Page List

Monday, December 31, 2012

Kapan Kondisi Ideal Untuk Investasi Saham?

Figure 1. E.B.White's A Writer Who Waits for Ideal Conditions

Apakah ada kondisi ideal untuk investasi atau trading saham?

E.B.White--penulis asal Amerika Serikat--mengatakan bahwa penulis yang menunggu kondisi ideal untuk mulai bekerja akan meninggal tanpa menulis sepatah katapun.

Kalau kita terapkan kalimat mutiara tersebut dalam konteks bermain saham, bunyinya kira-kira begini:

Pemain saham yang menunggu kondisi ideal untuk memulai investasi saham akan keburu mampus tanpa membeli saham apapun.

Artinya?

Tidak ada waktu ideal untuk mulai investasi atau trading saham. Yang penting adalah anda memulainya. Hanya dengan memulai bermain saham anda akan tahu apakah saham adalah investasi yang cocok untuk anda. Kalau cocok, lanjutkan; kalau tidak, berhenti.

Dalam belajar apapun, yang harus melangkah untuk memulainya adalah anda. Bukan suami/istri anda, bukan bapak/ibu anda, bukan anak anda, bukan teman anda. Dan langkah pertama bermain saham adalah dengan membuka rekening transaksi saham. (Silahkan baca pos "Bagaimana Cara Membeli Saham Indonesia" dan "Sekuritas/Broker Mana Yang Bagus?")

Banyak orang hanya berkhayal kaya dari saham. Tapi semuanya hanya angan-angan, mimpi di siang bolong. Bagaimana mau sukses kalau untuk memulai saja tidak mau?

Apakah anda tipe seperti ini?






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Saturday, December 15, 2012

Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian IV)


Kalau saham yang anda beli (relatif) tidak naik tidak turun, langkah berikut apa yang terbaik?

Sebelum berdiskusi lebih lanjut, ada baiknya kita perjelas dulu definisi "saham (relatif) tidak-naik-tidak-turun" ini.

Saham yang saya maksud bukan saham yang tidak ada kejadian ("match" atau "trade done") sama sekali. Contoh saham tipe ini: saham yang tidak aktif (tidak ada yang beli dan jual), atau juga saham yang sudah turun ke harga minimum yang ditentukan Bursa Efek Indonesia (Rp50 pada saat ini) di mana saham tersebut sudah tidak bisa turun lebih lanjut di Pasar Regular, tetapi juga tidak ada yang mau beli di harga tersebut.

Yang saya maksud dengan saham yang (relatif) tidak-naik-tidak-turun adalah saham "aktif" yang bergerak dalam kisaran harga tertentu, istilah kerennya: bergerak "sideway." Lagi-lagi kita harus menyamakan persepsi arti "bergerak dalam kisaran" ("sideway") ini agar diskusi kita relevan untuk investor jangka panjang dan juga untuk pemain saham jangka pendek.

Saham tidak-naik-tidak-turun yang saya maksud adalah saham yang tidak naik sampai ke harga di mana anda akan mulai menjual dan juga tidak turun sampai ke harga di mana anda harus cut-loss.

[Catatan: Definisi saham tidak-naik-tidak-turun di  sini lebih spesifik daripada definisi umum saham sideway yang saya tulis di pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian III)." Mengapa? Karena kita sudah menentukan harga batas atas dan batas bawah saham tidak-naik-tidak-turun ini.]

Contoh: Misalkan anda membeli saham INTP di harga Rp 10.000 dan menetapkan untuk cut-loss kalau INTP turun ke Rp. 9.000 dan akan mulai menjual kalau saham tersebut naik ke harga 10.500. Tapi INTP hanya turun ke 9700, lalu naik ke 10.300. Lalu turun lagi ke 9.500, naik lagi ke 10.200. Lalu turun lagi ke 9.600 sebelum naik lagi ke 10.300. Lalu turun lagi ke .... Saya rasa anda mengerti maksud saya.

Apa yang harus anda lakukan untuk saham seperti ini?

Saran saya: Jual.

Lah, kok bisa? anda protes. Kan belon turun sampai harga cut-loss?

Protes anda sangat beralasan. Tapi mari kita pikirkan bersama mengapa sebaiknya anda menjual saham yang tidak-naik-tidak-turun ini.

Ketika bermain saham, kita tidak perlu terpaku hanya pada satu saham. Tapi saya juga selalu menyarankan agar pemula jangan punya terlalu banyak macam saham dalam portofolio. Fokus pada 5 saham berbeda. Jangan punya lebih dari 10.

Kalau anda menuruti saran ini dan fokus hanya pada 5 saham, tetapi semua saham ini tidak-naik tidak-turun dalam jangka waktu yang lama, sedangkan banyak saham lain (yang tentu saja tidak anda miliki) naik pesat, bagaiman perasaan anda?

