Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham.
Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup?
Tidak. Tidak cukup.
Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut:
Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok.
"Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta.
"Iya, neng. Dijual." jawab si bapak.
"Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut.
"Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si bapak.
"Tapi saya gak mau beli satu truk, Pak. Saya cuma mau beli beberapa biji aja," kata Roseta. "Boleh gak?"
"Boleh neng," jawab si bapak. "Tapi saya belum hitung di truk ini ada berapa durennya. Saya hitung dulu ya."
Si bapak mulai komat-kamit menghitung jumlah duriannya.
Durian satu truk tentu tidak mudah menghitungnya. Si bapak harus mengaduk-ngaduk, memindahkan, memisahkan agar hitungannya tidak salah. Menghitung durian satu truk tersebut juga makan waktu. Tapi Roseta sabar menunggu, namanya juga penggila durian.
Setelah bermandi keringat selama 30 menit memisahkan dan menghitung jumlah duriannya, si bapak akhirnya selesai.
"Totalnya ada 200 butir duren, neng. Karena satu truk saya mau jual Rp 5 juta, berarti satu butir saya hargai Rp 25.000. Gimana, neng?"
Roseta, yang sudah menghirup aroma semerbak durian selama setengah jam, tidak sanggup lagi menawar.
"Mau, mau, Pak," jawaba Roseta sambil menahan air liur. "Saya ambil empat butir."
Si bapak menyeka peluh dari dahinya dan mengambilkan Roseta empat butir durian yang ditukar dengan selembar uang seratus ribu rupiah.
"Makasi ya, Pak," kata Roseta. "Kalau dari awal bapak sudah tahu berapa harga durian per biji—bukan per truk—semuanya jadi lebih mudah dan cepat."
"Iya sih, neng," jawab si bapak. "Bos tadi cuma bilang bahwa duren satu truk ini harus dijual seharga Rp 5 juta. Saya tidak dikasitahu harga per biji. Jadi repot ya, neng."
Dari ilustrasi di atas anda melihat bahwa untuk pembeli eceran, informasi harga per biji durian mempermudah dan mempercepat proses jual-beli dibandingkan informasi harga per truk.
Nah, kalau kita bicara dalam konteks saham, hitungan per biji durian adalah seperti hitungan Laba Per Saham, sedangkan hitungan per truk adalah seperti hitungan Laba Total.
Sebagai pemain saham, anda tidak membeli perusahaan secara keseluruhan, sama seperti Roseta tidak membeli durian sejumlah satu truk. Anda membeli hanya dalam hitungan lembar saham, sama seperti Roseta yang membeli hanya beberapa butir durian.
Kesimpulannya: Laba Total perusahaan tidak ada salahnya anda ketahui; tapi sebagai investor saham, yang lebih penting untuk anda ketahui adalah Laba Per Saham. Jadi, ketika anda melihat laporan keuangan perusahan, langsung cari informasi Laba Bersih Per Saham, bukan Laba Bersih Total.
Pertanyaan berikut: bagaimana menghitung Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan?
Tidak sulit.
Earning Per Share (EPS) = Total Laba / Jumlah saham
Misalkan Total Laba P.T. Alam Sutera Realty (ASRI) Rp 100 Milyar dan saham ASRI jumlahnya 2 milyar lembar.
Earning Per Share (EPS) ASRI = Rp 100 Milyar / 2 milyar
= Rp 50.
Wah, ngitungnya sih mudah, pikir anda. Tapi repot juga kalau harus mencari informasi jumlah saham setiap perusahaan.
Tidak perlu repot.
Untuk semua perusahaan yang sudah go-public, kita tidak perlu mencari informasi jumlah saham yang diterbitkan perusahaan untuk menghitung sendiri Earning Per Share. Mengapa? Karena data Earning Per Share sudah dikalkulasikan oleh perusahaan untuk investor. Jadi, pada setiap laporan keuangan, perusahaan tidak saja mempublikasikan data Laba Total , tapi juga data Laba Per Saham.
