Friday, April 18, 2014

Bijaksanakah Membeli/Menjual Saham Hanya Berdasarkan Bid/Offer?

Menjelang pemilihan caleg (atau calon bupati atau calon gubernur atau calon presiden atau calon-calon lainnya) anda mungkin melihat baliho-baliho pas foto raksasa caleg disertai pesan seperti ini: "Mohon doa restu. Coblos Akil Modar, nomor urut 4 dari PSK (Partai Suka Korupsi)."

Selain baliho, para calon juga menempel poster di tembok, pagar, tiang listrik.

"Pilih saya," kata poster yang satu, "Jujur menjalankan amanat rakyat."

"Anti-korupsi," kata poster yang lain tidak mau kalah gombal. "Pilihlah saya."

Pertanyaan saya: Ketika tiba saatnya anda untuk memilih, apakah anda memilih berdasarkan janji surga, slogan gombal, pepesan kosong di baliho atau poster si caleg?

"Tentu tidak," jawab anda. "Hanya orang bodoh saja yang percaya pada kata-kata bohong seperti itu."

"Kalau anda tidak memilih berdasarkan baliho dan poster," tanya saya, "bagaimana cara anda menentukan pilihan?"

"Saya memilih berdasarkan track-record dan prestasi masa lalu si calon," jawab anda. "Kalau ia seorang incumbent (petahana), saya akan lihat apakah ia merealisasikan janji-janjinya pada pemilu sebelumnya. Kalau ia belum pernah menjabat, saya akan coba melihat track-record dan prestasi di pekerjaan terdahulunya."

100% setuju.

Anda memilih TIDAK berdasarkan iklan, janji, slogan yang digembuskan si caleg. Anda memilih berdasarkan hasil nyata, berdasarkan fakta dan bukti.

Amat sangat bijaksana.

"Tapi," tanya anda, "apa hubungan pemilihan caleg dengan pos ini yang berjudul Bijaksanakah Membeli/Menjual Saham Berdasarkan Bid/Offer?"

Sudah saya tunggu-tunggu pertanyaan ini.

Hubungannya adalah:
Membeli saham hanya berdasarkan Bid/Offer sama saja dengan memilih caleg hanya berdasarkan baliho atau poster.

Hah?

Mari kita bahas.

Di pos "Istilah 'Bid' dan 'Offer' Ketika Bermain Saham" saya mendefinisikan Bid dan Offer sebagai berikut:

Figure 1. Tampilan Bid/Offer Inco 17 April 2014 di HOTS Daewoo Securities

Bid = penawaran beli, minat beli, antri beli.
Offer = penawaran jual, minat jual, antri jual.

Nah, yang namanya minat beli tidak berarti pasti dapat; yang namanya minat jual tidak berarti pasti laku.

Hanya karena anda berminat menjadi pacar Taylor Swift tidak berarti anda akan menjadi pacar Taylor Swift. Minat anda akan terlaksana hanya kalau Taylor Swift bersedia menjadi pacar anda. 

Dengan kata lain, Bid (minat beli) anda akan terlaksana hanya kalau ada pihak lain yang menjual saham ke anda pada harga Bid tersebut; Offer (minat jual) anda akan terlaksana hanya kalau ada pihak lain yang membeli saham dari anda pada harga Offer tersebut.

Masalahnya, sebelum minat beli dan/atau minat jual anda terlaksana, banyak hal yang bisa terjadi dan bisa anda lakukan.

Salah satu hal penting yang bisa anda lakukansebelum order Bid/Offer terlaksanaadalah membatalkan (withdraw) atau merubah (amend) Bid/Offer tersebut secara sepihak.

Agar lebih jelas, mari kita lihat ilustrasi berikut:

Misalkan harga WTON saat ini adalah 800 dan anda memasang Bid 100 lot di 750. Memasang Bid ini ibaratnya anda berkata pada pasar, "Kalau WTON turun ke 750, gue mau beli 100 lot."

Beberapa saat kemudian saat WTON turun ke 755, anda berkata dalam hati, "Harga 750 kayaknya masih terlalu mahal. Gue turunin aja deh ke 730."

