Thursday, June 6, 2013

Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian II)

Pos ini adalah lanjutan dari pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian I)."

Sebelum kita berdiskusi tentang TRAILING STOP, mari kita menyegarkan ingatan mengenai dua hal penting tentang cut-loss (yang saya tulis di pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham"):

1. Titik/harga cut-loss harus ditentukan langsung pada saat anda membeli (membuka posisi awal). Jadi begitu anda memiliki saham, detik itu juga anda sudah harus tahu titik cut-loss saham tersebut. Jangan pakai alasan,"Nanti kalau sudah turun baru saya tentukan cut-loss di mana." Kalau saham sudah turun, pikiran anda sudah terkontaminasi pergerakan harga saham dan keputusan anda kemungkinan besar akan salah dan mengakibatkan kerugian jauh lebih besar.

2. Titik cut-loss tidak boleh dirubah ke arah yang berpotensi merugikan lebih besar; titik cut-loss hanya boleh dirubah ke arah yang potensi ruginya lebih kecil. Maksud saya begini: kalau anda membeli saham di harga Rp 1000 dan menetapkan cut-loss di 900, ketika saham turun ke harga 950, anda TIDAK BOLEH berubah pikiran dan menurunkan titik cut-loss ke 800. Tetapi anda boleh—kalau anda punya alasan kuat—untuk menaikkan titik cut loss, misalnya, ke 930. Jadi, titik cut-loss adalah jalan satu arah, hanya boleh dirubah ke arah yang potensi kerugiannya lebih kecil.


Nah, poin kedua di atas adalah konsep dasar dari TRAILING STOP.

Sekarang saatnya saya memberikan definisi TRAILING STOP:
Trailing Stop pada posisi long (membeli) adalah titik cut-loss yang dinaikkan dari titik cut-loss sebelumnya.

Mari saya jelaskan secara detil.

Kondisi terakhir:

Harga modal WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Keuntungan yang sudah direalisasi (Realized Profit): Rp 2 juta.


Menilik dari harga saham WSKT yang sudah naik dari harga modal, anda BOLEH menaikkan titik cut-loss ke titik yang potensi kerugiannya lebih kecil.

Pertanyaannya, naikin titik cut-loss ke harga berapa?

Saran saya: naikkan titik cut-loss pertama ke harga modal awal.

Karena anda membeli WSKT di harga 800, berarti titik cut-loss dinaikkan dari 720 ke 800.

Trading Plan sekarang:

Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Realized Profit: Rp 2 juta.

Kalau anda berpegang teguh pada Trading Plan ini, posisi anda sudah pasti untung, tidak akan rugi.

Masa iya sih?

Mari kita hitung: kalau-kalau WSKT turun ke 800 dan anda cut-loss sisa saham, berarti anda jual 50 lot WSKT di harga modal. Hasilnya: impas.  (Untuk mempermudah diskusi, saya tidak mempertimbangkan fee broker. Kalau fee broker diperhitungkan, anda rugi fee broker.)

Tapi anda sudah mendapat keuntungan Rp 2 juta dari penjualan pertama, jadi total jenderal anda masih untung Rp 2 juta.

Pada kondisi ini, anda sudah berada di atas angin. Kalau sudah (hampir) tidak mungkin rugi, tiba saatnya anda berusaha memaksimalkan keuntungan.


Cara Memaksimalkan Keuntungan Dengan Trailing Stop

Mari kita lihat lagi Trading Plan anda:

Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Realized Profit: Rp 2 juta.

Apakah Trading Plan ini sudah lengkap? Hayo, coba anda pikir-pikir apa yang kurang? Saya tunggu 30 detik; jangan ngintip ke bawah ya.

Waktu 30 detik sudah lewat, anda sudah tahu apa yang kurang?

Yang kurang: batas waktu alias deadline. 

Nah, bagaimana menentukan batas waktu ini?

Ketika anda beli WSKT, anda sudah menentukan batas waktu 20 hari. Anda menjual setengah pada hari ke-limabelas. Pada hari itu anda menentukan titik cut-loss baru. Apakah ini berarti batas waktu anda untuk menjual sisa saham adalah lima hari lagi?

Bukan begitu.

Pada saat anda menjual setengah saham anda dan menaikkan titik cut-loss dari 720 ke 800, anda harus menganggap ini sebagai posisi baru. Batas-waktu yang sebelumnya sudah tidak berlaku dan anda harus memulai batas-waktu yang baru. Artinya, batas-waktu mulai lagi dari awal.

Trading Plan sekarang:

Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.

Nah, Trading Plan anda sudah lengkap.

Belum lengkap, Bung Iyan, protes anda sambil senyum-senyum. Saya kasih waktu 30 detik untuk Bung Iyan pikir-pikir apa yang masih kurang.

Apa ya yang kurang? saya berpikir sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Gantiin nih sang guru dikerjain si murid.

