Pilih Mana:
1. Beli saham yang lagi naik.
2. Beli saham yang lagi turun.
3. Beli saham yang tidak-naik-tidak-turun.
Total 161 suara masuk (terima kasih untuk semua yang meluangkan waktu memilih) dengan hasil sebagai berikut:
42% (68 suara) memilih beli saham yang lagi naik
53% (85 suara) memilih beli saham yang lagi turun
5% (8 suara) memilih beli saham yang tidak-naik-tidak-turun
Terus terang, saya sedikit terkejut dengan hasil ini.
Sebelum melakukan survey, saya berasumsi bahwa mayoritas mutlak (75% atau lebih) pemain saham lebih suka membeli saham yang lagi turun.
Mengapa saya berasumsi begitu?
Karena selama ini, HAMPIR SEMUA pembaca blog yang bertanya dan mayoritas orang yang saya kenal lebih tertarik membeli saham yang lagi turun. (Ini mungkin karena manusia pada umumnya mengidentikkan harga turun sebagai "murah.")
Tapi rupa-rupanya asumsi saya salah.
Ternyata banyak juga orang yang tidak takut membeli saham yang lagi naik.
Ternyata juga, (relatif) banyak juga orang yang memilih saham yang tidak-naik-tidak-turun. (Asumsi saya: hanya 1%—atau kurang— yang memilih saham tidak-naik-tidak-turun.)
Nah, sampai di sini mungkin ada beberapa pembaca yang bertanya,"Jadi, sebenarnya mana yang benar: beli saham yang naik, yang turun, atau yang tidak-naik-tidak-turun?"
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya saya beritahukan pilihan saya.
Saat baru mulai main saham dan belajar analisa fundamental, saya lebih suka membeli saham yang sedang turun yang saya anggap murah. Hasilnya: rugi besar.
Kemudian saya beralih mendalami analisa teknikal dan mencoba membeli saham yang sedang naik. Hasilnya: jauh lebih baik daripada membeli saham yang lagi turun.
Jadi sekarang ini—setelah mencoba kedua pilihan tersebut—saya memilih membeli saham yang lagi naik.
Sekarang kembali ke pertanyaan "Jadi, sebenarnya mana yang benar: beli saham yang naik, yang turun, atau yang tidak-naik-tidak-turun?"
Jawaban saya:
Membeli saham yang lagi naik tidak salah.
Membeli saham yang lagi turun juga tidak salah.
Membeli saham yang tidak-naik-tidak-turun juga sah-sah saja.
Lho? Kok tidak ada yang salah?
Iya. Karena hal di atas adalah tentang pilihan. Dan setiap orang punya preferensi masing-masing.
Kalau anda suka masakan pedas, teman anda suka masakan manis, sedangkan saya suka masakan masam, kita bertiga tidak salah. Demikian juga dengan saham: ada yang suka membeli saham yang lagi naik, ada yang suka membeli saham yang lagi turun, ada yang suka membeli saham yang tidak bergerak. Dan semuanya tidak salah.
Jadi, maksud bung Iyan ketiga-tiganya baik?
Nah, tidak salah tidak serta-merta berarti baik.
Mengapa?
Karena ada kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang lagi naik. Ada juga kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang lagi turun. Dan—boleh percaya boleh tidak—ada juga kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang tidak-naik-tidak-turun.
Apa artinya?
Artinya setelah anda tahu pilihan anda—beli saham yang lagi naik, beli saham yang lagi turun, atau beli saham yang tidak-naik-tidak-turun—anda sebaiknya membeli saham hanya pada kondisi dan saat yang sesuai.
Jadi, PR (pekerjaan rumah) anda adalah untuk menyelidiki dan mencari tahu kondisi dan saat yang sesuai dengan pilihan anda.
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Saat-saat seperti sekarang ada rasa jenuh bung Iyan investasi di saham...hahaha
ReplyDeleteSaya merasa kurang nyaman (Karena saham saya floating loss lumayan dalam)
Any advice?
Kondisi Bursa Efek Indonesia tahun 2015 ini memang kurang "enak" untuk main saham (karena market "bearish).
DeleteSebelum saya memberi advice, saya mau tanya dulu: Mengapa membiarkan "floating loss" lumayan dalam? Kan sudah berkali-kali-kali-kali-kali (sampai mulut dower) saya ingatkan di begitu banyak pos untuk CUT-LOSS.
Advice saya: kalau kurang nyaman, apalagi floating loss lumayan dalam, pertimbangkan CUT-LOSS.