Karena order Bid anda belum terlaksana, anda boleh saja mencabut Bid di 750 dan memasukkan order baru Bid di 730. Ini ibaratnya anda berkata pada pasar, "Kalau WTON turun ke 730, baru deh gue beli."

Saat WTON turun ke 735, anda bergumam, "Kok WTON turun terus ya. Turunin Bid ke 700 aja ah."

Dan hal ini bisa anda lakukan berulang-ulang di bursa. Dan hal ini sah-sah saja.

(Kalau anda berbelanja di pasar dan terus-menerus menurunkan harga penawaran anda, siap-siap saja dibacok si penjual.

"Kaos ini 10.000 boleh gak, bang?"

"11.000 deh."

"Kalau 9.000 boleh gak, bang?"

"Hah?! Tadi nawar 10.000. Kok malah turun 9.000? Boleh deh 10.000"

"Kalau 8.000 boleh gak, bang?"

"Elo mau belanja atau main-main sih? Kalau gak minat, enyah aja deh!")

 
Dari ilustrasi di atas, anda bisa melihat bahwa Bid dan Offer adalah ibarat pepesan kosong, ibarat omdo (omong doang) di bursa saham. Dan di bursa saham, omdo ini bisa saja dipakai pihak-pihak tertentu untuk mempengaruhi pasar.

Artinya, bisa saja pihak-pihak tertentu (bandar) menempel Bid untuk membuat kesan seakan-akan saham tersebut banyak yang mau beli. Atau sebaliknya, bisa juga si bandar menempel Offer untuk membuat kesan seakan-akan saham tersebut banyak yang mau jual. Untuk lebih jelas, silahkan baca pos "Dampak Perubahan Satuan Lot dan Fraksi Harga Saham (Bagian 3).

Pemula yang melihat Bid berjumlah puluhan ribu lot mungkin saja berkesimpulan, "Wah, saham ini banyak yang mau beli. Sebelum ketinggalan, lebih baik saya beli sekarang juga." Masalahnya, bisa saja setelah anda beli, si bandar mencabut Bid dan saham melorot. Saat itu anda hanya bisa gigit jari menyadari sudah digombalin bandar.

Kebalikannya: pemula yang melihat Offer berjumlah puluhan ribu lot mungkin saja berkesimpulan, "Wah, saham ini banyak yang mau jual. Daripada saham saya tidak laku-laku, lebih baik saya jual sekarang juga." Masalahnya, bisa saja setelah anda jual, saham malah meroket.

Nah, sekarang anda sudah tahu bahwa Bid dan Offer bisa jadi hanyalah pepesan kosong. Pertanyaannya: Bagaimana cara yang benar menyikapi pepesan kosong ini?

Cara yang benar adalah untuk TIDAK membeli ataupun menjual saham hanya berdasarkan Bid dan Offer.

Anda memilih caleg tidak berdasarkan janji-janji surga di baliho dan poster. Anda seharusnya juga tidak membeli saham hanya berdasarkan Bid dan Offer.

"Tapi, bung Iyan," kata anda masih kurang puas, "masa sih posisi Bid/Offer tidak ada gunanya sama sekali untuk memilih saham?"

Oke, sebenarnya ada cara membaca Bid/Offer untuk menentukan apakah saham layak dibeli. Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Membeli Saham Berdasarkan Bid/Offer." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.] 






Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2014 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

47 comments:

  1. terima kasih blognya pak Iyan, berguna sekali buat pemula spt saya. bagaimana cara membedakan bid/offer beneran atau bukan? di gambar itu kan ada yang offer di 3595 sebanyak 276, padahal ada yang offer 3555-3580 lebih banyak, apakah bisa laku dijual di harga tinggi, kalau logikanya kan orang mau beli di harga yang lebih murah. hehe maaf pertanyaannya nubie :-) terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah, kan pos di atas baru saja menasehati untuk TIDAK jual/beli saham hanya berdasarkan Bid/Offer.

      Kalau saham lagi uptrend, mungkin saja laku walaupun menjual di 3595. Kalau saham lagi downtrend, menjual di 3555 aja belum tentu laku.

      Belum tahu arti istilah Uptrend atau Downtrend? Silahkan baca pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway."

      http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/07/definisi-uptrend-downtrend-sideway.html

      Delete
    2. jadi tergantung trend ya, terima kasih pak Iyan, belum buat trading ini, masih belajar dulu.

