Page List

Tuesday, December 26, 2017

Analisa Teknikal Bukan Hanya Untuk Saham

Di pos "Belajar Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental?" saya menyarankan anda—yang bingung memilih antara Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental—untuk memilih Analisa Teknikal. Di pos tersebut saya memberikan beberapa alasan mengapa Analisa Teknikal, menurut saya, lebih unggul daripada Analisa Fundamental.

Nah, di pos ini saya akan memaparkan 1 lagi keunggulan Analisa Teknikal dibandingkan Analisa Fundamental.


---###$$$###---


Kalau anda mengikuti berita finansial di tahun 2017 ini, kemungkinan besar anda pernah membaca, mendengar, menonton berita tentang Bitcoin. Terutama tentang harga Bitcoin di bulan Januari 2017 sekitar USD 1,000 dan di bulan Desember hampir mencapai USD 20,000.



Misalkan anda ingin membeli Bitcoin dan sebelum membeli anda ingin menganalisa Bitcoin terlebih dahulu. Analisa apa yang bisa anda pakai? Analisa Fundamental? Atau Analisa Teknikal?


Bisakah Bitcoin dianalisa dengan Analisa Fundamental?

Bitcoin bukan perusahaan.

Bitcoin tidak memproduksi barang/jasa apapun.

Bitcoin tidak ada earning/penghasilan.

Bitcoin tidak punya asset.

Bitcoin bukan sumber daya alam yang harus ditambang/ditanam (dengan modal besar).

Bitcoin adalah uang elektronik (crypto currency) yang bisa diproduksi siapapun yang bersedia menyediakan computer power.

Berdasarkan fakta di atas, bisa disimpulkan bahwa tidak ada cara secara fundamental untuk menilai Bitcoin, untuk menilai apakah Bitcoin murah atau mahal.

Dengan kata lain, Bitcoin TIDAK BISA dianalisa dengan Analisa Fundamental.


Kalau begitu, bisakah Bitcoin dianalisa dengan Analisa Teknikal?

Bitcoin ada data harganya.

Bitcoin ada data volumenya.

Yang diperlukan untuk melakukan Analisa Teknikal adalah data harga (dan volume).

Jadi, Bitcoin BISA dianalisa dengan Analisa Teknikal.

[Catatan: BISA dianalisa dengan Analisa Teknikal TIDAK BERARTI bahwa analisa anda pasti benar dan menguntungkan.]


---###$$$###---


Nah, diskusi Bitcoin di atas menunjukkan bahwa Analisa Teknikal lebih versatile (serbaguna) dibandingkan Analisa Fundamental.

Dengan Analisa Teknikal anda bisa menebak apakah harga Bitcoin cenderung naik, cenderung turun, atau cenderung tidak-naik-tidak-turun. Dengan Analisa Teknikal, anda tidak perlu tahu apakah nilai Bitcoin (atau saham) masih murah atau sudah mahal. Kalau menurut anda harga cenderung naik, beli; kalau harga turun ke titik cut-loss (atau take profit), jual.

Simpel.

Itulah salah satu alasan mengapa saya sudah lama meninggalkan Analisa Fundamental dan mendalami Analisa Teknikal.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, December 9, 2017

Buku Pertama Belajar Analisa Teknikal

Di pos "Belajar Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental?" saya menyarankan anda (yang bingung memilih belajar Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental) untuk memilih belajar mendalam Analisa Teknikal.

Misalkan anda berniat belajar mendalam Analisa Teknikal. Bagaimana caranya?

Di pos "Cara Terbaik Belajar Main Saham" saya menyatakan bahwa cara terbaik belajar main saham adalah dengan membaca buku main saham yang ditulis penulis berkualitas.

Nah, kalau anda serius ingin belajar Analisa Teknikal, saran saya untuk anda adalah: beli (hard copy/buku cetak) dan baca buku Technical Analysis of the Financial Market yang ditulis John J. Murphy.

Figure 1. Sampul Depan Buku John J. Murphy Technical Analysis of the Financial Markets


Mengapa buku Technical Analysis of the Financial Market?

Karena buku ini membahas Analisa Teknikal dari dasar sehingga pembahasannya (relatif) mudah dimengerti oleh orang yang baru belajar Analisa Teknikal.


Mengapa harus beli hard copy? Bukankah e-book juga sama?

Ada beberapa alasan:

1. Belajar Analisa Teknikal berarti banyak melihat grafik. Melihat grafik berarti anda harus membolak-balik buku ke halaman grafik tersebut berada. Kalau anda pernah melakukan hal ini dengan hard-copy (buku cetak) dan e-book (buku elektronik), anda tahu bahwa membolak-balik halaman di e-book tidak semudah dan senyaman di buku cetak.


2. Ilmu yang anda dapat adalah sebanding dengan "biaya" yang anda keluarkan. Tebakan saya, alasan utama anda-anda yang memilih e-book adalah karena anda berniat mencari dan men-download GRATIS buku tersebut. (Kalau anda bersedia membayar harga e-book resmi, sebaiknya anda beli hard copy saja.)

Kalau anda download GRATIS, saya rasa anda akan TIDAK atau KURANG menghargai buku tersebut karena "biaya" yang anda keluarkan (hampir) nihil. Karena anda kurang menghargai buku tersebut, ilmu yang anda dapatkan akan sesuai dengan "biaya" yang anda bayar. Artinya, karena anda tidak bayar apa-apa, ilmu yang anda dapatkan juga tidak banyak.

Tambahan lagi, kalau anda download GRATIS, kemungkinan besar anda tidak akan membaca buku tersebut. Coba tanyakan pada diri anda sendiri, berapa banyak buku yang anda download gratis tapi tidak pernah anda buka 1 halaman-pun?


