Di pos "Cara Menarik Garis Trend/Trendline" Mas Herlambang meminta tanggapan saya tentang cara ia mengkombinasikan
beberapa indikator dan anggapan bahwa indikator satu dan yang lainnya
saling mendukung. Begini yang ditulis Mas Herlambang:
". . . pada platform trading yang saya pakai ada 3 kolom grafik, teratas candlestick, tengah stochastic, bawah MACD.
Selama ini dalam menggunakan stochastic saya gabung dengan MACD. Sebelum memutuskan entry, saya lihat dahulu MACD. Berdasarkan pengamatan dari grafik beberapa saham dan dengan data time-frame yang berbeda-beda, kalau MACD line berada di bawah, dan kemudian memotong trigger dan menuju ke atas, berarti saatnya entry (menurut saya). Kemudian baru saya lihat stochastic posisinya bagaimana, kalau %K dan %D berpotongan dan menuju ke atas, memang layak untuk entry.
Begitu juga sebaliknya, langkah yang saya ambil untuk exit posisi.
Bagaimana menurut mas Iyan? Mohon pencerahannya."
Setelah membaca ulang jawaban yang saya tulis di pos tersebut, saya merasa jawaban tersebut melenceng dari pertanyaan yang diajukan Mas Herlambang.
[Silahkan baca juga pos "Pakai Berapa Macam Indikator Analisa Teknikal?"]
Jawaban yang lebih tepat adalah sebagai berikut:
Menurut saya, pengamatan Mas Herlambang sudah tepat.
Kondisi MACD (Moving Average Convergence Divergence) line berada di bawah dan menuju ke atas adalah sinyal uptrend.
Kondisi Stochastics %K menembus ke atas %D adalah tanda saham berbalik arah dari kondisi oversold (jenuh jual). Hal ini adalah sinyal beli yang diberikan Stochastics.
Jadi kalau Mas Herlambang memutuskan entry (beli saham) kalau kedua kondisi (bullish) di atas terpenuhi, hal tersebut adalah Trading Plan yang bagus.
Tapi yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah KOMBINASI kedua kondisi indikator analisa teknikal tersebut?
Kombinasi gimana maksudnya, mas Iyan, tanya anda dalam hati.
Oke, saya jelaskan yaa.
Di pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis)" saya tulis bahwa Analisa Teknikal terbagi atas dua metode utama: Trend-following dan Oscillator.
Indikator trend-following berfungsi memprediksi apakah saham yang sedang bergerak naik (uptrend) atau turun (downtrend) cenderung akan melanjutkan aksinya atau cenderung berbalik arah. Sedangkan indikator oscillator berfungsi memprediksi suatu saham yang bergerak dalam kisaran apakah sudah jenuh jual atau jenuh beli.
Dengan menggunakan indikator analisa teknikal MACD dan Stochastics berarti Mas Herlambang menggunakan satu indikator Trend-following dan satu indikator Oscillator.
Hal ini, menurut saya, adalah cara yang tepat mengkombinasikan indikator Analisa Teknikal. Kalau anda ingin memakai lebih dari satu indikator Analisa Teknikal, sebaiknya anda mulai dengan satu indikator Trend-following ditambah satu indikator Oscillator.
Mengapa?
Karena dengan menggunakan satu indikator Trend-following dan satu indikator Oscillator, anda kemungkinan akan mendapat kombinasi yang lebih baik daripada kalau anda menggunakan dua indikator dari jenis yang sama.
Kok bisa?
Saya jelaskan lebih lanjut yaa.
Di pos "Beli Saham Apa?" saya menganjurkan anda untuk membeli saham yang sedang uptrend. Pertanyaannya: Bagaimana cara tahu suatu saham sedang uptrend atau tidak?
Nah, untuk mencari tahu apakah suatu saham sedang uptrend, anda bisa menggunakan indikator Trend-following seperti MACD.
Masalahnya, setelah indikator Trend-following memberi sinyal bahwa suatu saham sedang uptrend, kapan sebaiknya anda membeli saham tersebut?
Apakah langsung beli saat itu juga?
Atau tunggu dulu?
Kalau tunggu, apakah tunggu turun atau tunggu tambah naik lagi?
Untuk menjawab pertanyaan ini, anda bisa menggunakan indikator Oscillator seperti Stochastics: beli ketika saham sedang naik dari posisi Oversold (jenuh jual).