      Delete
    3. Betul, tergantung trend.

      Anda beli saham karena trend-nya (anda perkirakan) naik; anda jual karena trend-nya (anda perkirakan) turun. Bid/Offer janganlah dijadikan patokan utama.

      Delete
  2. Sore Bung Iyan....
    Bagaimana dengan pembelian saham berdasarkan transaksi asing,apakah bisa dijadikan acuan. Misal asing banyak beli di suatu saham terus kita juga ikut beli saham tersebut. Mohon bimbingannya dari sudut pandang Bung Iyan, terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisakah memakai transaksi broker asing sebagai acuan untuk membeli saham?

      Pada waktu saya masih pemain saham "hijau", saya sering ikut beli saham yang dibeli broker asing. Kadang untung, tapi lebih sering rugi.

      Mengapa? Ada banyak sebab, tapi akan saya paparkan 2:

      1. Bisa saja transaksi broker asing tersebut sebenarnya bukan transaksi asing tapi ASENG (ini istilah yang dipakai untuk menyebut pemain lokal yang menyamar sebagai asing).

      2. Kalaupun benar transaksi asing, anda tidak tahu tujuan mereka. Apakah investasi jangka panjang? Trading jangka pendek?


      Jadi saran saya, tidak perlu melihat siapa yang membeli dan menjual. Kalau banyak pihak (asing, aseng, lokal, dll) yang beli dan saham uptrend, beli. Kalau banyak pihak (asing, aseng, lokal, dll) yang jual dan saham downtrend, jual.

      Delete
  3. mantap pa Iyan tulisannya sangat mencerahkan buat saya yang baru masuk dunia saham. Ditunggu pa Iyan tulisan selanjutnya, sehat selalu buat pa Iyan..

    ReplyDelete
  4. Sangat bermanfaat sekali...saya baru buka rekening efek..mohon ijin tuk belajar disini...makasih sharing nya pak Iya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bung Yanto,

      Selamat belajar main saham. Terima kasih sudah meninggalkan komentar.

      Delete
  5. pak iyan aq br mask 2 bln.bulan pertama aq untung sekitar 7.5% bln kedua aq rugi 1.5% krn pemilu kmrn semuanya ga sesuai prediksi saya krn saham anjlok ssdh pemilu.untuk bln ini aq sdh ada untung 2%.bagaimana menurut bapak karena saya msh br apakah aq msh bagus dgn semua itu.saya bermain untuk traiding

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baru mulai main saham dan bisa mendapat untung adalah hal yang baik. Apalagi kalau untung 7.5% dan rugi hanya 1.5% per bulan.

      Kalau anda baca pos "Target Laba Main Saham", target untuk Pemula adalah RUGI tidak lebih dari 20% pada tahun-tahun pertama.

      http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2010/09/target-laba-main-saham-bagian-i.html

      Saran saya: jangan besar kepala kalau sudah bisa untung. Pertahankan hasil yang bagus itu.

      Delete
  6. Apa kabar Pak Iyan?

    Blog nya terus up to date dan semakin sukses saja Pak Iyan ini trading saham.
    Kalau saya mandeg pak, begitu2 saja, beli saham yg kira2 bagus hold 1 bulan, 2 bulan hanya naik 3-6% (UNVR, ADMF) Beli yg sejak awal tahun uptrend begitu beli malah sideway terus turun (ADHI). Beli yang fundamental bagus harga murah ga naik-naik (MBSS, KIJA, BKSL). Kena juga kasus pepesan kosong (INAF). Kira2 apa yg salah dengan cara saya beli saham ya pa? Dan bagaimana memperbaikinya

    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari keluhan dan pertanyaan anda, saya merasa anda BERHARAP terlalu banyak dari saham. Saham naik 3-6% dalam 1-2 bulan tidak cukup? Boleh tanya: Berapa target keuntungan anda dari bermain saham?

      Saya juga merasa anda tidak FOKUS. Anda membeli saham uptrend (analisa teknikal) tapi hasilnya tidak seperti yang anda harapkan. Lalu anda membeli saham yang menurut anda murah dan berfundamental bagus (analis fundamental), tapi hasilnya juga buruk.