---###$$$###---


Jadi, kalau anda SERIUS ingin belajar Analisa Teknikal, beli hard-copy buku Technical Analysis of The Financial Market dan baca dari halaman pertama sampai halaman terakhir.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, November 18, 2017

Belajar Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental?

Di pos "Belajar Apa Dulu: Analisa Fundamental atau Analisa Teknikal?" saya menganjurkan anda untuk mempelajari "kulit" kedua analisa tersebut lalu menentukan sendiri mana yang lebih cocok dengan karakter dan kemauan anda.

Tapi misalkan anda sudah mencoba Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal tapi tetap masih bingung mau mendalami yang mana. Sebaiknya pilih yang mana: Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental?

Figure 1. Pilih Belajar Analisa Fundamental atau Teknikal?

Saran saya: pilih belajar mendalam Analisa Teknikal.

Mengapa?

Pertanyaan tersebut akan terjawab kalau anda tahu apa sebabnya saya sepenuhnya meninggalkan Analisa Fundamental dan beralih ke Analisa Teknikal.

Mari saya ceritakan.

---###$$$###---

Di halaman "About" tertulis bahwa saya mulai serius main saham pada tahun 1997 sebagai investor jangka menengah yang mementingkan Analisa Fundamental. Karena gagal total, saya beralih menjadi pedagang saham purna-waktu (full-time trader) sejak tahun 2003 dan lebih mementingkan Analisa Teknikal.

Perlu saya tekankan di sini bahwa—menurut saya—pada tahun 1997 kemampuan Analisa Fundamental saya sudah di atas rata-rata pemain saham pada umumnya. Artinya, saya sudah tahu cukup banyak tentang Analisa Fundamental. Tapi toh tetap saja saya rugi. Besar.

Saat itu saya menyimpulkan bahwa kerugian yang saya derita dari mencoba Analisa Fundamental (kemungkinan besar) BUKAN karena analisanya yang salah. Tapi karena faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi makro (tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter), karakter saya, dan lain-lain.

Karena bosan merugi terus, saya mulai mencoba Analisa Teknikal.

Nah, ketika saya mulai belajar Analisa Teknikal pada tahun 2000an awal, kemampuan Analisa Teknikal saya (relatif) sangat minim. Tapi anehnya kerugian saya saat itu justru jauh lebih kecil dibandingkan ketika saya main saham memakai Analisa Fundamental yang sudah saya dalami bertahun-tahun.

Tahu banyak Analisa Fundamental, rugi besar. Tahu sedikit Analisa Teknikal, rugi kecil.

Kalau anda adalah saya pada saat itu, anda pilih mana: terus memperdalam belajar Analisa Fundamental (dan terus rugi entah sampai kapan) atau mulai mendalami Analisa Teknikal (dengan harapan rugi kecil segera berubah menjadi untung)?

Itulah alasan pertama mengapa saya beralih dari Analisa Fundamental ke Analisa Teknikal.

Nah, dari pengalaman di atas saya menyimpulkan bahwa mendalami Analisa Teknikal (relatif) lebih menguntungkan daripada Analisa Fundamental.
 
Dan itulah alasannya mengapa saya menyarankan anda (yang bingung memilih antara Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal) untuk memilih Analisa Teknikal: Analisa Teknikal lebih cepat memberi hasil (untung) dibandingkan Analisa Fundamental.

Kalau anda masih ragu, saya tambahkan beberapa lagi keunggulan Analisa Teknikal:
  1. Analisa Teknikal lebih mudah dipelajari dibandingkan Analisa Fundamental.
  2. Analisa Teknikal bisa untuk trading jangka pendek, investasi jangka menengah, investasi jangka panjang sedangkan Analisa Fundamental hanya untuk investasi jangka panjang.
  3. Menggunakan Analisa Teknikal anda bisa memutuskan dalam hitungan menit untuk buy, sell, or hold suatu saham. Menggunakan Analisa Fundamental anda harus menghabiskan waktu berpuluh-puluh jam menelusuri laporan keuangan, rekomendasi broker, company report, dan lain-lain.

Masih banyak alasan lain mengapa Analisa Teknikal—menurut saya— lebih unggul daripada Analisa Fundamental. Silahkan lanjut baca ke pos "Keunggulan Analisa Teknikal vs. Analisa Fundamental." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]





Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, October 28, 2017

Tanggapan Pilih Mana: Investasi Saham Jangka Panjang atau Trading Saham Jangka Pendek?

Di bulan Maret 2016 di pos "Pilih Mana: Investasi Saham Jangka Panjang atau Trading Saham Jangka Pendek" saya bertanya kepada pembaca blog ini:

Pilih Mana:

1. Investasi saham jangka panjang (tahunan)
2. Investasi saham jangka bulanan
3. Trading saham jangka mingguan
4. Trading saham jangka harian
5. Tidak masalah investasi jangka tahunan, bulanan, ataupun trading jangka mingguan, harian. Yang penting untung.

Figure 1. Investasi Saham Jangka Panjang atau Trading Saham Jangka Pendek?

Terima kasih untuk anda yang sudah memilih dan meninggalkan komentar.

Yang mana adalah pilihan terbaik?

Yuk kita bahas.

---###$$$###---

Menurut saya, kalau pengalaman main saham anda lebih dari 5 tahun, pilihan yang terbaik adalah Nomor 5: Yang penting untung.

Tapi kalau pengalaman main saham anda kurang dari 5 tahun, pilihan yang terbaik adalah Nomor 5: Tidak masalah investasi jangka tahunan, bulanan ataupun trading jangka mingguan, harian.

Lho? Bukankah sama-sama Nomor 5?

Betul. Tak peduli berapa tahun pengalaman anda main saham, pilihan yang terbaik—menurut saya—adalah Nomor 5. Hanya saja, penekanannya yang berbeda.

