Saturday, November 18, 2017

Belajar Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental?

Di pos "Belajar Apa Dulu: Analisa Fundamental atau Analisa Teknikal?" saya menganjurkan anda untuk mempelajari "kulit" kedua analisa tersebut lalu menentukan sendiri mana yang lebih cocok dengan karakter dan kemauan anda.

Tapi misalkan anda sudah mencoba Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal tapi tetap masih bingung mau mendalami yang mana. Sebaiknya pilih yang mana: Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental?

Figure 1. Pilih Belajar Analisa Fundamental atau Teknikal?

Saran saya: pilih belajar mendalam Analisa Teknikal.

Mengapa?

Pertanyaan tersebut akan terjawab kalau anda tahu apa sebabnya saya sepenuhnya meninggalkan Analisa Fundamental dan beralih ke Analisa Teknikal.

Mari saya ceritakan.

---###$$$###---

Di halaman "About" tertulis bahwa saya mulai serius main saham pada tahun 1997 sebagai investor jangka menengah yang mementingkan Analisa Fundamental. Karena gagal total, saya beralih menjadi pedagang saham purna-waktu (full-time trader) sejak tahun 2003 dan lebih mementingkan Analisa Teknikal.

Perlu saya tekankan di sini bahwa—menurut saya—pada tahun 1997 kemampuan Analisa Fundamental saya sudah di atas rata-rata pemain saham pada umumnya. Artinya, saya sudah tahu cukup banyak tentang Analisa Fundamental. Tapi toh tetap saja saya rugi. Besar.

Saat itu saya menyimpulkan bahwa kerugian yang saya derita dari mencoba Analisa Fundamental (kemungkinan besar) BUKAN karena analisanya yang salah. Tapi karena faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi makro (tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter), karakter saya, dan lain-lain.

Karena bosan merugi terus, saya mulai mencoba Analisa Teknikal.

Nah, ketika saya mulai belajar Analisa Teknikal pada tahun 2000an awal, kemampuan Analisa Teknikal saya (relatif) sangat minim. Tapi anehnya kerugian saya saat itu justru jauh lebih kecil dibandingkan ketika saya main saham memakai Analisa Fundamental yang sudah saya dalami bertahun-tahun.

Tahu banyak Analisa Fundamental, rugi besar. Tahu sedikit Analisa Teknikal, rugi kecil.

Kalau anda adalah saya pada saat itu, anda pilih mana: terus memperdalam belajar Analisa Fundamental (dan terus rugi entah sampai kapan) atau mulai mendalami Analisa Teknikal (dengan harapan rugi kecil segera berubah menjadi untung)?

Itulah alasan pertama mengapa saya beralih dari Analisa Fundamental ke Analisa Teknikal.

Nah, dari pengalaman di atas saya menyimpulkan bahwa mendalami Analisa Teknikal (relatif) lebih menguntungkan daripada Analisa Fundamental.
 
Dan itulah alasannya mengapa saya menyarankan anda (yang bingung memilih antara Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal) untuk memilih Analisa Teknikal: Analisa Teknikal lebih cepat memberi hasil (untung) dibandingkan Analisa Fundamental.

Kalau anda masih ragu, saya tambahkan beberapa lagi keunggulan Analisa Teknikal:
  1. Analisa Teknikal lebih mudah dipelajari dibandingkan Analisa Fundamental.
  2. Analisa Teknikal bisa untuk trading jangka pendek, investasi jangka menengah, investasi jangka panjang sedangkan Analisa Fundamental hanya untuk investasi jangka panjang.
  3. Menggunakan Analisa Teknikal anda bisa memutuskan dalam hitungan menit untuk buy, sell, or hold suatu saham. Menggunakan Analisa Fundamental anda harus menghabiskan waktu berpuluh-puluh jam menelusuri laporan keuangan, rekomendasi broker, company report, dan lain-lain.

Masih banyak alasan lain mengapa Analisa Teknikal—menurut saya— lebih unggul daripada Analisa Fundamental. Silahkan lanjut baca ke pos "Keunggulan Analisa Teknikal vs. Analisa Fundamental." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]





Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

12 comments:

  1. Salam Mas Iyan,
    Saya mau bertanya.
    1. Menurut Mas Iyan seberapa penting risk to reward rasio dlm trading saham?
    2. Apakah Mas Iyan menerapkan risk to reward rasio dalam trading plannya?
    3. Jika memang penting dan mas Iyan menggunakannya, bgaimana cara terbaik menerapkannya, apakah menentukan risk dulu baru kemudian rewardnya, atau reward terlebih dahulu baru kemudian risknya?
    Pertanyaan ini saya ajukan krna berdasarkan pengalaman saya yg baru seupil ini, konsisten mnggunakan cutloss memang sangat berperan penting dalam menjaga modal, namun trnyata itu tidak cukup untuk untung konsisten. Sekali lagi ini pngalaman saya yg seupil. Hehe..
    Sblmnya sya ucapkan trmkasih, salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Risk-to-reward Ratio SANGAT penting dalam bermain (trading ataupun investasi) saham.