      Belajar apapun harus mulai dari dasar dan belajar satu-per-satu. Kalau mau belajar main musik, jangan serakah dan mencoba sekaligus belajar menyanyi, main gitar, main drum, main keyboard, tiup trompet. Pilih satu dan coba dalami. Jangan langsung mau semuanya. Apalagi mau langsung JAGO semuanya.

      Langkah pertama memperbaiki kesalahan anda adalah dengan menurunkan ekspektasi anda. Silahkan baca pos "Target Laba Main Saham."

      http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2010/09/target-laba-main-saham-bagian-i.html

      Delete
    2. wah pa jawabannya mengena sekali sampai nyesek hehehe. Poin-poinnya benar semua. Ralat sedikit pa bukan 3-6% dalam 1-2 bulan tapi dalam 2-4bulan belum termasuk yang 'nyangkut' , kalau yg 'nyangkut' direalisasikan sih rugi walaupun ga sampai 20%

      Pa Iyan platform online trading dari broker yg saya gunakan grafik chartnya simple hanya candlestick, volume, RSI, line MA nya juga tidak bisa diedit dari 20hr ke 30hr dst. Apakah ada aplikasi yg bisa saya pakai sehingga bisa lihat/gambar trendline, support line, resist line, dll?

      gambarnya: http://i58.tinypic.com/2j17bwz.jpg

      trima kasih

      Delete
    3. Melihat trendline, support line, dll adalah tergantung indikator Analisa Teknikal yang anda pakai. Sepertinya, charting yang disediakan perusahan broker anda sangat sederhana. Boleh tahu broker apa?

      Delete
    4. Boleh Pa, broker yg saya pakai Phintraco (AT). Saya kira line-line tsb hasil kita gambar/proyeksikan sendiri seperti kalau menggambar di aplikasi MS Paint / Photoshop tapi ini di aplikasi gambar teknikal.

      Apa solusinya hanya pindah ke broker lain yg chartingnya lebih advance?

      Saya belum mendalami indikator, hanya patokan kalau trend sudah balik arah dari turun menjadi naik sekian hari saya buy

      Delete
    5. Menarik garis trend (memang) tergantung tarikan/proyeksi anda sendiri. Tapi anda harus terlebih dulu tahu CARA BENAR menarik garis trend.

      Solusi utama adalah BELAJAR dulu cara analisa teknikal yang benar. Setelah itu, barulah pertimbangkan apakah fasilitas charting dari broker anda mencukupi atau tidak.

      Artinya, anda harus dalami, resapi, praktekkan satu-per-satu indikator yang anda pakai.

      Delete
  7. Pak iyan, saya trader daily dengan artian kalau bisa hari itu beli hari itu lepas, justru beberapa faktor yang saya jadikan acuan :
    1. Live trade by stock
    2. Chart Realtime
    3. Volume bid dan Offer

    Sepertinya sedikit bertolak belakang dengan acuan saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bung Ibnu,

      Sepertinya anda salah mengerti. Saya tidak bilang anda tidak perlu melihat volume Bid dan Offer. Yang saya bilang adalah "tidak bijaksana kalau membeli/menjual HANYA berdasarkan volume Bid/Offer.

      Mengapa? Karena volume Bid/Offer bisa saja hanya tempelan, bukan benar-benar niat mau membeli atau menjual.

      Nyatanya, anda sendiri melihat juga Live Trade by Stock (berarti melihat Trade Done) dan Chart Realtime.

      Pertanyaan saya: apakah anda membeli/menjual saham HANYA berdasarkan volume Bid/Offer?

      Delete
    2. Volume Bid / Offer biasanya saya pakai untuk melihat possibility harga saat memasang Offer,

      Sebagai contoh
      Saham CPGT Offer
      119 1000 Lot
      120 20.000 Lot
      121 500 Lot

      Saya dapat berasumsi untuk naik ke angka 121 akan memakan cukup lama, jadi saya biasanya memilih, antara ngantri di 120 atau di 119

      Delete
    3. Anda belum menjawab pertanyaan saya: Apakah anda membeli/menjual saham HANYA berdasarkan volume Bid/Offer?