Untuk anda yang sudah main saham lebih dari 5 tahun, saya asumsikan anda sudah—sedikit banyak—tahu bingkai waktu main saham yang cocok dengan karakter anda. Mungkin anda fokus dengan swing trading mingguan. Tapi anda juga tidak menutup kemungkinan untuk bereksperimen dengan bingkai waktu yang lain. Yang Penting Untung.

Masalahnya sedikit berbeda untuk anda yang pengalaman main sahamnya kurang dari 5 tahun.

Di pos "Target Laba Main Saham" sudah saya tulis bahwa target pemula main saham bukanlah untuk mencari untung tapi untuk tidak rugi terlalu banyak.

Jadi, kalau pengalaman main saham anda kurang dari 5 tahun, sebaiknya fokus anda bukan pada bagian "Yang penting untung" tapi pada "Tidak masalah investasi jangka tahunan, bulanan, ataupun trading jangka mingguan, harian."

Mengapa?

Ketika anda mulai main saham, hampir pasti anda main saham berdasarkan pandangan orang lain. Maksud saya, kemungkinan besar anda terjun main saham karena MEMBACA, MENDENGAR, MENONTON berita tentang pemain saham atau investor sukses di Indonesia ataupun di dunia: Anda ingin kaya seperti mereka dengan bermain saham.

Caranya?

Ikuti cara mereka.

Kalau anda baca/dengar/nonton bahwa si Anu bisa untung 5-10% per bulan dari trading saham jangka harian, anda tertarik untuk trading saham jangka harian.

Kalau anda baca/dengar/nonton bahwa si Itu bisa untung 8-15% per bulan dari trading saham mingguan, anda tertarik untuk trading saham jangka mingguan.

Kalau anda baca/dengar/nonton bahwa Warren Bufftet menjadi investor saham terkaya di dunia dari investasi saham jangka panjang, anda tertarik untuk investasi saham jangka panjang (tahunan).

Masalahnya...

Anda bukan si Anu. Anda bukan si Itu. Dan yang pasti, anda juga bukan Warren Buffet.

Anda adalah anda.

Bingkai waktu yang cocok dan menguntungkan untuk si Anu, Itu, Warren Buffet, BELUM TENTU cocok dan menguntungkan untuk anda.

Jangan salah mengerti. Saya tidak bilang anda jangan mencontoh bingkai waktu si Anu, Itu, atau Warren Buffet. Boleh kok.

Hanya saja, JANGAN LANGSUNG BERKESIMPULAN bingkai waktu mereka adalah bingkai waktu terbaik untuk anda.

Artinya, misalkan anda mulai main saham dengan trading saham harian dan tidak untung. Jangan menutup kemungkinan untuk mencoba trading jangka mingguan atau investasi jangka bulanan.

Misalkan juga anda mulai main saham dengan investasi jangka tahunan. Tapi anda stress melihat portofolio yang naik turun. Nah, jangan menutup kemungkinan untuk beralih ke bingkai waktu yang lebih pendek.

Pesan moral: Silahkan mulai belajar main saham dengan bingkai waktu pilihan (awal) anda. Kalau menguntungkan, lanjutkan. Kalau tidak menguntungkan, silahkan bereksperimen dengan bingkai waktu yang lain.

Dengan kata lain: JANGAN terlalu yakin bahwa pilihan (awal) anda adalah yang terbaik. Buka diri anda bahwa opsi lain BISA JADI lebih baik/cocok untuk anda. 






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, October 7, 2017

Bisakah Konsisten Untung Main Saham Dengan Mengikuti Berita?

Di halaman "Kurikulum," pada tanggal 18 Juni 2016 saudara Erwin Sanz bertanya:

"...sejauh mana pak Iyan mengacuhkan suatu berita/kabar/rumor. Pak Iyan sering berkata bahwa sudah meninggalkan FA (Fundamental Analysis), hanya fokus ke TA (Technical Analysis) dan tidak/jarang membaca berita atau rumor karena percaya bahwa harga sudah mencermikan semuanya.

Pengalaman saya setahun ini ternyata setiap hari kita dibombardir dengan berita (rumor) yang mempengaruhi pergerakan harga (trend) baik yang secara tiba-tiba ataupun perlahan dan (sepertinya) alangkah lebih baik jika kita mampu memanfaatkannya untuk melakukan antisipasi."

Figure 1. Bisakah Konsisten Untung Main Saham Hanya Dari Berita?

Ini pertanyaaan yang sangat baik. Dan saya yakin banyak di antara anda yang juga berpikiran sama dengan saudara Erwin Sanz. Saya pun saat baru mulai main saham juga berpikiran sama dengan saudara Erwin Sanz: kalau saya tahu berita lebih dahulu daripada orang lain, saya bisa untung dari saham.

Dengan pandangan seperti itu, di awal tahun 2000an saya berlangganan (dan membaca) koran lokal: Kompas, Investor Daily, Bisnis Indonesia. Saya juga berlangganan (dan membaca) koran luar negeri: Wall Street Journal, Financial Times, Investor Business Daily.

Saya juga berlangganan (dan membaca dari halaman depan sampai halaman belakang) majalah luar negeri: Fortune, Business Week, Forbes, Far Eastern Economic Review, Inc., Entrepreneur.

Saya juga berlangganan TV berbayar Indovision khusus untuk menonton channel bisnis CNBC (channel CNBC selalu menyala sejak saya masuk kamar tidur sampai saya meninggalkan kamar tidur besok paginya, setiap hari, termasuk weekend.)

Hasilnya: mata sepet, kepala cenut-cenut, capek, kurang tidur, sukar konsentrasi. Tapi main saham tetap rugi (bahkan rugi lebih banyak). 