Anda tentu sangat kecewa. Tetapi semua modal anda sudah ditanamkan pada 5 saham yang tidak-naik-tidak-turun ini. Kalau anda tidak menjual, anda tidak punya modal untuk beli saham lain. Kalau anda tidak menjual, anda kehilangan kesempatan untuk meraup untung dari saham lain. Opportunity lost.

Ini adalah alasan pertama untuk menjual saham yang tidak-naik-tidak-turun.

Mari kita lihat skenario kebalikannya: kalau semua saham anda tidak-naik tidak-turun, tetapi semua saham lain malah anjlok tajam, bagaimana perasaan anda?

Anda tentu senang. Tetapi, kesenangan anda ini tidak akan berlangsung lama.

Mengapa?

Karena ada dua kemungkinan yang bisa terjadi:

1. Saham anda yang tidak-naik-tidak-turun, karena setia-kawan dengan saham-saham lain, akhirnya akan ikut anjlok mencapai harga cut-loss anda.

Ini adalah alasan kedua untuk menjual saham yang tidak-naik-tidak-turun.

2. Saham anda tetap tidak-naik tidak-turun, tetapi saham-saham lain yang sudah anjlok parah akhirnya naik lagi. Kalau anda membeli saham ini setelah mereka anjlok, anda bisa untung besar. Tapi sayangnya anda tidak punya uang untuk membeli karena semua modal anda terpasung di saham yang tidak-naik-tidak-turun.

Ini adalah alasan ketiga untuk menjual saham yang tidak-naik-tidak-turun.

Intinya: tidak menjual saham yang tidak-naik-tidak-turun ada "opportunity cost"nya, ada "biaya kesempatan" yang hilang karena anda tidak bisa membeli saham lain.

OK, kata anda, masuk akal juga. Tapi jualnya di harga berapa? Kapan?

Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian V)."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
 

Thursday, October 18, 2012

Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian III)

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian II)."

Apa yang harus anda lakukan kalau saham yang sudah anda beli lagi di harga lebih rendah  (average down) masih juga turun?

Nah, situasinya pelik karena tidak ada jawaban yang absolut. Semuanya tergantung. Tergantung kondisi pasar (bullish atau bearish), tergantung fundamental saham, tergantung teknikal saham, tergantung berapa besar turunnya.

Tetapi sebagai pemula yang baru main saham di bawah 2 tahun, pengetahuan anda tentang kondisi pasar, fundamental dan juga teknikal saham relatif masih minim. (Maaf, jangan tersinggung.) Jadi untuk sederhananya, kalau saham masih juga turun setelah anda membeli untuk kedua kali, saran saya adalah: cut-loss.

"Lah," keluh anda. "Kalau begitu caranya, kemungkinan saya akan cut-loss terus. Dan yang lebih ngeselin, setelah saya cut-loss, saham tersebut cuma turun dikit lagi lalu berbalik naik. Apa tidak sebaiknya saya tunggu aja?"

Saya paham keberatan anda. Tapi mari kita pikirkan bersama.

Kalau (relatif) SEMUA saham yang anda beli masih juga turun pada saat anda membeli untuk kedua kali, bukan cut-loss yang harus disalahkan. Yang harus anda kaji ulang adalah alasan MENGAPA anda membeli saham-saham tersebut. (Untuk menyegarkan ingatan anda tentang APA dan MENGAPA membeli suatu saham, silahkan baca pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula (Bagian I).")

Ingat: anda masih dalam proses belajar mencari alasan MENGAPA suatu saham layak dibeli. Kalau saham yang anda beli berdasarkan alasan ini semuanya malah turun, berarti MENGAPA-nya ini yang salah.

Saya kutip dari pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula (Bagian I)": 


.... Ketika anda membeli saham, catat alasan "Mengapa." Kalau hasilnya untung, lanjutkan. Kalau buntung, coba perbaiki alasan tersebut atau cari alasan yang baru. Pergerakan saham ada polanya. Carilah pola-pola gerak saham yang menghasilkan untung.

Dengan melalui proses di atas, perlahan-lahan anda akan menemukan jawaban “Mengapa” suatu saham layak dibeli....


Saya ulangi sekali lagi: kalau alasan anda membeli suatu saham selalu menuai rugi, perbaiki alasan tersebut. Atau cari alasan lain yang baru. Dengan mengikuti proses ini, niscaya anda akan menemukan jawaban saham APA dan MENGAPA yang mendatangkan untung.

Nah, sekarang mengenai saham yang setelah anda cut-loss malah berbalik naik: tidak ada larangan untuk membeli lagi saham yang sudah anda jual. Seandainya setelah anda cut-loss lalu anda menemukan alasan bahwa saham itu akan naik: beli lagi. Lupakan luka lama. Anggap pembelian ini sebagai posisi baru dengan titik cut-loss yang baru. 


