Sunday, November 15, 2020

Pilih Mana: Main Saham Untung atau Rugi Sedikit?

I believe in being a B++. I believe that the happiest and best position to occupy in life is somewhere comfortably above average, but not too exceptional. This means that you can be quite successful, if you want to be, without being too neurotic about it. The top is too exposed, too vulnerable.

Lucy Kellaway, Financial Times, Monday, 03 January 2005, page 4.

 

Terjemahannnya kira-kira begini:

Saya percaya (kelebihan) menjadi seorang B++. Saya percaya bahwa posisi paling baik dan bahagia dalam kehidupan adalah jauh di atas rata-rata, tapi tidak terlalu luar biasa. Ini berarti anda bisa cukup sukses, kalau anda mau, tapi tidak perlu terlalu berharap. Posisi paling atas terlalu terekspos, terlalu berbahaya.

 

---###$$$###--- 


Bagaimana dengan anda?

Apakah anda selalu bercita-cita, berambisi, menjadi yang terbaik, yang teratas, yang terhebat? Menjadi manusia A?

Atau anda puas kalau sudah berkecukupan? Cukup naik kelas, cukup naik jabatan, cukup makan? Menjadi manusia B++?

Nah, mayoritas pemain saham berambisi meraih nilai A.

Masa sih? tanya dalam hati hati.

Setiap pemain saham, termasuk pemula, berambisi untuk meraih untung (nilai A). (Hampir) Tidak ada yang berambisi untuk RUGI sedikit (nilai B).

Tapi faktanya berlawanan dengan ambisi: mayoritas pemain saham (pemula) rugi. Ada yang rugi kecil (nilai C), ada yang rugi besar (nilai D), ada yang rugi sangat besar (nilai F).

Kalau faktanya seperti itu, tidakkah sebaiknya ambisi untung itu direvisi turun menjadi tidak rugi?

Nah, seperti yang saya tulis di pos Target Laba Main Saham, target seorang pemula adalah untuk RUGI TIDAK TERLALU BANYAK. Untuk seorang pemula, rugi tidak terlalu banyak ini adalah nilai B++.

Kalau begitu anda pilih yang mana: berambisi untung tapi nyatanya rugi banyak, atau berambisi rugi sedikit dan nyatanya rugi sedikit?

 

 

Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2020 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

10 comments:

  1. Halo, Pakdhe Iyan.

    Pada awal bermain saham, tentunya semua ingin menjadi A. Tapi, seperti yang Pakdhe tulis, bahwa hasilnya rugi. Tapi seiring berjalannya waktu, membaca buku, membaca blog (salah satunya blog Pakdhe donk), dan lain sebagainya, saya yakin banyak yang memilih "berambisi" rugi sedikit walaupun ternyata (memang) rugi sedikit.

    Demikian, Pakdhe. Terima kasih. Salam...

    Badung, 18 November 2920

    ReplyDelete
  2. Salam kenal, Om Iyan.
    Saya merupakan koas gigi yang tertarik bermain saham karena bosan di rumah akibat imbas corona hehe

    Saya baru baru berani terjun di bursa 6 bulan lalu setelah membaca semua post om Iyan kala itu dan berkat postingan serta rekomendasi bacaan buku blog om Iyan sekarang porto bisa tumbuh 7%.

    Terimakasih atas tulisan2 di blog ini yang sangat bagus dan sangat mudah dipahami. Sangat menginspiratif dan sangat BERMANFAAT (Berkat wejangan om Iyan, cutloss menjadi holy grail saya dalam bermain saham.)

    Saya ingin bertanya dan maaf mungkin pertanyaan saya agak keluar dari topik blog ini.

    Saya adalah tipe swing trader yg kadang tergoda melakukan ODT maupun scalp jika menemukan saham dengan pola chart yg bagus.

    Permasalahan saya di sini mengenai average saham di portofolio saya.
    Misalnya untuk saham TINS saya pernah masuk di harga 700 an sebanyak 10% karena kemungkinan saat itu akan terbentuk pola reversal. Saat neckline breakout saya masuk di harga 805 sebanyak 80%. Kadang di situasi ini saham yg saya beli di harga 805 saya jual setengah atau semuanya jika saya lagi deg2an.
    Jika saya jual semua maka AVG di porto saya akan menjadi 805 padahal seharusnya AVG yang benar masih di harga 700an. (Di sini saya menjadi bingung dan kadang harus menghitung ulang jika sudah mencicil di 2 harga yang berbeda).