Nah, itu yang saya lakukan di awal tahun 2000an saat internet masih belum umum dan social media masih belum panas seperti sekarang.

Dengan luasnya jaringan internet dan menjamurnya social media sekarang ini, berita di koran, berita di majalah, atau berita di TV sudah tidak cukup cepat. Via internet anda bisa baca/dengar/nonton berita apa saja, kapan saja secara LIVE (langsung). Untuk mengikuti rumor/gosip, anda bisa nimbrung di newsgroup, forum, chatroom.

Masalahnya—dengan begitu banyaknya berita/informasi/rumor yang ada di internet—kalau anda berusaha mengikuti semua berita saham, saya rasa anda tidak punya energi lagi untuk menganalisa saham. Kalaupun masih tersisa energi, kemungkinan besar anda tidak untung karena analisa saham anda tumpul karena sudah kecapean berlari mengejar gerbong berita.

Nah, jawaban saya ke saudara Erwin Sanz adalah sebagai berikut:

"Sekali lagi saya tegaskan, saya tidak memakai berita untuk membuat keputusan trading.

Belasan tahun lalu, ketika media cetak masih berperan besar menyebarkan berita penting, sudah saya simpulkan bahwa saya TIDAK BISA konsisten untung dengan mengandalkan berita. Apalagi sekarang saat internet dan social media jauh lebih cepat menyebarkan berita daripada media cetak.

Saya tidak bilang anda tidak bisa untung konsisten dengan (mengikuti) berita. Mungkin saja bisa. Tapi saya sangsi.

Kenapa?

Ada beberapa sebab:

1. (Hampir) Tidak mungkin anda SELALU menjadi orang yang pertama mendengar suatu berita.

2. Kalaupun anda bisa selalu pertama mendengar suatu berita dan bereaksi pertama (beli saham atau jual saham), belum tentu reaksi anda benar. Bisa saja anda pikir berita tersebut akan membuat saham naik, tapi kenyataannya malah turun. Atau sebaliknya.

Itulah sebabnya saya sudah lama trading TANPA harus tahu berita.

Biasanya, setelah suatu saham bergerak dan saya bereaksi, barulah saya bertanya ke teman-teman apakah ada berita tentang saham tersebut."


---###$$$###---


Nah, kalau anda sudah bisa untung konsisten dengan membaca/menonton berita di koran, majalah, TV, abaikan apa yang saya tulis di atas. Lanjutkan terus apa yang sudah anda lakukan.

Tapi kalau anda belum untung (atau bahkan rugi) saat main saham berdasarkan berita media, silahkan coba solusi berikut:

Hentikan usaha anda mengejar berita/rumor/gosip.

Belajar Analisa Teknikal untuk mengikuti perGERAKan harga saham.

Kalau harga saham NAIK (ke harga tertentu)—kenaikan harga ini mungkin karena ada berita bagus tentang saham tersebut—BELI.

Kalau harga saham TURUN (ke harga cut-loss)—penurunan harga ini mungkin karena ada berita buruk tentang saham tersebut—JUAL.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

 

Saturday, September 23, 2017

Beli Saham Apa: Contoh Cara Membeli Saham Naik

Di pos "Beli Saham Apa?" saya menganjurkan untuk membeli saham yang naik. Masalahnya, mungkin banyak pembaca yang tidak tahu cara (benar) membeli saham naik. Nah, di pos ini saya akan memberikan contoh Trading Plan membeli saham yang naik.

Figure 1. Beli Saham Naik (terusbelajarsaham.blogspot.com)

Siap?


---###$$$###---

Langkah pertama: pilih angka antara 400 dan 1600.

Sudah?

Misalkan anda memilih angka 729.


Langkah kedua: cari saham yang harganya DEKAT (tapi tidak TERLALU dekat) 729 DAN DI BAWAH 729.

Misalkan saham APEL harganya Rp 750, saham GELI Rp 720, saham FACE Rp 690, saham NETI Rp 650.

Saham APEL tidak boleh anda pilih karena harganya di atas 729.

Saham GELI sebaiknya tidak dipilih karena (relatif) TERLALU dekat dengan 729.

Saham yang layak anda pilih adalah saham FACE dan/atau NETI karena harganya DEKAT (tapi tidak TERLALU dekat) 729 DAN DI BAWAH 729.

Masukkan saham-saham yang memenuhi kriteria ke dalam Daftar Pantau.


Langkah ketiga: BELI saham yang ada di Daftar Pantau KALAU harga saham NAIK di atas angka pilihan anda.

Ingat: anda akan BELI HANYA kalau harga saham NAIK DI ATAS angka pilihan anda. JANGAN BELI kalau harga saham belum naik di atas angka pilihan tersebut.

Misalkan saham NETI naik ke 730. Karena 730 > 729, anda BELI saham NETI di harga 730.

[Catatan: Cara paling mudah melakukan hal ini tanpa harus memantau harga saham terus-menerus (selama jam bursa) adalah dengan menggunakan Automatic Trading yang ada di platform online trading anda. Dengan Automatic Trading anda bisa memasukkan order untuk membeli/menjual kalau harga mencapai harga tertentu.]


Langkah keempat: Setelah membeli saham, tentukan titik cut-loss 6% di bawah harga beli saham.

Karena anda membeli saham NETI di harga 730, dan titik cut-loss adalah 6% di bawah harga beli, artinya anda harus cut-loss kalau harga NETI turun DI BAWAH Rp 686 (730 - (0.06 * 730)).


Langkah kelima: Kalau saham NETI naik, jual kalau harga saham naik 6% dari harga beli.

Karena anda membeli saham NETI di harga 730, dan harga jual adalah 6% di atas harga beli, artinya anda akan menjual NETI kalau harganya naik DI ATAS Rp 774 (730 + (0.06 * 730)).