Titik Cut-Loss

Di sini saya menyimpang sedikit untuk membicarakan tentang cut-loss. Saya selalu menekankan pentingnya cut-loss. Tapi yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan titik cut-loss yang sesuai kondisi. (Ada baiknya anda membaca dulu pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham.")

Cara cut-loss yang paling mudah diterapkan oleh pemula adalah metode persentase: kalau saham turun sekian persen, anda cut-loss. Tapi metode persentase ini ada kelemahannya terutama pada saham yang volatilitasnya tinggi.

Kalau anda menetapkan untuk cut-loss kalau saham turun 5% tapi saham yang anda beli seringkali naik-turun hingga 20%, hampir pasti anda akan cut-loss setelah membeli saham tersebut. Inilah sebabnya mengapa dalam menentukan titik cut-loss, pemain saham sebaiknya mempertimbangkan volatilitas saham.

Karena mempertimbangkan volatilitas cukup sulit untuk pemula dan karena saham yang bervolatilitas tinggi biasanya adalah saham “gorengan,” inilah sebab utama mengapa saya memperingatkan pemula untuk menghindari saham-saham jenis ini. Intinya: hindari saham berfluktuasi tinggi jika anda belum mempertimbangkan volatilitas ketika menentukan titik cut-loss.


3. Setelah anda beli, saham (relatif) tidak naik tidak turun

Sekarang kita sampai pada kemungkinan ketiga: setelah anda beli, saham (relatif) tidak naik tidak turun.

Kejadian ini sepertinya bukan suatu masalah pelik: kalau belum rugi, kenapa musti pusing? Biarkan saja tuh saham, kan belum rugi, mungkin begitu pikiran anda. Benarkah solusi ini adalah yang terbaik? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian IV)."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]  

Monday, September 10, 2012

Kapan Membeli & Menjual Saham Menurut Kiplinger

Di bawah ini adalah saran dari majalah Kiplinger untuk investor saham tentang kapan membeli dan menjual saham.

Figure 1. How to Be a Better Investor. Source: Kiplinger magazine, Nov 2011 page 28







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
 

Tuesday, August 28, 2012

Sekuritas/Broker Saham Mana Yang Bagus?

(Catatan: Untuk anda yang SERIUS hendak belajar main saham, silahkan kunjungi halaman "Kurikulum.")


Saya sering ditanya,"Perusahaan broker mana yang bagus untuk bermain saham? Bagaimana cara membuka rekening saham? Berapa besar minimum deposit awal?"

Saya tidak berkompetensi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut karena alasan berikut. Pertama, saya tidak punya pengalaman dengan SEMUA perusahaan broker saham di Indonesia. Tanpa menyelidiki setiap perusahaan sekuritas yang ada di Indonesia, saya tidak tahu pasti mana yang bagus, mana yang tidak bagus. Kedua, masing-masing perusahaan broker punya syarat dan aturan sendiri untuk membuka rekening saham. Perusahaan broker satu dengan yang lain juga menetapkan minimum deposit yang berbeda.

Kalau anda pikirkan, pertanyaan di atas kurang lebih sama dengan pertanyaan, "Di manakah kolam renang yang bagus untuk belajar berenang? Bagaimana cara pergi ke kolam renang tersebut? Berapa harga tiket masuknya?"

Jawaban saya: anda yang harus mencari jawaban sendiri.

(Dalam konteks ini, saya bukan pakar kolam renang tetapi lebih sebagai pelatih renang.) 

Kalau anda tinggal di Surabaya, apakah relevan kalau saya menyarankan anda belajar berenang di kolam renang di Jakarta? Lagipula, anda bisa belajar berenang di kolam renang mana saja.

Begitu pula dengan perusahaan sekuritas saham: anda bisa main saham di perusahaan sekuritas apa saja. Perusahaan sekuritas ini adalah "kolam renang" nya. Apakah nantinya anda bisa berenang atau tidak, itu tergantung usaha anda sendiri, bukan tergantung kolam renangnya.

Kalau menurut saya pertanyaan yang benar adalah, "Apa kriteria utama ketika memilih perusahaan broker saham?"

Nah, kalau pertanyaan ini saya bisa dan mau jawab. Pilih perusahaan yang bonafide, yang terpercaya. Perusahaan yang terpercaya bisa karena perusahaannya bernama besar (seperti Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas, Panin Sekuritas, dll) atau bisa juga karena teman dekat atau saudara anda yang menyarankan. (Saya bukan teman dekat atau saudara anda. Tidak tepat kalau anda percaya begitu saja dengan saran saya.)

Atau, bisa juga anda bertanya, "Dari pengalaman Bapak,sekuritas apa yang bagus dan layak saya coba?"

