Saturday, November 12, 2016

Jangan Langsung Percaya Prediksi Analis/Ahli/Pakar Saham

Selama masa kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016, (hampir) semua ahli, pakar, pengamat politik dan juga (hampir) semua survey, poll, jajak pendapat memprediksi Hillary Clinton akan menjadi presiden Amerika Serikat, mengalahkan Donald Trump.

Tidak ketinggalan, Warren Buffet—investor yang didewakan banyak investor saham—juga dengan lantang memihak Hillary Clinton.

Datanglah hari pemilu 08 November 2016. Hasilnya?

Donald Trump menang.

Semua ahli, pakar, pengamat politik SALAH.

Kok bisa?

Bukan itu saja.

(Hampir) Semua ahli, pakar, pengamat, analis saham Amerika Serikat memprediksi bahwa bursa saham Amerika Serikat akan ambruk jika Donald Trump terpilih menjadi presiden.

Nyatanya?

Dow Jones Industrial Average malah naik 1.5% pada tanggal 09 November 2016.

[Pada tanggal 09 November 2016 bursa-bursa Asia—yang lebih dulu buka sebelum bursa Eropa dan Amerika—ambruk duluan. Bursa-bursa Eropa juga ambruk paginya tapi berbalik naik SETELAH melihat bursa Amerika tidak ambruk.]

Lagi-lagi (hampir) semua ahli, pakar, pengamat, analis saham SALAH.

Kok bisa?

Mengapa bisa terjadi semua orang-orang yang (katanya) ahli, pakar tapi SALAH telak?

 Tentu saja bisa.

Seahli apapun seseorang dalam menganalisa dan memprediksi, harus anda camkan bahwa yang namanya prediksi ujung-ujungnya adalah NEBAK.

Kok nebak?

Karena tidak ada seorangpun tahu dengan pasti apa yang akan terjadi di masa depan.

Lalu, apakah salah menganalisa, memprediksi, menebak suatu hal akan terjadi?

Tidak salah kok..

Menebak sih sah-sah saja. Tapi...

Salah kalau si penebak mengutarakan seakan-akan tebakannya adalah fakta yang pasti akan terjadi.

Yang lebih salah lagi adalah kalau anda LANGSUNG percaya pada prediksi mereka.

Mengapa?

Kembali lagi: semua analisa, prediksi, forecast, ramalan, prakiraan ujung-ujungnya adalah NEBAK. Walaupun si penebak adalah ahli atau pakar yang sudah menggeluti profesinya selama puluhan tahun, yang namanya NEBAK berarti bisa (sering) salah.

[Silahkan baca juga pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?"]

Jadi, kalau anda tanpa cek dan ricek LANGSUNG percaya pada omongan/tulisan/pendapat/opini/pandangan/prediksi atapun survey/poll/jajak pendapat, dan hasilnya anda dirugikan, jangan salahkan orang lain. Yang salah adalah yang langsung percaya.

Apa artinya diskusi di atas untuk pemain saham?

Artinya: saat anda menganalisa saham, JANGAN menganggap bahwa analisa anda PASTI benar. Apalagi kalau anda baru beberapa tahun belajar menganalisa saham. Ingat: para ahli yang sudah puluhan tahun menganalisa saham pun masih akan sering salah. (Warren Buffet pun bisa salah. Apalagi anda dan saya.)

Artinya juga: kalau anda belum bisa menganalisa saham sendiri, silahkan mencari masukan, petunjuk, pedoman, bimbingan dengan membaca, mendengar, mempelajari perkataan/tulisan orang-orang yang sudah lebih berpengalaman. Tapi JANGAN LANGSUNG serta-merta percaya 100% pada prediksi mereka.

Cerna dan telaah sendiri apakah prediksi mereka masuk akal.

Cerna dan telaah sendiri apakah prediksi mereka memihak ("bias") atau tidak.

Cerna dan telaah dengan cermat apakah prediksi mereka mengandung maksud dan tujuan terselubung.

Cerna dan telaah juga bagaimana track-record (rekam jejak) prediksi mereka: lebih sering salah atau lebih sering benar.

Saya tutup pos ini dengan pesan moral berikut:

Just because all experts predict something will happen doesn't mean it will happen. - Iyan Terus Belajar Saham

Hanya karena semua pakar memprediksi suatu hal akan terjadi tidak berarti hal itu akan terjadi.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2016 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

12 comments:

  1. betul pak, sama wktu isu brexit lalu, semua bilang akan crash bahkan aad yg blg clear porto aja dulu...faktanya dari situ hmpir bursa di dunia malah rebound

    ReplyDelete
  2. Apakah ini alasan Pak iyan tak pernah nulis analisa sebuah saham di blog ini, tapi menulis bagaimana cara menganalisa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Sam Samijan,

      Inti pos di atas BUKAN alasan utama mengapa saya tidak pernah merekomendasi saham spesifik.

      Sering terjadi, orang merekomendasi saham spesifik karena ada maksud terselubung.

      Yang juga sering terjadi, rekomendasi saham yang diberikan tidak lengkap. Rekomendasi biasanya hanya menyatakan "beli saham INII" tanpa memberitahu di muka kapan harus jual, kapan harus cut-loss, kapan harus take-profit.