Langkah keenam: Kalau saham NETI dalam 20 hari kerja bursa tidak turun sampai titik cut-loss tapi juga tidak naik sampai titik jual, anda akan jual NETI di hari ke 21.


Setelah NETI terjual (cut-loss ataupun untung), ulangi proses di atas dari Langkah Pertama.


---###$$$###---

Mohon diingat bahwa Trading Plan di atas adalah CONTOH. Setelah anda mencoba Trading Plan tersebut, silahkan dimodifikasi sesuai kemauan anda.

Coba anda lakukan Trading Plan di atas selama 6-12 bulan. Lalu lihat hasilnya, apakah lebih sering untung atau rugi.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Thursday, September 7, 2017

Beli Saham Apa?

Pertanyaan utama mayoritas pemain saham—apalagi seorang pemula— adalah: "Beli saham apa?"

Figure 1. Beli Saham Apa? (terusbelajarsaham.blogspot.com)

Membahas topik ini bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya adalah membahas berdasarkan pergerakan harga saham: apakah sebaiknya membeli saham yang harganya naik, membeli saham yang harganya turun, atau membeli saham yang harganya tidak-naik-tidak-turun.

Nah, di pos "Pilih Mana: Beli Saham Yang Lagi Naik atau Lagi Turun?" saya menyatakan bahwa membeli saham yang lagi naik tidak salah, membeli saham yang lagi turun juga tidak salah, membeli saham yang tidak-naik-tidak-turun juga sah-sah saja.

Apapun pilihan anda, pilihan anda tidak salah.

Tapi mohon dicamkan bahwa tidak salah tidak serta-merta berarti benar (dan menguntungkan).

Jadi yang lebih benar dan menguntungkan yang mana dong? tanya anda.

Di pos tersebut juga saya tulis bahwa pada awal bermain saham saya memilih membeli saham yang turun yang saya anggap murah. Hasilnya: rugi besar. Kemudian saya beralih haluan memilih membeli saham yang sedang naik. Hasilnya: jauh lebih baik daripada membeli saham yang lagi turun.

Nah, seharusnya cukup jelas bahwa pilihan saya—sampai sekarang—adalah membeli saham yang lagi naik.

Jadi kalau anda bertanya kepada saya "Beli saham apa?," jawaban saya yang lebih spesifik adalah: "Beli saham yang cenderung naik (uptrend)."

Masalahnya, menentukan apakah suatu saham harganya cenderung naik (uptrend) tidak mudah. Yang lebih mudah adalah menentukan apakah suatu saham harganya sedang naik.

Contoh: misalkan harga saham naik dari harga Rp 800 ke 880. Apakah saham tersebut harganya naik? Tentu. Apakah saham tersebut uptrend? Belum tentu.

Karena itu, kalau anda belum bisa menentukan apakah suatu saham sedang uptrend atau tidak, belilah saham yang harganya naik.

Emangnya beli saham yang lagi naik pasti untung? tanya si pemula.

Tentu saja tidak.

Seperti yang sering saya tekankan berulang-ulang, TIDAK ADA YANG PASTI dan ABSOLUT saat bermain saham.

(Mohon diingat juga bahwa membeli saham yang turun, membeli saham yang "murah," membeli saham yang berfundamental baik, juga tidak menjamin anda pasti untung.)

Tapi membeli saham yang naik adalah LANGKAH AWAL untuk belajar membeli saham yang cenderung naik (uptrend).

Tapi kalau setelah saya beli lalu harga saham turun, gimana? tanya anda.

Kok gimana?

Langkah pertama setelah anda membeli saham adalah menentukan titik cut-loss. Kalau harga saham turun sampai ke titik cut-loss, ya anda harus cut-loss.

[Silahkan baca juga pos "Cara Cut Loss Untuk Stop Kerugian Saham" dan "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli."]

Oke, oke, kata anda. Akan saya coba. Tapi caranya gimana dong beli saham yang naik?

Mau tahu contoh Trading Plan Beli saham yang naik? Silahkan lanjut baca ke pos "Beli Saham Apa: Contoh Cara Membeli Saham Naik."






 Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Monday, August 21, 2017

    Koleksi Buku Main Saham Iyan Terus Belajar Saham

    Minggu lalu saya membongkar dan menata ulang lemari buku di ruang kerja.

    Sebagai informasi, buku-buku main/trading/investasi saham yang masih sering saya baca tidak berada di ruang kerja tapi berada di meja samping tempat tidur, di atas meja TV, atau di rak di dalam kamar mandi.

    Buku-buku di lemari buku ruang kerja adalah buku yang belum sempat saya baca lagi.

    Nah, di bagian belakang lemari di situlah terletak buku-buku main saham yang sudah cukup lama tidak  saya sentuh. Supaya tidak lupa keberadaan buku-buku tersebut dan sebelum tertutup (lagi) oleh buku-buku di bagian depan, saya foto saja bagian lemari tersebut.