      Delete
    4. Haha, enggak hanya sih, yang utama tetep Chart Realtime,

      Kalo boleh saran, kalau di analogikan, papan bid / offer kalau di hubungkan dengan pemilu lebih cocok

      Papan Bid / Offer, seperti hasil survey Lembaga Survey

      bisa saja memang mencerminkan keadaan sebenernya, bisa aja manipulasi.

      Delete
    5. Hehe, analogi anda juga bagus.

      Tapi ketika saya menulis pos di atas, yang terlintas di benak saya adalah janji-janji surga para caleg.

      Mungkin anda seorang caleg, jadi anda tidak suka analogi saya? :-)

      Delete
    6. Haha, Caleg modalnya ratusan juta, mending ratusan juta buat maen saham kalo saya.

      Keep posting pak iyan, saya sering mampir cuman selama ini silent reader :D

      Delete
    7. Terima kasih bung Ibnu sudah menjadi pembaca setia blog ini.

      Delete
  8. Dear bung Iyan...

    Bung Iyan saya mau tanya batas harga auto reject sebelah kiri (Bid) dan auto reject sebelah kanan (Offer) bagaimana cara menghitungnya ya??

    Penasaran karena banyak saham yang ketika uptrend tidak jarang menyentuh Bidnya ada - Offernya habis...

    Terima Kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear CoolBlog,

      Batas auto-reject atas dan bawah saat ini adalah sebagai berikut:

      Harga saham < 200 = 35%
      Harga saham 200 s/d 5000 = 25%
      Harga saham > 5000 = 20%

      Auto reject ini dihitung dari harga PRE-OPENING jika saham termasuk saham yang ditransaksikan di Pre-Opening. Kalau saham tidak ditransaksikan di Pre-Opening, auto reject dihitung dari harga Close hari sebelumnya.

      Delete
    2. Terima kasih bung Iyan atas jawabannya...

      Delete
  9. Pak Iyan
    setelah saya baca2 postingan bapak, sering anda bilang belilah saat trend naik, praktiknya ketika trend sedang naik jika kita bid di antrian harga kedua atau ketiga atau bahkan harga pertama tertinggi, kadang tidak bisa terbeli (ga kebagian) karena harga yg terus naik
    pertanyaan saya saat uptrend apakah tidak masalah kita langsung hajar kanan saja?
    trimakasih sebelumnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saran saya masih tetap sama: beli saat trend naik.

      Memang, kalau trend sedang naik kencang, antri beli kemungkinan gak kebagian. Kalau mau dapat, harus beli langsung di harga Offer (bahasa anda: hajar kanan).

      Masalahnya, harga saham kan naik-turun. Kalau anda hajar kanan pada saat yang salah, ada kemungkinana setelah itu harga berbalik. arah.

      "Hajar kanan" boleh-boleh saja SELAMA anda sudah siap CUT-LOSS kalau keputusan anda salah.

      Delete
    2. makasih pak Iyan
      nah itu dia kapan kita harus hajar kanan atau harus sabar mengantri? Apa ada teknik untuk menentukan harga terbaik? Apa hanya dengan trial - error and cut loss?
      thanks

      Delete
    3. Saya tidak tahu rumus umum kapan saat terbaik untuk "hajar kanan."

      Tapi kalau anda sudah sering memperhatikan Running Trade, "feeling" anda akan terbentuk. Tapi itupun akan sering salah.

      Jadi, yang penting anda harus belajar konsisten Cut-Loss kalau salah.

      Delete
  10. Selamat Sore Pak Iyan.

    Langsung saja. Bila Seorang Scalper, biasanya cenderung menggunakan analisis Bid/Offer, menurut pak iyan bagaimana? Apa pak Iyan pernah tahu, mengerti, dan menerapkan strategi bid/offer?

    Apa selalu Bid/Offer adalah gombalan? Dan Bid selalu tipuan cenderung naik? Karena saya punya rekan yang lebih pengalaman pengetahuan sahamnya dari saya, Ia menggunakan analisa bid/offer, masuk dan keluar disaat yang tepat, tidak jarang bila harga merah, ia bisa mendapatkan profit start dari harga merah, bahkan pernah sampai profit Full Candel dalam kondisi saham pernah merah di hari itu.