Sekarang anda sudah tahu apa arti Earning Per Share dan mengapa bagi pemain saham informasi Laba Per Saham lebih spesifik daripada Laba Total. Tapi masih ada alasan-alasan lain mengapa Earning Per Share (EPS) adalah informasi yang penting bagi para investor saham. Silahkan lanjut baca ke pos "Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share? Bagian I."
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Pos ini adalah lanjutan dari pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless, Bagian I."
Setelah membaca pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless, Bagian I" anda sudah tahu apa arti saham yang Trending dan saham yang Trendless. Apakah ada gunanya tahu istilah-istilah ini?
Tentu saja ada.
Mengerti tentang saham Trending dan Trendless bukan saja ada gunanya. Bahkan, mengerti istilah Trending dan Trendless adalah fondasi dari Analisa Teknikal.
Di buku Technical Analysis of the Financial Market John J. Murphy menulis bahwa "The concept of trend is absolutely essential to the technical approach to market analysis." Dalam bahasa Indonesia: Konsep trend sangatlah penting pada pendekatan teknikal dalam menganalisa pasar.
Masa sih?
Mari kita cermati bersama.
Di pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal" saya menulis:
Analisa Teknikal terbagi menjadi dua metode utama: trend-following dan oscillator.
Lebih lanjut saya tulis di pos tersebut:
Indikator trend-following tidak bekerja efektif pada saham yang bergerak dalam kisaran (sideway). Demikian pula, indikator oscillator tidak berfungsi maksimal pada saham yang sedang bergerak naik atau turun drastis.
Artinya, indikator trend-following (mengikuti trend) cocok untuk saham Trending dan tidak cocok untuk saham Trendless, sedangkan indikator oscillator cocok untuk saham Trendless dan tidak cocok untuk saham Trending.
Jadi, sebelum memutuskan analisa teknikal apa yang akan anda pakai, anda perlu tahu dulu apakah saham yang anda analisa adalah saham Trending atau saham Trendless.
Lebih lanjut lagi, di pos "Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal" saya menyatakan bahwa saham yang dianjurkan beli oleh Analisa Teknikal adalah saham yang harganya sedang cenderung naik. Dengan kata lain, saham yang dianjurkan beli oleh Analisa Teknikal adalah saham uptrend.
Nah, kalau Analisa Teknikal menyarankan untuk beli saham yang uptrend, apa yang seharusnya anda lakukan terhadap saham downtrend atau sideway?
Jawabannya: Jangan beli.
Kalau anda selalu konsisten membeli saham uptrend dan tidak membeli saham downtrend ataupun sideway, anda akan meraup untung besar dari main saham.
Wow, gumam anda dalam hati. Saya mau, saya mau. Gimana caranya?
Nah, itu teorinya. Prakteknya tidak semudah itu karena alasan berikut:
Pertama, karena pergerakan saham yang selalu naik-turun, tidak mudah memastikan apakah gerak saham sedang uptrend, downtrend, atau sideway.
Kedua, kalaupun sudah tahu arah pergerakan saham, kita tidak tahu pasti apakah arah gerak itu akan terus berlanjut atau akan berubah.
Lah, katanya suruh tahu tentang saham Trending dan Trendless, ujar anda dengan gusar. Sekarang bilangnya gak bisa tahu? Gimana sih Bung Iyan ini?
Jangan marah-marah dulu.
Yang saya katakan di atas adalah:
... tidak mudah memastikan gerak saham...
... tidak tahu pasti kapan...
Intinya saya ingin anda menerima fakta bahwa tidak mungkin anda bisa tahu pasti. Tapi anda bisa menebak secara terpelajar (educated guess).
Caranya?
Memakai Analisa Teknikal.
Artinya, dengan menggunakan Analisa Teknikal kita bisa menebak apakah gerak saham sedang uptrend, downtrend, atau sideway. Dengan analisa teknikal juga kita bisa menebak apakah gerak saham cenderung akan lanjut atau cenderung berubah arah.
