Page List

Sunday, February 27, 2022

Mau Untung Main Saham? Harus Konsisten

Pada tahun 1911, dua orang penjelajah, Amundsen dan Scott, berlomba menjadi orang pertama yang mencapai Kutup Selatan.

Mereka berdua harus berjalan kaki menempuh jarak sekitar 2.300 km dalam suhu teramat dingin dan cuaca buruk dari base camp mereka untuk sampai di Kutub Selatan. Kedua penjelajah itu sama-sama dilengkapi peralatan yang memadai dan didukung tim penjelajah yang berpengalaman.

Hanya saja, Amundsen dan Scott memilih cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama.

Scott memerintahkan timnya untuk maju sejauh mungkin kalau cuaca sedang baik lalu beristirahat pada saat cuaca buruk untuk menghemat tenaga.

Amundsen memerintahkan timnya untuk maju konsisten setiap hari sejauh 20 mil (32 km). Tidak peduli apakah cuaca baik atau buruk. Walaupun cuaca sedang baik dan timnya bisa maju lebih dari 20 mil, Amundsen memerintahkan timnya untuk berhenti dan menyimpan tenaga untuk keesokan harinya.

Tim mana yang sukses terlebih dahulu mencapai Kutub Selatan?

Tim Amundsen.

Mengapa?

Karena mereka KONSISTEN.

(dikutip dan diterjemahkan dari newsletter Marc and Angel)

 

---###$$$###---

 

Perlu saya tekankan kembali bahwa melakukan sesuatu secara KONSISTEN tidak menjamin anda pasti untung main saham.

Kalau anda sudah konsisten tapi masih rugi, berarti ada yang salah dengan cara yang anda lakukan. Analisa dan perbaiki.

Kalau anda konsisten beli saham turun tapi rugi (masih turun lagi), coba analisa apakah anda belinya terlalu cepat. Mungkin anda harus lebih sabar menunggu sampai saham sudah tidak turun, baru deh dibeli.

Kalau anda konsisten beli saham naik tapi rugi (setelah dibeli saham turun), coba analisa apakah anda belinya terlalu lambat. Mungkin anda harus beli lebih cepat. Atau kalau tidak beli lebih cepat, belilah setelah saham naik tersebut turun (retrace).

Dengan main saham dengan cara konsisten, anda bisa memperbaiki cara yang rugi dan melanjutkan cara yang untung.

 

 

Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2022 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 


16 comments:

  1. Wah akhirnya ada artikel baru yg bpk terbitkan ya pak. Doa n harapan sy bpk terus semangat utk berbagi ilmu kpd kami para junior nya, meskipun sepertinya saat ini tdk sebanyak dulu lg yg mengikuti dan rajin bertanya dan komentar. Tapi sy jamin sy ttp setia selalu menunggu artikel baru dr bpk dgn menyempatkan diri utk sehari sekali cek blok bpk. Terutama krn sejak 5 bulan lalu keadaan sy 'terpaksa' mjd full time trader sbg salah satu usaha mengais rejeki, dan bpk adalah salah satu panutan sy dlm trading saham.

    Terkait dgn perihal diatas, sy sedikit salah menebak tim yg akan berhasil mencapai kutub selatan, krn sy pikir kaitannya dgn badai saham akibat perang Rusia Ukraina bpk akan mengingatkan utk tau kpn hrs 'beristirahat' dan menarik diri bila mmg kondisi kurang mendukung.

    Yg ingin sy tanyakan,

    1. Apakah di semua kondisi kt sebaiknya ttp disiplin trading jual (CL) dan membeli lagi tanpa melakukan adjustment meskipun kondisi sdg badai. Ataukah ttp ada kondisi dimana sebaiknya beristirahat ya pak?

    2. Diatas disebutkan bila sdh benar membeli saham naik tp msh rugi sebaiknya dipertimbangkan utk masuk nya mungkin sdh terlambat. Apa bs minta penjelasan lebih detil ya pak terkait dgn hal tsb?

    Sebelumnya sy ucapkan bny terimakasih atas jawabannya.

    Salam, RN

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear RN,

      1. Saya tetap KONSISTEN trading walaupun badai saham turun sedang datang.

      Tapi...

      Position size trading saya perkecil sehingga kalaupun rugi, ruginya tidak membawa petaka.

      Mohon diingat: saat kondisi bursa baik (apalagi buruk), kita bisa rugi kalau salah posisi. Kebalikannya: Saat kondisi bursa buruk, kita bisa untung kalau beraksi pada saat yang tepat.

      Tapi, jauh lebih mudah mendapat untung saat kondisi bursa baik daripada saah kondisi bursa buruk.