    Figure 1. Koleksi buku main/trading saham Iyan Terus Belajar Saham

    Dari kiri atas ke bawah lalu ke kanan atas ke bawah:

    1. The Japanese Chart of Charts
    2. The Volatility Edge in Options Trading
    3. The Way of the Warrior-Trader
    4. Stock Indexes Futures & Options
    5. The Laws of Money, The Lesson of Life
    6. Big Trends in Trading
    7. Dynamic Trading Indicators
    8. Swing Trading
    9. Float Analysis
    10. The Vandals' Crown
    11. Rolling Stocks
    12. The Day Traders
    13. Steidlmayer on Markets: Trading with Market Profile
    14. The Visual Investor
    15. Derivatives for Decision Makers
    16. Trade Stock Online
    17. The Nasdaq Trader's Toolkit
    18. Mastering Microcaps
    19. How I Trade For a Living
    20. Day Trade Future Online
    21. Julian Robertson: A Tiger in the Land of Bulls and Bears
    22. Leading on the Edge of Chaos
    23. Single Stock Futures
    24. Protective Options Strategies
    25. Practical Speculation
    26. Dragons & Bulls
    27. The Market is Always Right
    28. Trading Chaos
    29. Advanced Swing Trading
    30. Value Investing in Real Estate
    31. Playing by Different Rules
    32. Financial Shenanigans
    33. Study Guide for Trading For a Living
    34. Trading, Sex & Dying
    35. How the Future Markets Work
    36. How Municipal Bonds Work
    37. How the Bond Market Works
    38. The Alchemy of Finance
    39. Sold Short



    Figure 2. Koleksi buku main/trading saham Iyan Terus Belajar Saham
    40. Martin Zweig's Winning on Wall Street
    41. Thinking Strategically
    42. Learn to Earn
    43. Damn Right!
    44. Warren Buffet
    45. Elliot Wave Principle
    46. If It's Raining in Brazil, Buy Starbucks
    47. How to Make Money in Stocks
    48. Getting Started in Options
    49. Trader's Guide to Technical Analysis
    50. Getting Started in Futures
    51. Getting Started in Trading
    52. Getting Started in Stocks
    53. Getting Started in Technical Analysis
    54. The Dow Theory
    55. Adventure Capitalist
    56. The LEAPS Strategist
    57. The Day Trader: From the Pit to the PC
    58. Ahead of the Market
    59. No Bull: My Life In and Out of the Markets
    60. One Up on Wall Street
    61. Extraordinary Popular Delusions and the Madness of Crowds
    62. The Stock Market Barometer
    63. Reminiscences of a Stock Operator
    64. Stock Market Profits
    65. If You Must Speculate, Learn the Rules
    66. Once in Golconda: A True Drama of Wall Street 1920-1938
    67. Where Are the Customers' Yacht?
    68. Common Stocks and Uncommon Profits
    69. A Complete Guide to the Future Markets
    70. The Encyclopedia of Technical Market Indicators
    71. Market Evaluation and Analysis for Swing Trading
    72. The Profits Magic of Stock Transaction Timing
    73. The Stock Pattersn for Day Trading
    74. Standar & Poor's Stock and Bond Guide 2003 Edition
    75. Morningstar Stocks 500
    76. The Taylor Trading Technique
    77. Winning Market Systems: 83 Ways to Beat the Market
    78. How to Identify High Profit Elliot Wave Trades in Real Time
    79. Exceptional Trading The Mind Game
    80. Charting Commodity Market Price Behavior
    81. The CRB Commodity Yearbook 2003


    Mungkin ada di antara buku-buku tersebut yang menarik perhatian anda?






    Pos-pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Wednesday, August 9, 2017

    Pilih Mana: Untung Sekaligus 240juta atau 12 x 20juta? Tanggapan (Bagian I)

    Sebelum membaca pos ini, silahkan baca dulu pos "Pilih Mana: Untung Sekaligus 240juta atau 12 x 20juta?" dan baca juga semua komentar/pilihan pembaca.

    Di pos "Pilih Mana: Untung Sekaligus 240juta atau 12 x 20juta?" tersebut saya mengajak anda untuk berpikir: kalau bisa memilih untung sekaligus 240juta di akhir tahun, untung sekaligus 240juta di awal tahun, atau untung 20juta setiap bulan selama 12 bulan, anda pilih yang mana?

    Komentar/pilihan yang masuk sampai dengan tanggal 07 Agustus 2017 adalah sebagai berikut:

    20 suara memilih nomor 3
    6   suara memilih monor 1
    1   suara bilang semua sama saja
    Tidak ada yang memilih nomor 2

    Dari hasil di atas terlihat bahwa mayoritas mutlak (> 70%) memilih nomor 3: untung 20juta setiap bulan selama 12 bulan.

    Apakah ini pilihan yang terbaik? Apakah ini pilihan yang benar?

    Mari kita bahas.


    ---###$$$###---


    Perhatikan bahwa kalau melihat HANYA nilai portofolio/modal pada akhir tahun (tanggal 31 Desember tahun tersebut), kondisi pada saat itu adalah SAMA untuk semua opsi pilihan: nilai portofolio anda sama Rp 1.240.000.000.

    Jadi, apa yang berbeda dari ketiga pilihan tersebut?

    Yang berbeda adalah PROSES (perjalanan/journey) anda menuju nilai portofolio Rp 1.240.000.000 tersebut. Dan—yang penting anda ketahui— proses yang berbeda ini membebani psikologis anda dalam kapasitas yang berbeda.

    Lho?

    Mari kita bahas satu per satu.


    Pilihan Nomor 3: Untung 12 x 20 juta 

    Dari ketiga pilihan yang saya berikan, pilihan nomor 3 adalah pilihan dengan beban psikologis paling ringan.

    Artinya, secara psikologis jauh lebih nyaman untung setiap bulan Rp 20 juta daripada untung sekaligus Rp 240 juta di awal tahun ataupun akhir tahun.

    Jadi, tidak heran kalau nomor 3 adalah pilihan mayoritas pemilih.

    Nah, tidak ada yang salah dengan pilihan ini, tapi masalahnya...

    Main saham berbeda dengan bekerja pada pemberi kerja di mana anda konsisten mendapat gaji setiap bulan: dalam bermain saham, keuntungan yang anda dapatkan (cukup banyak) tergantung pada kondisi pasar.

