utamanya terkait cut loss bila diterapkan di saham yg fluktuatif pada tempo ODT yg relatif singkat.
      2. Terkait dgn saham2 gorengan (sangat fluktuatif dan volume tdk terlalu besar) tsb bgmna sebaiknya sy mengatur money management yg tepat y pak. Krn dr artikel bpk pernah disebutkan bahwa sebaiknya kita membeli saham maksimal hanya 1/1000 dr rata2 volume harian saham tsb.

      Atas jawaban dr bpk sy sampaikan terimakasih

      ReplyDelete
      Replies
      1. Apakah yang anda maksud dengan ODT adalah One Day Trading?

        Saya termasuk payah untuk ODT, jadi jawaban saya untuk pertanyaan anda kemungkinan kurang optimal.

        1. Semakin cepat bingkai waktu (time frame) trading saham anda, seharusnya semakin cepat juga cut-loss nya.

        Artinya, kalau baru turun sedikit, sudah harus cut-loss.

        Tapi untuk saham gorengan yang sangat fluktuatif, terkadang setelah kita jual, eeh dia naik lagi.

        Kalau naik lagi, silahkan beli lagi dan anggap posisi baru.

        2. Saran saya untuk membeli saham 1/1000 dari rata-rata volume harian saham tersebut adalah untuk menghindari keadaan di mana anda membeli saham (relatif) banyak tapi tidak bisa/sulit dijual karena tidak ada bid-nya.

        Jadi, sebaiknya anda menghindari saham yang volume-nya (relatif) kecil.

        Delete

    Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.