---###$$$###---
Nah, hal yang saya jabarkan di atas adalah teori-nya. Praktek-nya tidak semudah teori.
Yang penting: kalau anda sudah tahu mengapa sebaiknya mengkombinasikan indikator analisa teknikal Trend-following dan Oscillator, pengetahuan analisa teknikal anda sudah jauuuh di atas rata-rata.
Pos-pos yang berhubungan:
- Trading Plan yang Menguntungkan dengan Indikator Moving Average
- Karakteristik Trading Plan yang Menguntungkan
Halo om Iyan, terimakasih karena sudah menjawab pertanyaan saya sekaligus memberi saran untuk menggunakan excel. Sarannya sangat membantu sekali.
ReplyDeleteSaya ada pertanyaan lagi untuk Om Iyan tapi maaf pertanyaannya keluar dari topik bahasan lagi:
1. Untuk cut loss maupun trail stop apakah om Iyan menggunakan robot atau manual?
2. Saya selalu cut loss dan trail stop menggunakan robot, tapi sering terkadang saat terguyur robot saya tidak jalan atau jalan tapi tidak terjual. Apakah om Iyan ada saran untuk hal ini?
3. Mengingat saya tidak akan bisa memantau saham setiap hari dan setiap menit selamanya saya pun jadi kepikiran semisal ke depan akan ada lagi krisis2 seperti wabah corona ataupun krisis 2008 (kata orang2 untuk keluar menjual saham saja sangat susah), apakah robot untuk cutloss dan trailstop ini masih bisa diandalkan?
Terima kasih om Iyan.
Dear Christian Hermawan,
Delete1. Saya cut-loss selalu manual.
2. Ini adalah resiko cut-loss kalau menggunakan robot (automated trading): tidak laku terjual atau (kalau anda jual dengan market order) lakunya di harga bawah.
Saran saya untuk automated cut-loss(saran ini agak berbahaya, yaa, hati-hati): masukan kondisi harga jual BEBERAPA POIN di BAWAH harga cut-loss.
Artinya, kalau titik cut-loss di 1800, masukan kondisi harga jual di, misalkan 1760.
Kalau saham turunnya tidak mendadak, ada kemungkinan saham anda akan terjual DI ATAS harga 1760 (1770, 1780, 1790, atau 1800).
Kalau saham ANJLOK (misalkan, langsung ke 1750 lalu terus turun), saham anda tidak laku terjual.
3. Robot atau automated trading ada plus-minus nya. Anda perlu tahu saat tepat dan saat tidak tepat menggunakan sistem ini.
Saya sendiri tidak menggunakan automated trading, jadi pengalaman saya tidak terlalu banyak.
Halo, Pakdhe Iyan...
ReplyDeleteBagaimana kabarnya, Pakdhe? Kangen nok sama tulisan - tulisan Pakdhe. Ndilalah saya juga mulai tidak leluasa membaca karya Pakdhe dan memantau saham karena pekerjaan.
Pakdhe, terkait pos ini. Saya sudah beberapa lama ini, lupa tepatnya sudah berapa lama, menggunakan MA (trend-following), secara teknik sudah paham, ketika MA kecil tembus ke atas MA besar maka sinyal beli, ketika MA kecil tembus ke bawah MA besar maka sinyal jual.
Saya ingin bertanya, Pakdhe :
1. Menurut Pakdhe, apakah saya sudah harus mulai belajar oscillator (dalam hal ini Stochastics)? Saya bingung, karena dengan 1 TA membuat mata saya nyaman melihat pergerakan saham. Kalau ditambah yang lain, khawatirnya malah mata ngelihat yang lain - lain, malah ndak fokus. Hehehe...
2. Di aplikasi Perusahaan Sekuritas yang saya miliki, ada beberapa pilihan Stochastics, satu stochastic fast dan stochastic slow. Perbedaannya apa nggih, Pakdhe?
3. Nah di aplikasi tersebut, ada indicator settings seperti Periods 5 Fast %D 3 (Stochastic Fast) dan Periods 5 Slow %K 3 Slow %D 3. Mohon penjelasan Pakdhe untuk hal tersebut.
Demikian, Pakdhe. Terima kasih. Salam...