      2. Saya sering membeli saham naik ketika naiknya sudah cukup banyak (overbought). Setelah saya beli, saham tersebut turun.

      Menghadapai saham seperti ini, ada 2 solusi di masa depan:

      a. Beli ketika saham baru naik sedikit, walaupun tanda-tanda analisa teknikalnya belum jelas. Resikonya: setelah anda beli, saham tidak naik (atau bahkan turun).

      b. Cara lebih baik adalah: tunggu saham naik tersebut turun (retrace). Selama turunnya tidak sebanyak naiknya, dan selama volume transaksi saat turun (jauh) lebih kecil dari volume transaksi saat naik, kemungkinan besar saham tersebut akan naik lagi.

      Melakukan cara poin b jauh lebih mudah daripada cara poin a karena tanda-tanda teknikalnya lebih jelas.

      Yang sulit adalah mengontrol FOMO (Fear of Missing OUT = takut ketinggalan).


      Mungkin suatu saat saya akan menulis pos tersendiri tentang poin nomor 2 ini.

      Delete
  2. Trmksh insight nya pak, sangat bermanfaat utk sy. Sy berdoa semoga artikel pembahasan ttg point 2 diatas segera bs terbit pak

    ReplyDelete
  3. Selamat pagi pak, sekali lagi saya lagi yg ingin belajar. Terutama termotivasi utk mengembalikan ongkos belajar sy yg mencapai 20% dr modal dlm waktu 2 tahun ini.

    Pak sy pernah baca di artikel bpk ada sempat disinggung istilah gerak naik saham, uptrend, uptrend kuat dan kaitan nya dgn volume serta jangka waktu trading. Kira2 apa perbedaan nya ya pak? Dan bgmn cara utk bs menemukan suatu uptrend yg kuat alih2 hanya sekedar uptrend biasa yg sering memakan korban dan salah satu diantaranya adalah saya..

    Salam RN

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uptrend adalah serangkaian higher high dan higher low.

      Uptrend akan lebih kuat kalau trend bingkai waktu lebih panjang adalah uptrend.

      Artinya: kalau di chart Monthly uptrend, berarti di Weekly dan Daily uptrend tersebut lebih kuat.

      Masalahnya: kalau di Monthly sudah uptrend, kemungkinan besar saham sudah naik jauh dari titik low. Kondisi ini biasanya membuat orang takut untuk membeli saham tersebut.

      Masalah juga: setelah yakin suatu saham uptrend, langkah (sulit) berikutnya adalah menentukan beli DI HARGA BERAPA. Beli sekarang? Beli nanti kalau turun? Turun berapa banyak?

      Delete
  4. Terimakasih jawabannya pak.

    Ada yg ingin sy tanyakan lg boleh ya pak:
    1. Diatas bpk ada sebutkan mengenai titik low. Ini yg dimaksud apakah titik low candle monthly nya, titik low sideways nya, atau titik low harga saham tsb selama kurun waktu tertentu kebelakang ato spt spt ya pak?

    2. Di artikel2 lama bpk bbrp tahun yll bpk pernah menyebutkan bahwa dlm trading saham bpk menjaga utk cutloss dibawah 2% dan bpk bs dikatakan adlh swinger dgn jangka waktu trading mingguan (klo sy tdk salah sd 3 minggu ya pak?) yg notabene biasanya seorang swinger mengambil support utk CL dgn jarak yg relatif jauh agar tdk mudah terkena whipsaw. Pertanyaan sy bagaimana ya pak caranya utk bs spt itu?

    Demikian terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Titik Low adalah titik low harga saham dalam kurun waktu tertentu. Kalau Low utk hari berarti harga paling rendah pada hari tersebut.

      2. Cut-loss 2% adalah target saya. Sering cut-loss nya lebih dari 2% itu. Tapi bisa saja (tidak mudah, tapi secara teori bisa dilakukan) cut-loss cuma 2% tapi tidak kena whipsaw.

      Contohnya?

      Setelah anda beli, saham tersebut naik.

      Contoh: Anda beli saham BBYB di 2.000. Cut-loss 2% adalah di 1960. Tapi kalau setelah dibeli BBYB naik ke 2100, cut-loss di 1960 menjadi lebih jauh dan kemungkinan bisa mencegah kena whipsaw.

      Jadi, intinya adalah berusaha mencari saham yang setelah kita beli, langsung naik.

      Delete
  5. Ijin bertanya lg ya pak, sy pernah membaca komentar bpk di blog pak billythepips mengenai pendapat pak billy bahwa "seorang trader yg sdh menemukan cara utk konsisten profit tdk ada alasan lg utk merubah2 metode trading" dan saat itu bpk menjawab pendapat tsb dgn 99% setuju.