    Bila pak iyan pernah punya pengalaman menjadi scalper dengan Bid/Offer, mungkin bisa disharingkan.Saya ingin tahu pandangan Pak Iyan, Karena Ada yang hampir selalu analisa hanya Bid/Offer.

    Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pagi mas Yohan Hardy,

      Dalam konteks time-frame (bingkai waktu) trading, Scalper adalah trader jangka ultra pendek.

      Nah, menggunakan grafik time-frame 30-menit, 15 menit, 5-menit, atau bahkan 1-menit, masih terlalu LAMBAT untuk trading time-frame ultra pendek ini.

      Jadi harus bagaimana?

      Ya berarti harus melihat Bid/Offer dan Running Trade, karena Bid/Offer dan Running Trade adalah data time-frame paling pendek. PERHATIKAN bahwa SEMUA data di grafik time-frame apapun didapatkan dari Running Trade.

      Apakah menjadi Scalper adalah mutlak spekulasi atau cara kurang baik?

      Main saham DENGAN CARA APAPUN adalah spekulasi. Saya sendiri tidak permah malu dan takut mengaku sebagai spekulan.

      Apakah Scalping merupakan cara yang kurang baik?

      Selama bisa UNTUNG main saham (tanpa melanggar hukum), cara apapun yang anda lakukan adalah sah-sah saja.

      Apakah saya tahu cara Scalping?

      Iya, saya tahu.

      Scalper biasanya adalah mantan broker saham yang sudah bertahun-tahun melihat Running Trade. (Tebakan saya, rekan anda adalah juga mantan broker atau bahkan masih menjadi broker saham saat ini.)

      Apakah saya tahu teknik untuk Scalping?

      Saya tahu cukup banyak karena bertahun-tahun saya belajar dari kawan-kawan (broker atau mantan broker) yang jagoan Scalping.

      Apakah saya sering Scalping?

      Saya PERNAH mencoba Scalping dan memutuskan bahwa Scalping TIDAK COCOK untuk saya. Dan ini bukan karena saya meremehkan Scalping. Ini hanyalah PILIHAN.

      Menurut saya, Scalping TIDAK COCOK UNTUK PEMULA. Scalping ini adalah seperti balap motor GP yang hanya layak dilakukan pesepeda motor kawakan. Coba pikirkan, bila orang yang baru belajar bersepeda motor mencoba berlaga di Motor GP, apa yang kemungkinan besar terjadi?

      Delete
  11. Thanks Pak Iyan atas Pandangannya,

    Btw, benar tebakan Pak Iyan, rekan saya adalah broker aktif di salah satu sekuritas di kota saya.

    Saya setuju Pak Iyan, teknik scalping sangat belum bisa digunakan oleh pemula.

    Pak Iyan, bila bisa disharingkan, bisa Pak Iyan berikan pandangan mengapa Pak Iyan tidak cocok menggunakan teknik scalping? Karena dari cerita Pak Iyan, punya banyak pengalaman dengan strategi tersebut dari yang berpengalaman, saya pikir Pak Iyan punya modal knowledge yang tinggi.

    Setuju Pak Iyan, pemula disuru balap Motor GP mungkin bisa meregang nyawanya sendiri. Sama seperti di saham, akan kehabisan nyawa juga (modal)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya memutuskan TIDAK MAU scalping karena scalping TIDAK COCOK dengan karakter dan kemampuan saya.

      Scalper harus bisa bertindak SECEPAT KILAT saat membeli dan menjual. Sedangkan saya tipe orang yang SLOW.

      Scalper mengejar profit (relatif) kecil TAPI JUGA dalam WAKTU SANGAT SINGKAT di dalam market. Artinya, beli saham beberapa menit lalu jual. Dengan CEPAT MENUTUP POSISI berarti exposure terhadap pasar hanya sebentar, tidak ada posisi OVERNIGHT, berarti TIDAK ADA resiko terhadap berita nanti malam atau resiko terhadap pergerakan saham di US/Eropa.