Badung, 29 Desember 2020
Dear Taufan,
Delete1. Kalau anda sudah (atau sedang) nyaman dengan indikator Moving Average, tidak perlu menambah indikator dan membuat diri anda tidak nyaman.
Nanti, kalau anda merasa indikator yang anda pakai kurang optimal, baru deh coba belajar indikator lain, seperti Stochastics.
2. Stochastics yang umum dipakai adalah SLOW Stochastics.
Fast Stochastics biasanya zig-zag naik turun, sehingga terlihat gak karuan.
Slow Stochastics adalah "smoothing" dari Fast Stochastics sehingga tidak zig-zag naik turun dan lebih "smooth" dan lebih nyaman dilihat.
3. Angka-angka seperti 5, 3 di Stochastics adalah parameter perioda.
Kalau kita bandingkan dengan Moving Average, misalkan MA5, berarti parameternya adalah 5 perioda.
salam pak Iyan
Deletesaya Rizal, saya pemula di saham,
kebetulan saya juga sedang belajar stochastic,
tapi kenapa masih sering gagal ya,
padahal kalau dianalisa dari %K dan %D harusnya sih naik,
tapi ternyata malah turun, haha,
setingannya sama seperti diatas 5 dan 3,
kalau misalnya diganti, seting di angka berapa yang tepat ?
pengalaman pak Iyan sendiri barangkali menggunakan,
setingannya di angka berapa ?
terima kasih
Salam Rizal,
DeleteStochastics naik tidak berarti harga saham akan naik. Harga saham naik lah yang menyebabkan Stochastics naik. Jangan terbalik.
INGAT: Indikator analisa teknikal mengikuti harga saham. Bukan sebaliknya.
Parameter standard Stochastics adalah 5 dan 3.
Kalau anda tidak ada alasan kuat untuk mengganti parameter, pakailah yang standard saja.
Halo, Pakdhe Iyan...
DeleteTerima kasih, Pakdhe, atas jawabannya. Finally, saya pakai 3 indikator. :-D MA, MACD, dan Stochastics.
Pakdhe, mohon bertanya lagi. Setelah kata-kata "Kok bisa?", Pakdhe menjelaskan kapan membeli saham. Pertanyaan saya :
1. Apakah membeli saham ketika titik MACD line berada di bawah dan menembus ke atas dan ketika titik Stochastics %K menembus ke atas %D secara bersamaan?
2. Atau, kita lihat MACD dahulu setelah itu kita lihat Stochastics?
Demikian, Pakdhe Iyan... Terima kasih. Salam...
Badung, 12 Januari 2021
Halo juga mas Taufan,
Delete1. MACD adalah untuk melihat TREND. Dan kejadian "MACD line berada di bawah menembus ke atas" relatif jarang.
Jadi, yang saya maksud adalah SELAMA MACD memberi sinyal Bullish, anda bisa memakai Stochastics untuk sinyal beli.
2. Betul, lihat MACD apakah Bullish. Kalau Bullish lihat Stochastics untuk beli.
Halo, Pakdhe Iyan...
DeleteTerima kasih atas jawabannya, Pakdhe. Kiranya Pakdhe selalu semangat dalam menulis karena tulisan Pakdhe sangat bermanfaat sekali.
Demikian, Pakdhe Iyan. Terima kasih banyak. Salam...
Badung, 15 Januari 2021
Maaf nanya lagi pak Iyan. Kalau stochastis sudah dibawah 20 (over sold), setelah dibeli ternyata masih bisa turun lagi ya, apakah belinya menunggu naik melewati 20 dulu ?
DeleteTerima kasih.
Salam Rizal,
DeleteSaya ulangi lagi ya: Stochastics MENGIKUTI harga, bukan sebaliknya.
Jadi, kalau Stochastiscs sudah Oversold tidak berarti harga saham pasti akan balik naik.
Apakah sebaiknya beli setelah Stochastics naik melewati 20?
Itu semua tergantung Trading Plan anda.
Alhamdulillah Bung Iyan.
ReplyDeleteTulisan Anda memberikan banyak pencerahan tentang main saham.
Semoga Bung Iyan tetap dan selalu produktif dalam menulis.
Semoga Bung Iyan hidupnya selalu penuh berkah.
Amiin...
Dear mas Iyan..
ReplyDeleteDuh terharu saya, meskipun itu pertanyaan yang sudah lama, terima kasih atas penjelasannya.