Saya lagi mengalami Fase saat Bang Iyan memilih jadi investor, hahahaha
DeleteNasi sudah jadi bubur Bang, mungkin yang sedikit saya sesali adalah memulai Saham dengan modal yang lumayan besar buat saya pribadi.
Padahal kalau kita mau memulai di bidang ini menurut saya harus dengan modal sekecil mungkin untuk endurance waktu yang selama mungkin.
Regards
Memang betul, saat baru belajar saham seharusnya mulai dengan modal sekecil mungkin.
DeleteSeperti yang saya tulis di pos "Beli Saham. Jual Untung/Cut-Loss. Ulangi." adalah tugas dan tanggung jawab pemain saham sendiri agar modal ("nyawa")nya bisa bertahan selama mungkin.
http://terusbelajarsaham.blogspot.co.id/2015/04/beli-saham-jual-untung-cutloss-ulangi.html
Bung Iyan saya Soleh, salam kenal.
ReplyDeleteSaya sudah membaca artikel2 di blog ini, semua artikel sangat bermanfaat tapi mungkin ada pemahaman saya yang belum tepat.
Saya sudah mendaftar di salah satu sekuritas dan mengamati pergerakan salah satu saham. Saya bermaksud melakukan trading saham harian pada saham yang sedang naik tapi belum tahu indikator2 apa saja yang perlu dicermati untuk mengetahui tanda2 saham akan naik esok hari.
Saya baru mencermati dari sisi bid dan offer dengan anggapan kalau offer lebih kecil dari bid harga saham akan naik demikian sebaliknya tapi ternyata tidak demikian kenyataannya.
Mohon pencerahan dari bung Iyan.
Salam kenal juga Bung Soleh.
DeleteTentang membeli berdasarkan Bid/Offer, silahkan baca pos "Bijaksanakah Membeli/Menjual Saham Hanya Berdasarkan Bid/Offer?"
http://terusbelajarsaham.blogspot.co.id/2014/04/membeli-menjual-saham-bid-offer.html
Bung Iyan, lama baru komentar lg saya --- silent reader ^_^ ...
ReplyDeleteKl TA yg jd pegangan Bung Iyan, apa ya ikut trading saham "gorengan" ???
Saya trading saham "gorengan", tapi dalam jumlah sangat kecil.
DeleteHalo Bung Iyan...
ReplyDeleteLama nih gak berkunjung ke blog ini. Namun, masih terus meluangkan waktu untuk menyimak bahasan topik yang ada pastinya.
Menanggapi topik di atas, saya ingin ikut memberikan sedikit pengalaman dalam bermain saham. Dari tiga alternatif yang ada, saya lebih banyak dan sering membeli saham ketika saham lagi turun.
Gak tahu kenapa, membeli ketika saham lagi turun sejauh ini secara psikologis saya merasa lebih confidence dan 'sreg' dalam trading. Dan untuk mengambil gain yang diharapkan kayaknya juga ada peluang cukup yang bisa diperoleh.
Membeli ketika saham lagi naik juga bukan hal yang tabu ataupun terlarang dilakukan. Tergantung situasi market yang ada tentunya. Jika ada dorongan dan sentimen positif yang mendukung, kenapa tidak yaa Bung Iyan...
Demikian sekelumit pengalaman saya, dan terima kasih.
Salam,
chkp_rassa
Bung Chakepp, terima kasih untuk komentarnya.
Deleteterimakasih bung Iyan atas artikelnya yang bermanfaat. saya juga memiliki preferensi untuk membeli saham ketika harga saham tersebut turun, tetapi sebelumnya saya sudah melihat history harga saham tersebut khususnya harga wajarnya dalam jangka waktu menengah (saya focus trading harian). saya juga menetapkan nilai stop loss sebesar 10%.
ReplyDeleteMau tanya,apakah pemilihan trend tgt jangka waktu?
ReplyDeleteSaya belum ikut trading saham,hanya ikut reksadana saham&umumnya saya membeli saat trend nya sedang turun.
Krn jangka panjang,maka saya ga terlampau pusing kalau turun lagi,malah kadang2 saya beli lagi u/menutup kerugian sebelumnya.
Bagaimana pendapat pak Iyan?
TQ...
Saya tidak (berani) menganjurkan beli saham ataupun reksadana saat downtrend.
DeleteNah, tidak berarti beli saham atau reksadana downtrend PASTI RUGI.
Anjuran saya: beli saham saat uptrend. Jual saat downtrend.