Ini juga saya bisa jawab. Saya sudah mencoba Indo Premier Online Trading dan E-Trading (sekarang berubah nama menjadi Mirae Asset Sekuritas). Tampilan layar komputer, eksekusi trading, dan customer service kedua perusahaan ini cukup bagus.

Itu saja. Lagipula, perusahan sekuritas saham tidak beda banyak satu dengan yang lain.

Memang masih ada kriteria-kriteria lain yang perlu diperhatikan ketika memilih perusahaan broker saham. Tapi semua kriteria itu tergantung apa yang ANDA inginkan. Artinya, anda harus tahu dulu kondisi yang anda mau lalu anda mencari perusahaan yang bisa memenuhi kemauan anda. Bukan kebalikannya, yakni mengharapkan perusahaan broker menuruti semua keinginan anda.

Kalau anda mau belajar berenang, tentukan sendiri di kolam renang mana anda mau belajar. Kriteria apa yang penting menurut anda? Apakah lokasi kolam renang harus dekat dengan rumah anda? Apakah kebersihan faktor yang penting? Kolam renang terbuka atau tertutup? Jam buka? Harga tiket masuk? Dan sebagainya. Tentukan pilihan lalu coba. Kalau tidak cocok, cari kolam renang lain.

Mencari sendiri dan membuka rekening saham adalah saringan pertama untuk membuktikan apakah anda serius mau belajar main saham. Kalau melakukan ini saja tidak bisa, tidak mau usaha sendiri, sebaiknya anda lupakan niat untuk belajar main saham.

Kalau anda sudah punya rekening saham dan siap untuk belajar langkah-langkah membeli saham, silahkan baca pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula."
 






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Monday, August 20, 2012

Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian II)


Kalau setelah anda beli, saham langsung naik, itu namanya berkah. Beruntung. Hoki. 

Tentang hoki ini, saya jadi teringat nasehat oma, “Iyan, kalau kamu mendapat hoki, kamu harus mensyukuri berkah tersebut.” Nasehat yang baik dan hendak saya turuti. Tapi bagaimana cara mensyukuri berkah dari saham yang naik?

Perlu diingat bahwa saham yang sudah naik belum menjadi berkah nyata kalau belum dijual, kalau anda tidak merealisasikan profit tersebut. Kenapa? Karena saham tersebut mungkin turun lagi dan berkah itu lenyap tak berbekas. Jadi, satu-satunya cara mensyukuri berkah dari saham yang naik adalah dengan MENJUAL saham tersebut. 

“Kalau aku menjual saham tersebut, lalu saham itu masih naik, bagaimana dong?” anda bertanya. 

Memang tidak ada yang tahu apakah saham anda akan terus naik atau berbalik arah turun. Oleh karena itu saya sarankan anda tidak menjual semua saham tersebut, tapi hanya SEBAGIAN. 

Sebagian ini bisa sepertiga, seperempat, seperlima, bahkan sepersepuluh; anda bisa bereksperimen sendiri. Tapi jangan jual terlalu sedikit, dan jangan juga jual terlalu banyak. Supaya mudah, juallah SETENGAH dari jumlah saham anda. 

Dengan menjual setengah dari jumlah saham, anda sudah merealisasi keuntungan. Kalau saham masih terus naik, anda masih punya setengah. Kalau saham turun ke harga beli dan anda cut-loss, anda sudah mendapat laba, tidak hanya impas. 

Inti yang harus anda ingat: bukan cuma beli saham yang boleh bertahap, boleh dicicil (Silahkan baca “Cara Membeli Saham Untuk Pemula Bagian III"), tapi jual saham juga boleh dicicil.

Tapi, jualnya di harga berapa? Mau tahu jawabannya? Silahkan baca pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal."


2. Setelah beli, saham turun 

Skenario ini adalah kemungkinan yang paling sering terjadi ketika anda membeli saham. 

Di pos “Cara Membeli Saham Untuk Pemula Bagian III” saya menyarankan anda untuk membeli dulu setengah dari jumlah yang anda mau beli. Kalau saham turun, beli lagi setengah sisanya. 

Tapi bagaimana kalau setelah itu saham masih turun?

Apakah anda harus cut-loss? Tidak melakukan apa-apa alias bengong? Atau beli lagi?

Lanjut baca ke pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian III)."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sunday, August 5, 2012

Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian I)

Langkah pertama main saham adalah membeli saham. Saya sudah membahas topik ini di pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula" Bagian I sampai dengan Bagian III. Kalau anda belum baca pos-pos tersebut, silahkan baca dulu dengan klik di sini "Cara Membeli Saham Untuk Pemula." Saya tunggu.

Sudah selesai baca pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula"? Mari kita lanjut.

OK, katakanlah anda sudah membeli suatu saham. Apa langkah berikut yang harus anda lakukan?