    Pertanyaan saya:
    1. Apakah memang baiknya memiliki 2 akun sekuritas untuk permasalahan ini? (1 untuk swing, 1 untuk ODT & Scalp)

    2. Apakah memiliki akun sekuritas lebih dari 1 memiliki manfaat?Jika iya apa saja manfaatnya?

    3. Kalau boleh tahu om Iyan memiliki berapa akun sekuritas?Jika lebih dari 1 apa tujuan om Iyan membuatnya dan sampai saat ini apakah terpakai semua?

    4. Kalau boleh tahu om Iyan kan pernah bilang setiap hari memantau bursa, rasa2nya om Iyan menurut saya adalah tipe ODT /scalper. Apakah om iyan juga melakukan swing / position trading?

    Terima kasih om Iyan, semoga bisa terus menginspirasi dan inspirasinya segera menjadi buku nanti saya langsung beli hehe

    Salam,
    Christian H.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga Christian Hermawan.

      Sebelum saya menjawab pertanyaan anda, saya ingin memberi saran: kalau anda perlu tahu Harga Rata-rata (Average Price) saham yang anda beli, sebaiknya anda memasukkan data di spreadsheet (Microsoft Excel, dsb). Harga rata-rata yang tertera di sistem Online Trading (OLT) anda--kalau anda membeli/menjual saham di berbagai ragam harga--memang sering tidak akurat.

      Nah, sekarang menjawab pertanyaan anda:

      1. Tidak ada salahnya punya 2 akun sekuritas.

      2. Manfaat punya lebih dari 1 akun sekuritas, bagi saya, adalah untuk back-up. Kalau 1 bermasalah, masih ada yang lain.

      3. Saya punya 3-4 akun, tapi yang aktif hanya 2. Dan saya memakai 1 akun untuk mayoritas (99%) transaksi.

      4. Saya bukan Online Day Trader (ODT)/scalper. Saya swing trader. Saya sudah bertahun-tahun belajar ODT/scalping tapi masih kurang berhasil.

      Delete
  3. Dear mas Iyan..

    Salam hangat..

    Ada beberapa hal yg ingin sy sampaikan :

    1.setelah mengalami sendiri kondisi market crash, maka sy sangat memahami mengapa mas Iyan lebih memilih sebagai trader dan analisa teknikal daripada sebagai investor (maaf jika penilaian sy salah). informasi fundamental yg telah dikumpulkan dari buku maupun koran bubar jalan dihadapan market yg sedang crash. pengalaman sy pribadi, sy hold 1 emiten yg notabene BC, LQ45, dan BUMN, selama 5 thn, andaikan Januari kemarin tidak exit, maka pada Maret posisinya menjadi minus. investasi 5 thn hasilnya minus..hmmm..

    2.menurut sy saat ini market lagi bullish, meski sy masuknya agak telat, tp bisa menutup loss di Maret, bahkan alhamdulillah bisa mendapat hasil melebihi ekspetasi sy.

    3.mas Iyan yg sudah berkali2 menghadapi market crash barangkali bersedia sharing, apakah kondisi saat ini memang lagi proses recovery sehingga bisa masuk full ? (posisi sekarang 70% cash), kemudian pasca crash 1 2 tahun kedepan kira2 kondisi market bagaimana ?

    terima kasih..

    salam semangat..

    Herlambang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Mas Herlambang,

      1. Tebakan anda benar. Saya mulai dari investasi jangka panjang tapi hasilnya rugi melulu. Saya berubah haluan jadi swing trader; tidak langsung untung tapi setidaknya tidak seburuk waktu investasi jangka panjang/menengah.

      Setelah bisa untung dari swing trading, saya tidak tertarik lagi investasi jangka panjang.

      Untuk anda yang memilih investasi jangka panjang, jangan tersinggung. Saya TIDAK BILANG investasi jangka panjang tidak bagus. Yang saya katakan adalah saya TIDAK COCOK investasi jangka panjang; lebih cocok trading jangka pendek.