Sebelum kita mencoba memprediksi gerak saham apakah uptrend, downtrend, atau sideway, kita terlebih dulu harus mendefinisikan kata-kata tersebut.
Silahkan lanjut baca ke pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian I)."
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Anda mungkin pernah mendengar istilah "The trend is your friend" (tren adalah sahabat kamu). Mungkin anda juga pernah membaca kalimat "Don't fight the trend" (janganlah melawan tren).
Nah, apa sebenarnya si "trend" ini? Mengapa ia begitu hebatnya sehingga anda sebaiknya bersahabat dengan dia dan jangan sekali-kali coba melawan dia?
Pada pos ini saya akan membahas trend dan artinya dan mengapa anda perlu memahami hal ini.
Ayo kita mulai.
Arti Trend Ketika Bermain Saham
Trend ketika bermain saham bisa kita artikan sebagai pergerakan harga saham. Pergerakan harga saham ini secara garis besar bisa dibagi lagi menjadi dua:
1. Trending
2. Trendless
Apa artinya Trending dan Trendless ini?
Trending
trending = trend + ing
Dalam bahasa Inggris, kata kerja yang ditambahkan akhiran -ing mengartikan kata kerja tersebut sedang terjadi.
eat = makan
eating = sedang makan
sleep = tidur
sleeping = sedang tidur
trend = cenderung
trending = sedang cenderung
So, trending artinya sedang ada trend-nya, atau dengan kata lain sedang cenderung.
Saham yang trending, yang sedang cenderung bisa kita bagi dua lagi:
a. Sedang cenderung naik. Dalam bahasa Inggris disebut UPTREND.
b. Sedang cenderung turun. Dalam bahasa Inggris disebut DOWNTREND.
Trendless
trendless = trend + less
Dalam bahasa Inggris, kata benda yang ditambahkan akhiran -less mengartikan bahwa benda itu tidak ada, atau tanpa benda itu.
brand = merek
brandless = tanpa merek
care = hati-hati, perhatian
careless = tidak hati-hati, ceroboh
trend = kecenderungan
trendless = tidak ada kecenderungan
Jadi, trendless artinya TIDAK ADA trend, tidak ada kecenderungan.
Maksudnya gimana nih?
Tidak ada kecenderungan berarti tidak cenderung naik tapi juga tidak cenderung turun. Artinya: tidak ada kecenderungan yang dominan: saham naik sedikit, lalu turun; atau turun sedikit, lalu naik. Dan hal ini terjadi berulang-ulang. Dalam bahasa Inggris, kondisi trendless ini biasa disebut sideway yang juga bisa diartikan bergerak dalam kisaran.
OK, sekarang anda sudah tahu arti Trending (uptrend, downtrend) dan Trendless (sideway). Apakah ada gunanya tahu ini? Apa pentingnya?
Silahkan lanjut baca ke pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless, Bagian II."
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Pos ini adalah lanjutan dari pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian I)."
Sebelum kita berdiskusi tentang TRAILING STOP, mari kita menyegarkan ingatan mengenai dua hal penting tentang cut-loss (yang saya tulis di pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham"):
1. Titik/harga cut-loss harus ditentukan langsung pada saat anda membeli (membuka posisi awal). Jadi begitu anda memiliki saham, detik itu juga anda sudah harus tahu titik cut-loss saham tersebut. Jangan pakai alasan,"Nanti kalau sudah turun baru saya tentukan cut-loss di mana." Kalau saham sudah turun, pikiran anda sudah terkontaminasi pergerakan harga saham dan keputusan anda kemungkinan besar akan salah dan mengakibatkan kerugian jauh lebih besar.