"Jual," jawab anda. "Kalau naik," cepat-cepat anda tambahkan.

Sangat setuju.

Tapi kalau anda sudah beberapa kali membeli saham, berapa kali saham yang anda beli langsung naik dan tidak pernah turun ke bawah harga anda beli? Saya bisa dengan yakin menjawab,"Tidak sering. Jauh lebih sering saham yang anda beli malah langsung turun." Saya yakin anda mengangguk-anggukkan kepala.

Nah, kalau begitu apa langkah berikut setelah membeli saham?

Langkah berikut setelah membeli saham tergantung apa yang terjadi pada saham yang anda beli. Dan yang mungkin terjadi ada tiga:
  1. Setelah anda beli, saham naik.
  2. Setelah anda beli, saham turun.
  3. Setelah anda beli, saham (relatif) tidak naik tidak turun.
Mari kita bahas satu per satu.


1. Setelah beli, saham naik

Ini adalah kemungkinan yang diimpikan semua pemain saham. Setelah anda beli, misalnya, saham BMRI di harga Rp 7.900, keesokan harinya saham tersebut naik ke Rp 8.200. Alangkah indahnya hidup ini.

Tapi seperti saya sebut di atas, hal indah ini tidak sering terjadi. Yang lebih memperburuk keadaan: kalaupun saham yang anda beli langsung naik, berapa sering tatkala anda sedang asyik menghitung-hitung potensi keuntungan yang bisa anda dapatkan, beberapa hari kemudian saham TURUN ke bawah harga anda beli? Saya bisa menjawab untuk anda,"Sangat sering." Lagi-lagi anda mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.

Terus, harus bagaimana?

Lanjut baca ke pos, "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian II)."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
 

Friday, July 13, 2012

Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa Saham Indonesia, Bagian II

Pos ini adalah lanjutan dari "Pasar Regular, Tunai, Negosiasi Bursa Saham Indonesia, Bagian I."

Kalau anda membeli dan menjual saham pada hari yang sama, bagaimana penyelesaian transaksinya?

Mudah saja. Nilai Rupiah pembelian dan penjualan saham pada hari yang sama akan dijumlahkan dan jumlah NET Rupiah tersebut harus  anda bayar pada T+3 (kalau anda membeli lebih banyak daripada menjual) atau akan anda terima (kalau anda menjual lebih banyak daripada membeli).

Supaya lebih jelas, mari kita telaah contoh berikut:

1. Kalau pada hari ini (T+0) anda membeli saham sejumlah Rp 10 juta dan anda juga menjual saham sejumlah Rp 2 juta, pada hari T+3 anda harus MEMBAYAR:

Rp 10 juta - Rp 2 juta = Rp 8 juta.

2. Kalau hari ini anda membeli saham sejumlah Rp 10 juta dan menjual saham sejumlah Rp 50 juta, pada hari T+3 anda akan MENERIMA:

Rp 50 juta - Rp 10 juta = Rp 40 juta.


Yang harus anda perhatikan: "settlement" ini adalah aliran arus kas ("cash flow") yang mempengaruhi "trading limit" anda pada rekening online-trading. "Trading limit" anda akan berkurang pada detik anda membeli saham dan akan bertambah pada detik anda menjual saham. Tapi pembayaran untuk transaksi dilaksanakan tetap pada T+3.


Kapan Saham Boleh Dijual

Saya sebut di atas bahwa saham yang anda beli pada hari T+0 akan masuk ke rekening anda pada T+3. Kalau anda membeli 2 lot saham Tri Banyan Tirta (ALTO) pada hari ini (T+0), kapan anda boleh menjual saham tersebut?

Kalau order beli anda sudah "done" (atau "match," alias terlaksana), anda boleh LANGSUNG menjual saham tersebut pada detik berikut.

"Tapi," protes anda, "saya baru akan mendapatkan saham ALTO tiga hari kemudian. Kok boleh saya jual sekarang?"

Betul, anda baru akan mendapatkan saham yang anda beli TIGA hari kemudian (T+3). Tapi saham yang anda jual juga baru harus diserahkan TIGA hari kemudian (T+3).

Jadi jika anda membeli dua lot saham ALTO pada pagi hari ini dan menjual satu lot satu jam kemudian, pada hari T+3 anda akan menerima saham ALTO secara NET (beli minus jual) sebanyak:

2 lot - 1 lot = 1 lot.

Karena secara NET anda membeli lebih banyak daripada menjual, anda harus MEMBAYAR untuk satu lot ini pada hari T+3. Pada T+3 ini pula rekening anda akan menerima satu lot saham ALTO tersebut.