Karena saya perlu waktu untuk memikirkan apa yang masih kurang pada Trading Plan di atas, saya akan lanjutkan di pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian III)."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

8 comments:

  1. Pak Iyan, sy mw bertanya
    Td dari cerita di atas, saat bapak menjual setengah lot di 880, lalu bapak menaikan titik cutloss menjadi 800. Dan ternyata WSKT turun mencapai titik cutloss dan anda menjual setengah lot sisanya tsb.
    Pertanyaan saya, bagaimana kalau 800 itu merupakan titik bounce ? maksud saya bagaimana kalu ternyata setelah anda menjual stngh lot tsb, justru WSKT itu malah naik
    Coba bayangkan kalau kita tidak menaikan titik cutloss (di 720), mungkin kita bisa untung.
    Trims

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anda suka berandai-andai?

      OK mari kita berandai-andai. Bagaimana kalau saham turun terus sampai 720? Bukankah profit anda jadi NOL? Apakah anda memikirkan kemungkinan ini?

      Lagipula, dari mana anda tahu 800 adalah titik bounce?

      Kalau anda yakin 800 adalah titik bounce, jangankan jual. Mustinya anda beli lagi sebanyak mungkin.

      Lagian, kalau anda tahu pasti harga 800 adalah titik bounce, berarti anda adalah pemain kawakan. Anda tidak perlu mengikuti saran saya karena anda sudah tahu apa yang seharusnya anda lakukan.

      Kalau hobi berandai-andai, anda tidak akan pernah jual, apalagi cut-loss.

      Delete
  2. Bang Iyan, terima kasih sebelumnya. Blog ini terlihat sederhana tapi isinya berbobot, saya rasa buku-buku di gramedia tentang saham yg ditulis penulis lokal masih kalah jauh ama tulisannya bang Iyan.

    Btw, saya uda berhitung secara manual. Untuk teknik cutloss saya setuju. Tapi untuk teknik Trailing stop, yg misalkan saham naik kita jual dulu setengah dan jika naik lagi baru kita jual semuanya. Kl diitung2 sepertinya lbh menguntungkan dan lbh aman jika saham naik 5% kita jual smuanya. lalu dgn cash yg kita punya lgsung beli lg dan jika naik 5% jual lg semuanya. Prinsip bunga berbunga. Jika kita jadi investor misalnya menunggu profit 30% dulu baru jual, tampaknya masih lbh menguntungkan sistem 5% ini kita ulangi hingga 6x yg mana hasilnya 30% jg tp karena bunga berbunga lbh menguntungkan cara ini. Yah, selama market memang dalam kondisi bullish..

    Lalu Bang tolong nanti dibahas cara menentukan saham ini momentumnya uptrend atau tidak. Memang secara psikologis jauh lbh menyenangkan membeli saham yg sedang didiskon murah-murahnya daripada membeli yg trendnya sedang naik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bobby, pertama-tama terima kasih juga untuk pujian anda.

      Saya mengerti keberatan anda tentang teknik TRAILING STOP. Saya yakin anda akan lebih mengerti kalau tulisan tersebut sudah tuntas. Tapi mari kita bahas pendapat anda berdasarkan tulisan yang ada sampai saat ini.

      Saya kurang mengerti maksud anda "naik 5% kita jual semua lalu dengan cash langsung beli lagi."

      Beli lagi di harga berapa?

      Anda berasumsi harga saham turun? Bagaimana kalau saham TIDAK turun? Ataupun, kalau turun, bagaimana kalau anda tidak sempat mendapatkan saham di harga yang anda mau?

      Secara teori, profit 30% sekali atau profit 5% enam kali, memang profit 5% enam kali lebih feasible. Tapi dalam enam kali trading, belum tentu anda selalu profit. Bisa jadi ada yang rugi. Ini yang harus anda perhitungkan.

      Trailing Stop memang tidak cocok untuk semua situasi. Trailing stop cocoknya dilakukan pada saham yang UPTREND. Bukan saham SIDEWAY.

      Kalau saham SIDEWAY, lebih cocok cara yang Bobby kemukakan yaitu kita beli di range bawah dan jual di range atas. Dengan begini kita bisa untung 5% berkali-kali.

      Mengenai saham UPTREND, saya akan bahas di kelanjutan pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless." [Saat ini belum saya lanjutkan.]

      http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/06/arti-istilah-saham-trending-trendless.html

      Delete
  3. Terima kasih Bang Iyan atas blog-nya yang sangat membantu.

    Saya ada sedikit pertanyaan, mengenai batas waktu, ini maksudnya, berapapun harga saham itu ketika batas waktu sudah tercapai kita harus jual? Apakah penerapan batas waktu ini sedisiplin penerapan cut loss?

    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Khusus untuk CUT-LOSS, kalau batas waktu sudah sampai, saham harus dijual.

      Tapi untuk TRAILING STOP, fungsi batas waktu berbeda dengan cut-loss. Akan saya jelaskan di pos berikutnya.

      Tentang batas waktu CUT-LOSS, silahkan baca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli," terutama yang Bagian III, IV, dan V.

      http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/08/cara-main-saham-pemula-setelah-beli.html

      Delete
  4. ikutan Gan Iyan
    apakah cut lost bisa kita naikkan lagi melebihi harga beli kita, biar keuntungan kita bisa bertambah lagi bila harga naik lag, trim atas infonya.

    ReplyDelete
  5. Bung Hendro,

    Menaikkan titik cut-loss melebihi harga beli adalah konsep Trailing Stop. Silahkan baca pos di atas dengan seksama sampai tamat.

    ReplyDelete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.