2. Titik cut-loss tidak boleh dirubah ke arah yang berpotensi merugikan lebih besar; titik cut-loss hanya boleh dirubah ke arah yang potensi ruginya lebih kecil. Maksud saya begini: kalau anda membeli saham di harga Rp 1000 dan menetapkan cut-loss di 900, ketika saham turun ke harga 950, anda TIDAK BOLEH berubah pikiran dan menurunkan titik cut-loss ke 800. Tetapi anda boleh—kalau anda punya alasan kuat—untuk menaikkan titik cut loss, misalnya, ke 930. Jadi, titik cut-loss adalah jalan satu arah, hanya boleh dirubah ke arah yang potensi kerugiannya lebih kecil.
Nah, poin kedua di atas adalah konsep dasar dari TRAILING STOP.
Sekarang saatnya saya memberikan definisi TRAILING STOP:
Trailing Stop pada posisi long (membeli) adalah titik cut-loss yang dinaikkan dari titik cut-loss sebelumnya.
Mari saya jelaskan secara detil.
Kondisi terakhir:
Harga modal WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Keuntungan yang sudah direalisasi (Realized Profit): Rp 2 juta.
Menilik dari harga saham WSKT yang sudah naik dari harga modal, anda BOLEH menaikkan titik cut-loss ke titik yang potensi kerugiannya lebih kecil.
Pertanyaannya, naikin titik cut-loss ke harga berapa?
Saran saya: naikkan titik cut-loss pertama ke harga modal awal.
Karena anda membeli WSKT di harga 800, berarti titik cut-loss dinaikkan dari 720 ke 800.
Trading Plan sekarang:
Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Realized Profit: Rp 2 juta.
Kalau anda berpegang teguh pada Trading Plan ini, posisi anda sudah pasti untung, tidak akan rugi.
Masa iya sih?
Mari kita hitung: kalau-kalau WSKT turun ke 800 dan anda cut-loss sisa saham, berarti anda jual 50 lot WSKT di harga modal. Hasilnya: impas. (Untuk mempermudah diskusi, saya tidak mempertimbangkan fee broker. Kalau fee broker diperhitungkan, anda rugi fee broker.)
Tapi anda sudah mendapat keuntungan Rp 2 juta dari penjualan pertama, jadi total jenderal anda masih untung Rp 2 juta.
Pada kondisi ini, anda sudah berada di atas angin. Kalau sudah (hampir) tidak mungkin rugi, tiba saatnya anda berusaha memaksimalkan keuntungan.
Cara Memaksimalkan Keuntungan Dengan Trailing Stop
Mari kita lihat lagi Trading Plan anda:
Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Realized Profit: Rp 2 juta.
Apakah Trading Plan ini sudah lengkap? Hayo, coba anda pikir-pikir apa yang kurang? Saya tunggu 30 detik; jangan ngintip ke bawah ya.
Waktu 30 detik sudah lewat, anda sudah tahu apa yang kurang?
Yang kurang: batas waktu alias deadline.
Nah, bagaimana menentukan batas waktu ini?
Ketika anda beli WSKT, anda sudah menentukan batas waktu 20 hari. Anda menjual setengah pada hari ke-limabelas. Pada hari itu anda menentukan titik cut-loss baru. Apakah ini berarti batas waktu anda untuk menjual sisa saham adalah lima hari lagi?
Bukan begitu.
Pada saat anda menjual setengah saham anda dan menaikkan titik cut-loss dari 720 ke 800, anda harus menganggap ini sebagai posisi baru. Batas-waktu yang sebelumnya sudah tidak berlaku dan anda harus memulai batas-waktu yang baru. Artinya, batas-waktu mulai lagi dari awal.
Trading Plan sekarang:
Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.
Nah, Trading Plan anda sudah lengkap.
Belum lengkap, Bung Iyan, protes anda sambil senyum-senyum. Saya kasih waktu 30 detik untuk Bung Iyan pikir-pikir apa yang masih kurang.
Apa ya yang kurang? saya berpikir sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Gantiin nih sang guru dikerjain si murid.
Karena saya perlu waktu untuk memikirkan apa yang masih kurang pada Trading Plan di atas, saya akan lanjutkan di pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian III)."
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]