Sayangnya, seperti yang pernah mas Iyan sampaikan, harga tidak mengikuti indikator, tapi indikatorlah yang mengikuti harga, dan memang begitulah faktanya. Jadi apapun indikatornya, ujung2nya adalah prediksi. Tinggal bagaimana kita menyiapkan plan B atau mungkin juga plan C jika ternyata prediksi kita salah. Dan tentunya dilengkapi pula dengan MM yang jitu agar bisa mengikuti "tarian" pasar.
Salam..
Herlambang
salam pak Herlambang
Deletesaya Rizal, saya pemula di saham,
kebetulan saya juga menggunakan stochastic,
bagi pengalaman dong,
setingannya menggunakan setingannya di angka berapa ?
dan kalau boleh tau MM itu apa ya ?
terima kasih
Salam kenal juga pak Rizal.
DeleteSama pak saya juga masih pemula, masih dalam taraf belajar.
Mohon maaf saya tidak begitu kompeten untuk menjelaskan stochastic, selain itu juga saya sudah lama tidak menggunakannya.
MM yang saya maksud diatas adalah money management.
Semangat pak.
Terima kasih atas tanggapan dan supportnya pak.
DeleteKalau boleh tau sekarang pake indikator apa, apa ada yang lebih bagus ?
Padahal menurut pak Iyan kalau sudah bisa menggabungkan MACD dan stochastic seperti yang bapak lakukan sudah memiliki kemampuan diatas rata2.
Oh ya boleh sharing MM nya bagaimana pak ?.
Terima kasih.
Haha..bapak salah persepsi..saya menggabungkan 2 indikator tersebut bukan karena saya mahir..tapi karena itu adalah sudah default di olt yang saya pakai.
DeleteSaya sekarang tidak menggunakan indikator..hanya pakai candlestick ..bukan karena saya menganggap indikator jelek..hanya kecocokan gaya trading saja..walaupun candle stick juga banyak tipuannya..waktu itu mas Iyan menyampaikan ke saya.."indikator mengikuti harga..bukan harga yang mengikuti indikator"..ini adalah cemeti yang menyadarkan isi kepala saya.
Untuk MM sepertinya saya sudah pernah sharing di kolom komentar di blog mas Iyan ini.
Saran saya..lakukan riset sendiri..nanti akan ditemukan analisa dan MM yang paling pas dengan bapak..gunakan uang dingin dan dana sekecil mungkin untuk latihan..masuklah ke 1 atau 2 emiten saja..semakin banyak emiten tidak menjamin semakin banyak profit..justru potensi ruginya semakin besar.
Semangat pak.
Terima kasih, Pak Iyan tulisannya.
ReplyDeleteDengan adanya tulisan ini seperti memvalidasi salah satu metode screening yang saya gunakan. Saya beri nama "Momentum on Trend", hahaha. Saya menggunakan Stochastic Momentum Index sebagai sinyal awal, dan MACD sebagai konfirmasi. Untuk keputusan entry/exit biasanya pakai price action support resis sederhana saja.
Kelemahannya untuk dapat kondisi baru-saja-golden-cross relatif jarang. Tapi risikonya terjaga.
Sepertinya dulu saya buat metode screening ini karena terinspirasi tulisan Bapak juga. - Pembaca Blog sejak 2017 😁
Mas Kevin Daffa,
DeleteTerima kasih untuk sharing-nya.
Salam kenal Bang Iyan,
ReplyDeleteWaduh luar biasa bagus sekali blog ini...,kenapa sy baru nemu blog anda seminggu ini ..😔...gak bosan-bosan sy baca berulang-ulang blog anda ini..
Dari selama kurang lebih 1th sy baca-baca/brosing diinternet...menurut sy blog anda ini paling bagus untuk pembelajaran tentang trading saham...bahasanya sederhana sekali jadi sy yg masih awan aja mulai bisa sedikit sedikit memahami...
Blog ini isinya ilmu mahal semua bung...anda sungguh baik sekali mau berbagi kepada semua orang secara gratis..
Sekali lagi trimakasih bung 🙏🙏 ...semoga cuan dan kebahagiaan selalu menyertai anda sekeluarga
Salam,
Mas Keplesutejo,
DeleteTerima kasih untuk komentar anda yang membesarkan hati.