Sekarang anda sudah mengerti Pasar Regular. Bagaiman dengan Pasar Non-Regular? Silahkan lanjut baca ke pos berikut "Pasar Regular, Tunai, Negosiasi Saham Bagian III. [Belum diterbitkan. Mohon berkunjung kembali.]






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
 

Thursday, July 12, 2012

Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa Saham Indonesia, Bagian I

Karena hampir semua transaksi jual-beli saham dilakukan di Pasar Regular, banyak pemain sahambahkan yang sudah puluhan tahun berkecimpung di bursamengira hanya ada satu jenis pasar di Bursa Efek Indonesia.

Tidak begitu.

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dilakukan di dua jenis pasar: Pasar Regular dan Pasar Non-regular. Pasar Non-regular terbagi lagi menjadi Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi.

Pada pos ini saya akan membahas fungsi, tata laksana, dan cara penyelesaian transaksi ("settlement") di Pasar Regular, Pasar Tunai, dan Pasar Negosiasi dari kaca-mata pemain saham.


Pasar Regular

Pasar Regular adalah pasar utama di mana para pemain saham bertransaksi. Kalau anda bertransaksi dengan online-trading dan memasukkan order beli ("bid") dan order jual ("offer"), secara "default" order tersebut adalah order di Pasar Regular. (Kalau anda belum mengerti tentang istilah "Bid" dan "Offer" silahkan baca dulu pos "Istilah 'Bid' dan 'Offer' Ketika Bermain Saham.")

Figure 1. Pilihan Jenis Pasar Dalam Transaksi Saham

Pada tampilan Buy Order eTrading di atas yang saya tandai oval merah, anda bisa lihat bahwa "Mkt" (Pasar) secara default adalah "Regular Board" atau Pasar Regular. Kalau pada sistem online-trading yang anda pakai tidak ada pilihan "Market," berarti secara "default" anda hanya bisa bertransaksi di Pasar Regular.

Hal lain yang harus anda ketahui: Order jual dan order beli di Pasar Regular HARUS dalam satuan lot, di mana satu lot (untuk sekarang ini) sama dengan 500 lembar saham*. Order beli atau jual untuk saham kurang dari satu lotyang biasa disebut "odd lottidak bisa dilakukan di Pasar Regular. Untuk mengetahui arti istilah "lot" dan "odd lot" silahkan baca pos "Arti Istilah 'Lot' dan 'Odd Lot' di Bursa Efek Indonesia."

[* Mulai 06 Januari 2014, 1 lot berubah menjadi 100 lembar saham. Silahkan baca pos "Dampak Perubahan Satuan Lot dan Fraksi Harga Saham."]

Pada tampilan Buy Order eTrading di atas, anda bisa lihat pada harga Bid 440 untuk Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM), "B Vol" (Bid Volume) adalah 58.176 lot, bukan lembar.


Settlement Pasar Regular

Settlementalias penyelesaian transaksiPasar Regular adalah pada hari T+3. Saya tidak tahu pasti "T" ini singkatan dari apa, tapi terkaan saya "T" ini adalah kependekan dari "Transaksi."

Apa arti T+3 ini?

Artinya, TIGA hari kerja bursa setelah transaksi (T+3) uang pembayaran DAN saham berpindah tangan.

Ada sebagian pemain saham yang salah kaprah, yang mengira bahwa saham langsung didapat pada T+0 sedangkan pembayaran dilakukan di T+3. Tidak begitu.

Lebih jelasnya, kalau anda membeli saham sejumlah Rp 10 juta pada hari ini (hari T+0), anda harus membayar Rp 10 juta ini tiga hari kerja bursa kemudian (T+3). Pada hari T+3 tersebut, saham yang anda beli masuk ke rekening anda.

Kalau anda bukannya membeli tetapi menjual saham sejumlah Rp 5 juta pada hari ini (T+0), uang hasil penjualan ini akan masuk ke rekening anda pada hari T+3. Pada hari T+3 ini juga saham yang anda jual akan didebit dari rekening anda.

Kalau anda membeli dan menjual saham pada hari yang sama, bagaimana penyelesaian transaksinya?

Mau tahu jawabannya? Klik di sini untuk lanjut baca "Pasar Regular, Tunai, Negosiasi Bursa Saham Indonesia, Bagian II."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
 

Saturday, June 23, 2012

Arti Istilah "Right Issue" di Bursa Saham Indonesia, Bagian I

(Catatan: Pos ini dikutip TANPA IZIN oleh Ellen May di cetakan pertama buku Smart Trader, Rich Investor, The Baby Steps. Silahkan baca pos "Ellen May dan Penerbit Berjanji Mencantumkan Sumber Kutipan Pada Buku Cetakan Berikutnya dan bandingkan isi buku tersebut dengan pos ini.)


"Right issue" adalah aksi korporasi yang dalam bahasa Indonesia disebut Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Apa sebenarnya "right issue" ini , bagaimana ikut serta "right issue" dan apa pengaruhnya bagi pemain saham?