      Kalau perekomendasi tidak memberitahu kapan harus cut-loss, berarti ia menganggap rekomendasi-nya PASTI BENAR.

      Intinya: rekomendasi saham seharusnya memberikan TRADING PLAN yang LENGKAP. Jangan cuma bagian beli saja.

      Nah, salah satu alasan saya tidak merekomendasi saham spesifik adalah CARA saya main saham (trading plan saya) BELUM TENTU COCOK untuk orang lain.

      Delete
  3. Pak Iyan,

    saya hanya ingin tahu pandangan seorang FTT.

    apakah pak Iyan sebagai FTT juga ikut bergabung di forum2 saham, misalnya kayak Stockbit (paling ramai) sebagai salah satu media pembelajaran

    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya TIDAK pernah ikut di forum saham.

      Delete
    2. kalo boleh tau alasannya mengapa pak iyan tidak pernah ikut forum saham ?? .. terima kasih pak atas tulisannya... tulisannya sangat bagus dan mengedukasi semoga bapak sukses selalu .. amiin ..

      Delete
    3. Forum saham biasanya ramai pada saat jam (trading) bursa. Saat jam trading, prioritas saya adalah memantau pasar.

      Delete
  4. Salam Pak,
    Ulasan yang menarik. Dan saya sebagai retailer baru ikut merasakan efek beberapa hari terakhir ini.
    Tertarik dengan ulasan "analisa sendiri". Saya pernah mengalami 2 kasus salah analisa. Pertama, emiten travel. Disitu posisi saya cukup besar dari keseluruhan portofolio. Tak lama, ternyata emiten tersebut bermasalah dan turun hingga dasar sekali. Kerugian sudah pasti.
    Kedua, emiten saham newbie. Posisi saya waktu itu dengan harga rata-rata (masih) 300an. Berusaha untuk disiplin, taking profit di harga 400an. Awalnya, saat itu lega sekali. Tapi sekarang emiten tersebut masuk level 1900an.
    Dari kedua "kesalahan" tersebut saya setuju dengan ulasan Pak Iyan tentang analisa sendiri, jangan menganggap analisa kita benar. Tapi harus ada penyeimbang.
    Pertanyaan saya, di saat sekarang (tipe saya pribadi kurang begitu paham dengan rekomendasi para ahli baik secara teknikal/funda) saya melihat ini kesempatan untuk "memperbaiki" atau mungkin menguatkan portofolio. (Katanya) saat-saat seperti ini banyak saham menarik, dan saya ikut setuju. Setelah analisa ini itu, ada beberapa emiten yang menurut analisa saya menarik.
    1.apa yg harus dilakukan? Kalau analisa sendiri tidak pasti benar.
    2. Apa yg harus dilakukan bila emiten target kita tergolong emiten yang serba "kurang". Kurang likuid dan kurang populer. Alhasil, jarang ada ulasan atau bahasan para ahli. Karena banyak para ahli yang memberi rekomen pada emiten big caps, lq45, bank besar, properti besar, populer, dan berputar itu saja.
    3. Biasanya di platform sekuritas ada rekomendasi sendiri, biasanya emiten populer. Platform lain ada forum live yang justru rekomendasi pada saham-saham bank bangkrut, properti bermasalah, tambang bangkrut, dsb.
    Langkah apa yang tepat kalau kita jangan percaya analisa sendiri, menunggu untuk membuktikan analisa kita benar/salah atau bagaimana?

    Terimakasih. Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam juga Jerry Han.

      1. Kalau analisa sendiri salah, apa yang harus dilakukan?

      Biasanya, kalau salah berarti rugi. Artinya, kalau anda sudah beli suatu saham dan anda RUGI, berarti anda salah.

      Kalau salah, berarti harus CUT-LOSS.

      Kalau salahnya adalah terlalu cepat JUAL (setelah anda jual, saham masih terus naik), berarti anda harus pertimbangkan BELI lagi saham tersebut. Dan langsung tentukan titik CUT-LOSS.

      2. Sebaiknya hindari saham yang serba "kurang."

      3. Sekuritas kan maunya transaksi ramai. Apakah anda untung atau tidak, anda tetap harus bayar "fee" transaksi.

      Tentang bagaimana membuktikan apakah analisa sendiri benar atau tidak, kembali lagi ke jawaban nomor 1: kalau analisa anda salah, anda rugi. Berarti harus CUT-LOSS.

      Anda akan SERING SALAH. Kalau salah berarti HARUS CUT-LOSS.

      Itulah sebabnya HAL yang PALING SERING saya TEKANKAN adalah CUT-LOSS, CUT-LOSS, CUT-LOSS.

      Delete
  5. Salam kenal bung iyan. Sy slalu mengikuti blog anda. Pembelajaran saham yang sangat bermanfaat. Semoga mendatangkan keberkahan

    ReplyDelete
  6. Salam kenal bang Iyan,
    Saya senang belajar dari blog ini.
    Jika ingin belajar TA, tools(software) apa yang sebaiknya digunakan oleh pemula?

    Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pemula tidak perlu software khusus. Pakai saja Analisa Teknikal yang disediakan online-trading broker anda.

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.