    Masalahnya, pasar tidak selalu kondusif memberikan kesempatan mendapat untung. Memang, ada kalanya pasar memberikan kesempatan mudah untung. Tapi sering juga pasar memberikan kesempatan untuk gampang rugi.

    Dengan kata lain, anda ingin untung konsisten setiap bulan, tapi kondisi pasar tidak selalu memungkinkan.

    Kok bisa begitu?

    Potensi mendapat untung di saham tergantung pada pergerakan harga saham. Dan harga saham biasanya naik/turun BANYAK dalam kurun waktu (relatif) SINGKAT lalu bergerak sideways (tidak-naik-tidak-turun) untuk kurun waktu yang (relatif) lama.

    Artinya, lebih besar kemungkinan anda untung Rp 240juta dalam 3 bulan lalu 9 bulan berikutnya anda tidak untung (atau bahkan rugi) daripada kemungkinan anda konsisten untung Rp 20juta setiap bulan selama 12 bulan.

    Ini tidak berarti bahwa pilihan anda salah. Hanya saja anda perlu tahu dan sadar bahwa secara fakta lapangan, sulit untuk memenuhi harapan untung KONSISTEN setiap bulan berturut-turut selama 12 bulan dalam nilai yang—kurang lebih—sama.

    Lanjut ke pilihan berikutnya.


    Pilihan Nomor 1: Untung Sekaligus Rp 240 juta di Desember

    Saya agak terkejut bahwa sekitar 20% pemilih memilih nomor 1.

    Mengapa?

    Karena secara psikologis, pilihan ini adalah pilihan dengan beban psikologis paling berat.

    [Tebakan saya, pemilih Nomor 1 bukan/belum full-time trader di mana penghasilannya hanya dari bermain saham.]

    Bayangkan kalau anda adalah seorang full-time trader dan hanya mendapatkan penghasilan dari bermain saham:

    January anda tidak untung.

    February, Maret, April anda untung lumayan tapi lalu rugi sampai semua keuntungan habis.

    Mei, Juni, Juli anda rugi lumayan tapi lalu berhasil menutup kerugian tersebut.

    Agustus, September anda lagi-lagi untung lumayan tapi akhirnya rugi lagi sampai cuma impas.

    Oktober, November anda rugi sedikit lalu untung sedikit, tapi akhirnya cuma impas.

    Desember anda untung Rp 240 juta.

    Selama 11 bulan anda tidak pernah untung. Padalah setiap hari anda perlu uang untuk makan dan kebutuhan hidup mendasar lainnya.

    Belum lagi kalau anak sakit, mobil/motor rusak, atap rumah bocor. Semua perlu duit padahal anda tidak ada penghasilan sama sekali.

    Betapa berat beban psikologis tersebut.

    Tapi saya tekankan kembali: tidak ada yang salah kalau anda memilih nomor 1.

    Yang saya khawatirkan adalah apakah pemilih nomor 1 SANGGUP menanggung beban psikologis sedemikian berat selama berbulan-bulan dan tetap bertahan. Saya rasa MAYORITAS pemilih nomor 1 sudah keburu mengangkat bendera putih di bulan September dan beralih profesi.

    Pesan tambahan kepada pemain saham pemula:

    Kalau anda seorang pemula, jauh lebih besar kemungkinan anda RUGI KONSISTEN setiap bulan selama berbulan-bulan daripada kemungkinan anda tidak-untung-tidak-rugi.

    Nah, beban psikologis TIDAK-UNTUNG-TIDAK-RUGI dari Januari sampai dengan November sudah beban yang berat. Coba bayangkan betapa lebih berat lagi beban psikologis kalau anda RUGI Rp 20 juta SETIAP BULAN dari Januari sampai dengan November.

    Tidak heran toh kalau mayoritas pemula main saham hanya bertahan beberapa bulan saja.


    ---###$$$###---


    Lalu bagaimana dengan pilihan nomor 2 yang TIDAK DIPILIH satu orang pun: Untung sekaligus Rp 240 juta di Januari lalu tidak ada untung lagi sampai dengan Desember?

    Anda tidak tertarik?

    Bagaimana kalau saya katakan bahwa nomor 2 ini adalah pilihan saya?

    Apakah sekarang anda tertarik untuk tahu alasannya?

    Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Untung Sekaligus 240 juta atau 12 x 20 juta? Tanggapan (Bagian II)." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]






    Pos-pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Friday, July 28, 2017

    Pilih Mana: Untung Sekaligus 240juta atau 12 x 20juta?

    Misalkan anda main saham dengan modal Rp 1 milyar.

    Pilih mana:

    1. Bulan Januari sampai dengan November anda ada untung ada rugi, tapi totalnya impas tidak untung tidak rugi. Di bulan Desember anda untung Rp 240 juta. Nilai portofolio di akhir tahun itu Rp 1.240.000.000.

    2. Bulan Januari anda untung Rp 240 juta. Bulan Februari sampai dengan Desember anda ada untung ada rugi, tapi totalnya impas tidak untung tidak rugi. Nilai portofolio di akhir tahun itu Rp 1.240.000.000.

    3. Bulan Januari sampai dengan Desember setiap bulan anda untung Rp 20 juta. Nilai portofolio di akhir tahun itu Rp 1.240.000.000.


    Silahkan memilih dengan menulis komentar.

    Saya akan menulis pos tanggapan setelah ada minimum 25 pemberi komentar.

    Setelah anda membaca komentar/pilihan pembaca di bawah, silahkan lanjut baca ke pos "Pilih Mana: Untung Sekaligus 240juta atau 12 x 20 juta? Tanggapan (Bagian I)."






    Pos-pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Monday, July 17, 2017

    Trading Plan Yang Menguntungkan Dengan Indikator Moving Average

    Anda sudah kenal indikator analisa teknikal Moving Average (Rata-rata Bergerak)? Dengan bermodal indikator Moving Average saja, anda sudah bisa membuat Trading Plan yang menguntungkan.