Apa Itu "Right Issue"

Kata "right" pada "right issue" adalah bahasa Inggris yang artinya adalah "hak," bukan "right" yang berarti "kanan" bukan juga "right," yang artinya "benar, betul." "Issue" artinya "menerbitkan." Jadi kalau diterjemahkan kata per kata dari bahasa Inggris, "right issue" artinya "menerbitkan hak."

Pertanyaan selanjutnya: siapa yang menerbitkan "right"? Hak apa yang diterbitkan? Siapa yang berhak mendapat "right"? Mengapa "right issue"? Apa dampaknya?


Siapa Yang Menerbitkan "Right"

"Right" diterbitkan oleh perusahaan setelah mendapat persetujuan dari mayoritas pemegang saham. Artinya, "right issue" adalah aksi yang dipilih dilakukan oleh pemegang saham mayoritas. Kalau anda adalah pemegang saham jumlah kecil, anda mau tidak mau harus ikut keputusan mayoritas pemegang saham.


Hak Apa Yang Diterbitkan

Yang diterbitkan adalah hak ("right") memesan saham baru yang akan dijual oleh perusahaan. Yang boleh membeli saham baru ini adalah orang-orang yang memiliki "right." Tidak punya right, tidak bisa beli saham baru.

Dengan kata lain, yang boleh membeli saham baru (menyetor modal tambahan) adalah pemegang saham lama. Kalau anda bukan pemegang saham, anda tidak boleh ikut beli saham baru.

Coba anda bandingkan "right issue" dengan "IPO" dengan membaca pos "Arti Istilah 'IPO' di Bursa Saham."


Siapa yang Berhak Mendapat "Right" 

Yang mendapat "right" adalah pemegang saham yang memiliki saham sampai hari EX "right issue." (Untuk mengerti istilah "ex, " silahkan klik dan baca pos "Arti Istilah 'Cum' dan 'Ex' Dividen.") Persentase "right" yang mereka miliki adalah sama dengan persentase kepemilikan saham mereka pada perusahaan.


Mengapa "Right Issue"

Tujuan "right issue" adalah menambah modal perusahaan. Mengapa perlu menambah modal perusahaan? Mari kita lihat ilustrasi berikut.

Aletta dan Mirnia pada tahun 2010 masing-masing menyetor modal sebesar Rp 50 juta (total Rp 100 juta) untuk berkongsi berdagang pakaian wanita di pasar Cengkareng. Dalam dua tahun ini, toko mereka padat dikunjungi pembeli. Sukses toko ini mendorong Aletta dan Mirnia untuk membuka toko kedua di pasar Bojong.

Masalahnya, untuk membuka toko di Bojong ini mereka butuh modal Rp 100 juta, sedangkan kas perusahaan (dari laba yang didapat selama dua tahun ini) cuma ada Rp 40 juta. Artinya, mereka butuh suntikan modal Rp 60 juta. Kalau dilakukan di bursa saham, proses suntikan modal inilah yang disebut "right issue."


Dampak "Right Issue"

"Right Issue" berdampak pada PERSENTASE kepemilikan saham.

Perhatikan: pada tahun 2010 Aletta dan Mirnia masing-masing memiliki 50% saham pada toko mereka. Kepemilikan 50% ini memberi mereka "hak memesan" 50% saham baru yang akan mereka terbitkan.

Dalam konsep "right issue" besarnya hak memesan saham baru adalah sama dengan PERSENTASE kepemilikan pada saat itu. Kalau memiliki 50% saham berarti berhak membeli sampai dengan 50% saham baru; kalau memiliki 10% saham berarti berhak membeli sampai dengan 10% saham baru.

Pada contoh di atas, Aletta dan Mirnia masing-masing berhak memesan sampai dengan 50% saham baru (50% dari Rp 60 juta = @ Rp 30 juta). Kalau mereka masing-masing menyetor Rp 30 juta, kepemilikan saham mereka dalam struktur baru tetaplah sama.

Satu hal yang sangat penting: Pemegang saham lama mempunyai "hak memesan" saham baru tapi ini adalah hak, bukan kewajiban. Artinya mereka boleh saja TIDAK menggunakan hak mereka.

Jadi misalnya Mirnia hanya mau menyetor Rp 10 juta dan memberikan hak yang tidak ia gunakan ke Aletta. Ini berarti Aletta menyetor Rp 30 juta haknya dan Rp 20 juta dari hak yang dialihkan Mirnia, total Rp 50 juta. Ini berarti Mirnia melepaskan sebagian haknya yang menyebabkan PERSENTASE kepimilikannya mengecil.

Figure 1. Persentase Kepemilikan Sebelum dan Sesudah Right Issue

Karena tidak menggunakan "hak memesan" sepenuhnya, Mirnia yang semulanya memiliki 50% saham, setelah "right issue" hanya memiliki 37.5% saham.
 