      2. Tentu saja.

      3. Risk-to-reward Ratio tidak ada yang absolut, semua hanya MENEBAK. Artinya: hanya karena anda MENEBAK Reward adalah 3 kali Risk, tidak berarti TEBAKAN anda pasti benar.

      Cara yang benar menerapkan Risk-to-reward Ratio adalah dengan MENEBAK RISK-nya dulu. Selama menurut anda Risk-nya LEBIH KECIL dari Reward, silahkan laksanakan.

      Sekali lagi saya ingatkan: TIDAK ADA YANG TAHU Reward yang terjadi di masa datang.

      Motto saya: Control the risk. Let the reward rewards you.

      Delete
  2. Dear mas Iyan,
    Menurut mas Iyan, saham yg secara teknikal memberikan sinyal beli, yg bagaimana? Untuk trading jangka pendek.
    -Apa saham yg sdh 2 hari berturut2 naik, baru kita masuk
    -Apa saham2 yg trendnya naik terus, kadang sesekali koreksi, seperti BBCA, BBNI, dll
    -Apa saham yg turun terus, kemudian sideways, naik selama 2 hari, baru kita beli.
    Atas pencerahannya terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sinyal Beli adalah bagian dari Trading Plan anda.

      Saya hanya tertarik beli saham yang UPTREND.

      Mohon maaf saya tidak bisa berbagi detil "rahasia dapur" Sinyal Beli saya.

      Delete
  3. Pak Iyan yang baik,
    Terima kasih atas ilmunya selama ini..

    Pak Iyan sudah pernah memposting belajar analisa teknikal untuk pemula..
    (sepertinya belum tamat tulisannya pak.. :) )

    Tetapi jika kemudian ingin mendalami indikator-indikator analisa teknikal, menurut pak Iyan apakah sebaiknya:

    a. Mencoba setiap indikator yang ada sampai menemukan yang cocok dengan style-nya, ataukah

    b. Menentukan sejak awal indikator yang dipakai dan "stick with it"??

    Terima Kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pertanyaan anda sangat baik. Masalahnya, tidak ada jawaban yang 100% tepat.

      Saya coba dulu menjawab pertanyaan anda:

      a. Kalau anda mencoba SEMUA indikator (dan indikator ini ada ratusan jenis, belum lagi kalau parameternya dirubah-rubah), kemungkinan anda keburu bangkrut (atau bosan, atau bahkan...mati) sebelum menemukan yang cocok.

      Kalaupun anda sudah menemukan yang cocok, bagaimana kalau-kalau ada indikator lain yang LEBIH COCOK?

      Mencari sesuatu yang sempuran tidak akan ada ujungnya. Berarti hal ini seharusnya dihindari.

      b. Sebagai pemula yang pengetahuannya pas-pasan, memilih SATU indikator dan "stick with it" juga bukan hal yang benar.

      Pemula kan belum tahu banyak tentang karakteristik masing-masing indikator. Kalau menghabiskan banyak waktu untuk 1 indikator yang kurang bagus, berarti banyak waktu terbuang percuma.


      Lalu bagaimana solusi yang lebih baik?

      Saran saya:

      Pada awal anda belajar Analisa Teknikal, sebaiknya anda MENCOBA beberapa macam (tidak usah SEMUA) indikator untuk mencari indikator yang (sepertinya) cocok untuk anda.

      Nah, setelah mendapatkan indikator yang (sepertinya) cocok, anda seharusnya "stick with it" sampai indikator tersebut "not work" (tidak menghasilkan).

      Artinya, selama indikator dan Trading Plan anda memberikan untung, lanjutkan. Kalau indikator dan Trading Plan anda tidak memberikan untung atau merugi, modifikasi atau cari yang lain.

      Delete
  4. Nimbrung Mas Iyan. Apa ukuran yang tepat untuk memutuskan bahwa indikator yang kita pakai tersebut sudah tidak mwnguntungkan? Trmkasih Mas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak menguntungkan artinya anda berusaha memakai indikator tersebut tapi TIDAK UNTUNG (alias rugi).

      Kalau anda memakai suatu indikator dan hasilnya rugi terus-menerus, ada 2 kemungkinan penyebabnya:

      1. Style anda TIDAK COCOK dengan indikator tersebut.

      2. Anda SALAH menginterpretasikan indikator tersebut.

      Delete
  5. Izin tanya pak. untuk investasi jangka panjang, dalam menggunakan analisa teknikal, time frame apakah yang harus digunakan? Apakah monthly, weekly atau daily? Kemudian settingan moving average apakah yang lebih tepat digunakan? Terima Kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk jangka panjang, bisa menggunakan time-frame Weekly.

      Setting Moving Average standar adalah 50 dan 100. Tetapi sebaiknya anda berkeksperimen sendiri.

      Delete
  6. Izin tanya lagi pak, apakah ada referensi dari bapak untuk blogger dalam negeri yang sekaligus praktisi yang menurut bapak bagus dalam analisa fundamental yang dapat bapak referensikan? Terima Kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya tidak mengikuti blogger dan praktisi saham dalam negeri. Jadi, saya tidak tahu. Maaf.

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.