      Sedangkan saya adalah SWING (TREND FOLLOWING) Trader. Saya mengharapkan profit yang (relatif) lebih besar dibanding Scalper. Tapi saya biasanya membawa posisi hari ini ke esok hari (OVERNIGHT) dan hari-hari berikutnya. Exposure ini ada resiko terhadap kejadian overnight.

      Apakah saya bisa mengajarkan teknik Scalping? Mungkin bisa.

      Tapi karena saya bukan Scalper, alangkah baiknya kalau anda BELAJAR LANGSUNG dari teman anda yang Scalper. Masalahnya, belum tentu si Scalper TAHU cara mengajar. Atau, kalaupun tahu, belum tentu ia mau mengajarkan kepada anda.

      Lalu, bagaimana cara belajarnya?

      Karena teman anda seorang broker, bukalah akun dengan dia. Lalu DUDUK bersama dia di ruang dealing room selama MINIMUM 1 BULAN. CATAT setiap transaksi yang ia lakukan, lalu setelah market tutup, liat historikal RUNNING TRADE untuk mencoba mencari alasan MENGAPA ia membeli.

      Kenapa harus duduk nongkrong bersama?

      Karena anda perlu tahu posisi BID/OFFER saat ia beraksi. Anda tentu tahu bahwa posisi BID/OFFER tidak ada data historikalnya. Jadi anda hanya bisa tahu posisi BID/OFFER secara REAL TIME.

      Kalau anda ikutin dan telaah terus langkah-langkah si Scalper handal, niscaya anda akan mendapat ide BAGAIMANA seorang Scalper melaksanakan aksinya.

      Delete
  12. Bro iyan,"cara membeli berdasarkan bid/offer" sudah siap atau belum?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bro switchgaszimbewithnothing,

      Belum siap.

      Kalau pengalaman main saham anda KURANG dari 5 tahun, belum saatnya belajar membeli berdasarkan bid/offer.

      Delete
  13. pak Iyan,
    mungkin maksud Bro switchgaszimbewithnothing janji post bapak tentang " cara membeli berdasarkan bid/offer" sudah siap tayang atau belum?
    saya juga nungguin udah setahun lebih post tersebut belum muncul2 juga nih.. hehe
    trims

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bro Erwin,

      Jawaban saya ke Bro switchgaszimbewithnothing adalah saya belum siap menayangkan pos "Cara Membeli Saham Berdasarkan Bid/Offer."

      Lagipula, untuk pemain saham yang berpengalaman KURANG dari 5 tahun, belum saatnya untuk trading berdasarkan Bid/Offer.

      Mengapa?

      Karena trading berdasarkan Bid/Offer adalah trading dengan bingkai-waktu (time-frame) ultra pendek. Pemain saham pemula/menengah sebaiknya tidak mencoba trading ultra-cepat.

      Delete
    2. Bro Iyan, saya baru mulai trading, apakah ada waktu tertentu (jam kerja) untuk melakukan transaksi buy atau sell (bid/offer) ataukah bisa 24 jam sehari?

      Delete
    3. Transaksi di bursa saham dilakukan pada jam kerja bursa.

      Delete
  14. Halo pak iyan..saya ada p'?x 2nd. Qta tau..jk 3 baris hrg d bid tebel bingits..pdhl freq d bawah 8..itu kmungkinx besar jebakx betmen. Gmn jk freq jg kecil d 3 baris 1st pd offer? Apa tuh artix ya? Saya s'diri msh bodoh & perlu bnyk b'ajar ttg dagang saham. Tx u..pak iyan:)

    ReplyDelete
  15. Saya tidak mengerti pertanyaan anda. Mohon diperjelas dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti khalayak umum.

    ReplyDelete
  16. Mau tanya pak iyan..
    Semisal harga offer terendah 1.000, lali harga bid tertinggi : 900, antrian 1= 850, antrian 2 = 800, semisal kita antri di 850, bagaimana kita tahu selanjutnya ada yg offer di harga 850, sehingga bid kita laku, pertanyaan kedua apakah offer yg berada di kisaraan harga bid = 900, 850, 800 tidak dimunculkan di table ? Trims

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anda bisa cek antrian order di Order Tracking.

      Untuk lebih jelasnya, silahkan tanya ke Customer Service platform online-trading anda.

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.