      Kalau anda cocok investasi jangka panjang, lanjutkan. Tapi mohon jangan mencibir orang yang memilih trading jangka pendek.

      Intinya adalah kita harus memilih style/gaya yang cocok dengan karaker kita masing-masing. Jangan dengarkan apa yang dikatakan orang banyak.

      Ingat: orang banyak tidak tahu karakter anda; hanya anda yang tahu karakter anda.

      2. Saat ini market relatif Bullish.

      3. Terus terang saya tidak tahu berapa lama market Bullish ini akan berlangsung. Tapi mantera saya adalah BELI SAHAM YANG UPTREND.

      Jadi, selama masih uptrend, saya akan pegang (hold) dan beli (kalau ada sinyal beli).

      Kalau saham sudah TIDAK UPTREND, saya akan mulai jual.

      Kalau saham DOWNTREND, saya tidak mau beli.

      Delete
    2. Dear mas Iyan..

      Terima kasih banyak atas tanggapannya..

      Untuk point 1, sepertinya sy akan mengikuti mas Iyan. Sy sudah merasakan sendiri porto inves 5 thn sy hancur lebur, :(

      Untuk point 3, sy berharap market akan ada koreksi dulu yg agak dalem, maklum lagi pegang banyak cash, beda lagi kalau lagi pegang banyak posisi, pasti maunya bullishnya lanjut, :)

      terima kasih..

      Salam semangat

      Delete
  4. saya mulai menegenal blog mas iyan sejak 2014 saat mulai tahu perdagangan saham BEI,blog ini yang menjadi trigger saya membuka akun di slah satu sekuritas,awal nya tidak gampang memahami tulisan mas iyan karna saya sangat awam dengan dunia saham.sampai saat ini pun masih sangat awam sebagai pelaku di pasar saham.tulisan mas iyan sangat berpengaruh kepada saya.semoga banyak para pelaku pasar saham membaca tulisan anda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo bungnoname,

      Terima kasih untuk sharing-nya.

      Delete
  5. Sore pak iyan, diatas bpk menyampaikan utk sebaiknya beli saat saham mulai uptrend dan membeli lg saat ada sinyal beli muncul lg ditengah uptrend tsb.

    Pertanyaan sy
    1. Bgmn cara money management yg tepat saat kt menemukan sinyal awal uptrend (yg berpotensi false)
    2. dan selanjutnya bgmn jg money management yg tepat stlh terkonfirmasi bahwa sinyal tsb benar true uptrend (krn dgn membeli kembali berpotensi akan menghilangkan floating profit yg sdh ada)
    3. Dan bgmn jg money management yg tepat bila ditengah uptrend muncul kembali sinyal beli dr indikator yg kt gunakan.

    Demikian atas jawaban dan ilmunya sy sampaikan trmksh

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Memang betul sinyal awal uptrend sering berpotensi gagal. Bagaimana cara money management yang tepat?

      Terus terang saya pun belum tahu cara yang tepat untuk hal ini.

      Tapi seperti yang saya tulis di pos "Cara Membeli Saham", kalau anda tidak yakin dengan sinyal saat itu, belilah SETENGAH dari biasa.

      2. Kalau sudah yakin uptrend, beli SETENGAH lagi dari jumlah biasa.

      3. Kalau saham naik dan anda sudah punya, saat yang tepat untuk membeli lagi adalah ketika harga naik lalu terkoreksi sedikit.

      Itu teorinya.

      Faktanya, sulit menentukan saat yang tepat untuk membeli lagi.

      Yang penting, kalau anda ingin membeli lagi saat saham yang anda punya sudah naik harganya, sebaiknya beli ketika harga sudah naik (relatif jauh) dari harga beli pertama.

      Penting juga adalah harga Average baru setelah membeli seyogyanya lebih dekat ke harga awal beli.

      Contoh: Anda sudah beli saham A di harga 500 sejumlah 100 lot. Saham A naik ke harga 800. Kalau anda beli lagi 50 lot lagi, harga Average baru adalah 600 (lebih dekat ke 500 daripada ke 800).

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.