    Pertanyaan sy, mengapa 99% ya pak? Apa yg 1% nya?

    Bukankah bpk sendiri pernah menulis artikel yg intinya jika ingin jd trader sukses sebaiknya konsisten dgn 1 cara saja. Apapun itu caranya. Jgn mudah berubah tp cukup berikan perbaikan. Bila dlm jangka waktu panjang dan bny perbaikan belum jg berhasil maka baru silahkan berganti metode.

    Mohon pencerahannya.

    Salam, RN

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya (hampir) tidak pernah 100% setuju dengan sesuatu. Maximum adalah 99%. Itupun jarang.

      Kalau anda sering membaca tulisan saya, ketika saya merasa sesuatu mungkin atau tidak mungkin, saya tidak pernah yakin 100%. Yang saya tulis adalah (hampir) pasti atau (hampir) tidak mungkin.

      Dari pengalaman saya, orang yang yakin 100% biasanya belum memikirkan hal tersebut dari semua sisi.

      Dari pengalaman juga, saya sering sok yakin 100% akan sesuatu tapi akhirnya terbukti bahwa saya salah.

      Tentang konsisten kalau sudah bisa untung, apakah harus 100% konsisten dan tidak pernah berubah?

      Konsisten tidak berarti tidak boleh berubah. Kalau sudah bisa konsisten untung, tidak berarti tidak bisa diperbaiki agar menjadi lebih baik lagi.

      Delete
  6. Noted pak terimakasih sharingnya.

    Mohon sharing pengalaman pak, berdasarkan yg sy rasakan sejak akhir bulan Feb kemarin sd saat ini rasanya kok spt ada yg sedikit berbeda ya pak? Seringkali metode yg biasa sy pakai dan cukup bagus reliabilitas nya selama 1 tahun terakhir mjd false breakout dan yg sdh breakout pun bny yg patah ditengah jalan. Mohon sharingnya apakah bpk jg merasakan demikian atau hny perasaan sy saja. Bila mmg yg bpk rasakan sama maka ada baiknya sy yg masih newbie ini bs mempersiapkan diri sedini mungkin utk semua kemungkinan terburuk

    Demikian terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya, (hampir) tidak ada yang abadi di dunia ini.

      Begitu juga dengan metode trading.

      Apa yang "works" saat ini, belum tentu akan "works" tahun depan.

      Jadi, kalau metode anda yang tahun lalu cukup akurat, dan sekarang menjadi tidak seakurat dulu, itu hal yang lazim.

      Coba di-update dan disesuaikan (sehingga menjadi akurat lagi).

      Delete
  7. Siap trmksh pak jawaban dr bpk sangat mencerahkan

    ReplyDelete
  8. Malam pak iyan.

    Mohon saran2 nya ya pak, bbrp waktu ini sy mempelajari bahwa sepertinya lebih aman bila dlm membeli saham masuk sejak awal uptrend sehingga harga relatif 'lebih bawah'. Tapi setelah sy coba ternyata di metode mencari awal uptrend yg sy pakai banyak false signal, bahkan scr prosentase keberhasilan hanya sekitar 30% sisanya false.

    Mohon info dan saran pak bgmn sebaiknya agar kt bs mengurangi frekuensi false signal ya pak.

    Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Membeli saham yang, sepertinya, baru akan mulai uptrend terkesan lebih aman. Padahal TIDAK.

      Mengapa?

      Seperti pengalaman anda, BANYAK FALSE SIGNAL pada saat kita berusaha menebak awal uptrend.

      Artinya?

      SULIT menentukan AWAL uptrend.

      Lebih mudah menebak uptrend kalau uptrend sudah terlihat (lebih) jelas (higher highs and higher lows).

      Artinya?

      Lebih baik membeli di harga LEBIH TINGGI saat uptrend sudah confirm daripada membeli di harga lebih rendah tapi uptrend belum confirm.

      Delete
  9. Terimakasih pencerahan nya pak. Ijin bertanya lg ya pak, diatas bpk menyarankan utk beli saham yg sudah confirmed uptrend dan bukan saham yg baru awal uptrend. Tapi masalahnya bbrp kali sy alami saham yg sdh confirmed uptrend tsb ternyata kenaikan nya hanya singkat dan lantas berbalik arah.

    Apa sekiranya ada masukan ya pak utk mengatasi hal tsb? Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau saham naik hanya singkat lantas berbalik arah, itu namanya BELUM UPTREND.

      Uptrend artinya Higher Highs dan Higher Lows.

      Jadi, walaupun turun, turunnya lebih sedikit dari naiknya (Higher Low).

      Coba anda telaah lagi indikator Uptrend anda. Mungkin ada yang kurang tepat dalam penafsiran.

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.