    Mau tahu caranya?

    Scot Lowry di buku The Magic of Moving Averages memberikan trading plan sebagai berikut:

    Figure 1. Sampul Depan Buku Scot Lowry The Magic of Moving  Averages

    1. Eighteen day moving average crosses above the forty day moving average. (You are now looking for buying opportunity.)

    Moving average 18 hari menyilang ke atas moving average 40 hari. (Anda sekarang menunggu kesempatan untuk membeli.)


    2. Allow market price to drop below the eighteen day moving average, for the first time.

    Tunggu harga turun di bawah moving average 18 hari, untuk kali pertama.


    3. Place a BUY order above the eighteen day moving average.

    Masukkan order BELI bila harga naik ke atas moving average 18 hari.


    4. After confirmation of a fill from your broker, place a protective stop just below the forty day moving average.

    Setelah berhasil membeli, tentukan titik cut-loss di bawah moving average 40 hari.
     

    ---###$$$###---


    Apakah Trading Plan di atas PASTI menguntungkan?

    Tentu saja tidak.

    Seperti yang sering saya katakan, tidak ada yang ABSOLUT saat bermain saham. Tapi kalau anda melaksanakan trading plan Scot Lowry secara KONSISTEN, dalam jangka panjang kemungkinan besar anda akan untung.




    Pos -pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Monday, June 26, 2017

    Sukses Main Saham - Observasi Jack Schwager (Bagian 2)

    Pos ini adalah lanjutan dari pos "Sukses Main Saham - Observasi Jack Schwager (Bagian 1)."

    Figure 1. Sampul Depan Buku Jack D. Schwager The New Market Wizards


    11.  Discipline

    Disiplin adalah kata yang paling sering disebut oleh top trader yang di-interview Jack D. Schwager.

    Ada 2 alasan mengapa disiplin sangat penting:

    a. Disiplin adalah prasyarat untuk mengontrol resiko.
    b. Disiplin diperlukan untuk menjalankan metode anda tanpa keraguan dan tanpa tebang-pilih transaksi mana yang harus dilakukan.


    12. Understand That You Are Responsible

    Untung atau rugi, anda yang bertanggung jawab atas hasil tersebut.

    Kalaupun anda rugi karena mengikuti tips, nasehat, atau rekomendasi orang lain, yang salah adalah anda sendiri karena andalah yang memutuskan untuk mengikuti tips, nasehat, atau rekomendasi tersebut.


    13. The Need for Independence

    Anda harus berpikir sendiri. Lalu putuskan sendiri.

    Setelah anda membuat keputusan, jangan dengar pendapat orang lain. Ikuti saja trading plan yang sudah anda siapkan.

    Dengan kata lain: dengarkan saja apa kata pasar. Kalau anda untung, berarti anda benar. Kalau anda rugi, berarti anda salah (dan harus cut-loss secepat mungkin).


    14. Confidence

    Anda harus percaya diri. Tanpa kepercayaan-diri, anda akan selalu diombangambingkan pendapat orang lain.


    15. Losing is Part of the Game

    Merugi adalah bagian dari permainan.

    Kalau anda takut rugi, anda tidak akan pernah membuka posisi. Tambahan lagi, kalau anda tidak rela cut-loss ketika rugi masih kecil, kerugian tersebut kemungkinan akan membengkak. Kalaupun tidak membengkak, kemungkinan besar anda akan kehilangan kesempatan (di saham lain) yang lebih menguntungkan.


    16. Lack of Confidence and Time-Outs

    Mainlah saham hanya saat anda percaya diri dan optimis. Kalau anda sedang tidak percaya diri dan tidak optimis, sebaiknya anda STOP main saham dulu. Ketika anda mulai main saham lagi, mainlah saham dengan modal sekecil mungkin.


    17. The Urge to Seek Advice

    Kata Linda Raschke (salah satu top trader yang di-interview di buku ini): "If you ever find yourself tempted to seek out someone else's opinion on a trade, that's usually a sure sign that you should get out of your position."

    Terjemahannya: Kalau anda merasa perlu meminta pendapat orang lain tentang sebuah transaksi, itu biasanya adalah tanda nyata bahwa anda harus menutup posisi tersebut.


    18. The Virtue of Patience

    Sabar menunggu kesempatan yang tepat akan memperbesar kemungkinan sukses.

    PERHATIAN, PERHATIAN.

    Banyak pemain saham yang SALAH MENGERTI arti "sabar menunggu" ini.

    Sabar menunggu yang dimaksud BUKANLAH sabar menunggu saham yang sudah rugi untuk berbalik menjadi untung.

    Sabar menunggu yang dimaksud adalah sabar menunggu kondisi pasar di mana keuntungan mudah diraih.


    19. The Importance of Sitting

    Kesabaran bukan hanya penting saat anda menunggu kondisi yang tepat. Kesabaran juga sangat penting untuk TIDAK TERLALU CEPAT menutup posisi yang sedang memberikan untung.

    Coba anda introspeksi diri: seberapa sering setelah anda menjual saham yang sedang naik, saham tersebut naik JAUH LEBIH TINGGI lagi?

    Silahkan baca juga pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal."


    20. Developing a Low Risk Idea

    Kata pepatah: High risk, high gain; low risk, low gain.

    Resiko tinggi, keuntungan tinggi; resiko rendah, keuntugan rendah.

    Trader top dunia BERUSAHA mencari transaksi yang beresiko rendah tapi berpotensi untung tinggi.



    Lanjut baca ke pos "Sukses Trading Saham — Observasi Jack Schwager (Bagian 3)." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]






    Pos-pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]