Ilustrasi di atas adalah contoh "right issue" ketika pemegang saham hanya dua orang. Di bursa saham, pemegang saham jumlahnya ribuan atau lebih. Tapi konsepnya sama. Kalau anda menggunakan semua "hak memesan" anda, persentase kepemilikan saham anda tetap sama. Kalau anda tidak menggunakan semua "hak memesan" anda, persentase kepemilikan saham anda akan terdilusi/mengecil.

Sekarang anda sudah tahu apa itu "right issue," mengapa "right issue" dilakukan, dan dampaknya bagi pemilik modal. Tapi bagaimana cara main "right issue" di Bursa Saham Indonesia? Silahkan lanjut baca ke pos "Arti 'Right Issue' di Bursa Saham Indonesia, Bagian II." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]

Figure 2. Buku Ellen May Smart Trader Rich Investor Jiplak Blog Terus Belajar: Main Saham
 
Figure 3. Buku Ellen May Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps Jiplak Blog Terus Belajar: Main Saham







Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, June 9, 2012

Saham yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal

Ketika anda "shopping" apa yang anda cari? Anda mencari "good deal"; anda mencari diskon; anda mencari produk yang sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha mencari produk yang harganya lebih murah dari biasanya. Makin murah makin baik.

Tidak heran kalau mayoritas pemain saham melakukan hal yang sama ketika membeli saham: mereka mencari saham yang "murah," saham yang memberi diskon dari harga normal. Dengan kata lain, mereka hanya tertarik membeli saham yang harganya turun. Makin dalam turunnya, makin murah. Makin murah, makin menarik untuk dibeli.

Tapi membeli saham yang murah, yang anjlok dalam, bertolak belakang dengan Prinsip Ketiga analisa teknikal yang bunyinya "Sebelum anda percaya analisa teknikal, anda harus terlebih dulu percaya pada dalil momentum." [Untuk jelasnya, silahkan baca pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I & II".]

Mengapa?

Dalil momentum menyatakan bahwa apa yang sedang turun cenderung melanjutkan momentum turunnya; apa yang sudah murah biasanya menjadi lebih murah lagi.

Coba anda cerna. Satu-satunya tujuan anda membeli saham adalah untuk mendapat untung. Artinya anda berharap untuk menjual saham tersebut di harga lebih tinggi. Tapi menurut dalil momentum, saham yang sudah "murah" cenderung akan tambah "murah." Kalau yang murah bertambah murah, harapan menuai untung dari membeli saham "murah" biasanya malah berakhir buntung.

Kalau saham yang sudah "murah" jangan dibeli, saham bagaimana yang layak dibeli?

Menurut analisa teknikal, saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK.

"Nah lho? Gak salah tuh?" sergah anda.

Sama sekali tidak salah. Saya ulangi sekali lagi:

Menurut analisa teknikal, saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK.

Apakah ini berarti anda akan untung setiap kali membeli saham yang sedang naik?

Tidak semudah itu. Teorinya sederhana. Prakteknya rumit.

Perlu anda ingat bahwa saham bergerak naik-turun. Selalu. Tidak ada saham yang naik terus tanpa turun. Tidak ada juga saham yang turun terus tanpa naik.

Sering terjadi setelah anda membeli saham yang sedang naik, saham tersebut berbalik arah turun. Tidakkah hal ini menganulir teori untuk membeli saham yang sedang naik?

Sama sekali tidak.

Dalil momentum tidak menyatakan bahwa saham yang naik akan terus naik tanpa turun. Dalil momentum menyatakan bahwa saham yang sedang naik CENDERUNG akan tetap naik. (Mau tahu definisi saham yang sedang cenderung naik? Silahkan baca pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway.")

Praktek yang sulit adalah menentukan saham mana yang CENDERUNG naik. Itulah sebabnya berbagai ragam analisa teknikal diciptakan untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi intinya tetap satu: Analisa Teknikal merekomendasi beli saham yang sedang naik. Bukan saham yang "murah."

Memang, membeli saham yang naik, apalagi yang sudah naik tinggi, sangat bertentangan dengan sifat manusia yang ingin mendapat diskon. Saya sendiripun pada awalnya tidak percaya. Tapi dari pengalaman main saham belasan tahun, saya lebih sering mendapat laba dari saham yang sedang naik, bukan dari saham yang sudah "murah."

Apakah ini berarti saham "murah" tidak layak dibeli?

Tidak begitu. Memang, analisa teknikal tidak memasukkan saham "murah" dalam daftar layak beli, tapi ada analisa cara lain yang tujuannya mencari saham "murah." Silahkan baca pos "Apa Inti Analisa Fundamental?"








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]