Page List

Saturday, May 23, 2015

Karakteristik Trading Plan yang Menguntungkan, Bagian 1

John J. Murphy di buku Technical Analysis of the Financial Market menulis bahwa pada tahun 1970 Dunn & Hargitt's Financial Services membandingkan sistem trading (trading plan) dari sejumlah Commodity Trading Advisors (CTA) ternama.

Riset tersebut menyimpulkan bahwa sistem trading yang paling menguntungkan (di antara semua sistem-sistem yang dibandingkan) adalah sistem buatan Richard Donchian yang ia namakan 4 Week Rule (Aturan 4 Minggu).

Sistem trading (trading plan) 4-Week Rule bunyinya:

1. Cover short positions and buy long whenever the price exceeds the highs of the four preceding full calendar weeks.

2. Liquidate long positions and sell short whenever the price falls below the lows of the four preceding full calendar weeks.

Dalam bahasa Indonesia:

1. Tutup posisi short dan beli long ketika harga naik menembus  harga tertinggi 4 minggu penuh terakhir.

2. Tutup posisi long dan jual short ketika harga turun di bawah harga terendah 4 minggu penuh terakhir.


[Catatan: posisi long berarti memiliki komoditas/saham; posisi short berarti berhutang komoditas/saham. Jadi, jual short 100 lembar saham berarti menjual 100 lembar saham yang tidak anda miliki dengan cara meminjam dari broker. Saham pinjaman tersebut, suatu saat harus dikembalikan (ditutup) dengan cara membeli balik saham tersebut.]

Perhatikan bahwa 4 Week Rule ini adalah sistem yang berkesinambungan. Artinya, sistem ini SELALU ada posisi di market: kalau tidak long, ya short; kalau tidak short, ya long.

Sistem berkesinambungan ini ada "kelemahannya": saat harga sedang trend naik (atau turun), sistem ini akan memberikan untung yang besar; tapi saat harga sedang trendless (naik-turun dalam kisaran sempit), sistem ini akan merugi. 

(Jika anda belum tahu arti istilah trendless, silahkan baca pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless.")

Mengapa hal tersebut adalah "kelemahan"?

Karena kondisi trendless relatif lebih sering terjadi (kurang lebih 70%) dibandingkan kondisi trending naik atau turun (30%), berarti trading plan ini LEBIH SERING RUGI daripada untung.

Tapi walaupun FREKUENSI RUGI LEBIH SERING, 4 Week Rule tetap memberikan profit dan terbukti lebih menguntungkan dibandingkan sistem-sistem trading lain yang lebih rumit.

Kok bisa begitu?

Karena walaupun LEBIH SERING RUGI, ruginya relatif kecil dibanding untungnya. Dengan kata lain, walaupun lebih jarang untung, kerugian-kerugian yang lebih sering terjadi bisa ditutupi keuntungan yang jarang ini. Hebatnya, keuntungan ini masih lebih besar dibandingkan sistem trading lain.

"Wow," anda bersorak dalam hati. "Kalau gitu, saya mau deh memakai 4 Week Rule ini sebagai trading plan main saham saya."

Boleh-boleh saja. Tapi anda tidak bisa serta-merta menerapkan 4 Week Rule ini apa adanya.

Kenapa?

Trading plan 4 Week Rule ini digunakan Richard Donchian untuk trading komoditas di mana menjual short sama mudahnya dengan membeli long. Karena menjual short (hampir) tidak bisa dilakukan di bursa saham Indonesia, trading plan 4 Week Rule di atas SULIT kita terapkan di bursa kita.

Lho? Terus gimana dong?

Artinya, untuk menerapkan trading plan 4 Week Rule anda harus memodifikasi dan menyesuaikannya untuk pasar saham Indonesia.

Caranya?

Sabar dong. Nanti akan saya jelaskan.

Tapi sebelum mencoba menyesuaikan 4 Week Rule untuk trading saham Indonesia, anda harus terlebih dulu memahami karakteristik/ciri-ciri penting dari trading plan ini.

Apa saja karakteristik penting dari 4 Week Rule Richard Donchian?


1. Sederhana

Coba anda baca ulang bunyi dari 4 Week Rule dan resapi.

Sudah?

Untuk menerapkan 4 Week Rule anda tidak perlu tahu analisa fundamental.

Dengan kata lain, anda tidak perlu tahu Earnings, Earnings Per Share, Price-to-Earnings Ratio, Book Value, Price to Book Value, Assets, Liabilities, Growth Rate. Anda juga tidak perlu mempelajari laporan keuangan perusahan, tidak perlu mengikuti berita perusahaan, tidak perlu tahu apakah valuasi saham mahal atau murah.

Penerapan 4 Week Rule juga tidak perlu pengetahuan analisa teknikal.

Dengan kata lain, anda tidak perlu tahu Support/Resistance, tidak perlu tahu pola-pola grafik seperti Head-and-Shoulder, Double Top, Triple Top, Cup with Handle.

Anda juga tidak perlu tahu indikator umum seperti Moving Average, Moving Average Convergence Divergence (MACD), Relative Strength Index (RSI), Stochastics, Bollinger Bands, Parabolic SAR (Stop and Reverse), Fibonacci, Candlestick, Elliot Wave Theory, Elder Ray, Market Profile, apalagi indikator-indikator lain yang lebih rumit.

Anda bahkan tidak perlu tahu VOLUME transaksi.

(Silahkan baca pos "Analisa Volume Transaksi Saham Untuk Pemula. Perlukah?")

Jadi, apa yang perlu diketahui untuk menerapkan 4 Week Rule?

Satu-satunya hal yang perlu anda ketahui hanyalah HARGA.

HARGA dan hanya HARGA.

(Silahkan baca juga pos "Analisa Teknikal Saham untuk Pemula.")
 

2. Tidak perlu data dalam jumlah banyak

Selain membutuhkan HANYA data harga, 4 Week Rule ini tidak perlu data harga dalam jumlah banyak: data harga yang diperlukan HANYA data 4 minggu terakhir.

(Baca juga pos "Banyak Data = Pasti Untung?")


Kedua karakteristik di atas sangat penting dipahami karena banyak pemain saham—terutama pemain saham pemula dan juga menengah—yang beranggapan bahwa trading plan harus menggunakan indikator serumit mungkin dan data sebanyak mungkin.

Mereka menganggap bahwa kalau memakai 1 indikator belum bisa untung, berarti harus memakai 10 indikator; kalau memakai indikator yang sederhana belum bisa untung, berarti harus memakai indikator yang rumit.

Mereka juga menganggap bahwa kalau memakai data harga 1 bulan terakhir belum bisa untung, berarti harus memakai data 1oo tahun terakhir; kalau memakai hanya data harga belum bisa untung, berarti harus menambah data volume.

Intinya: banyak pemain saham beranggapan bahwa semakin rumit suatu trading plan berarti semakin bagus dan semakin menguntungkan.

Nah, trading plan 4 Week Rule ini membuktikan sebaliknya: trading plan yang sederhana ini justru lebih menguntungkan dibandingkan trading plan yang lebih rumit.

Jadi kalau trading plan anda rumit tapi hasilnya tidak memuaskan, saatnya anda meninjau ulang trading plan tersebut.

INGAT: rumit tidak identik dengan untung.


Sekarang anda sudah tahu 2 ciri-ciri penting dari 4 Week Rule. Apakah masih ada karakteristik/ciri-ciri penting lainnya dari 4 Week Rule ini? Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Karakteristik Trading Plan Yang Menguntungkan, Bagian 2."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    13 comments:

    1. Kurang ngerti ane gan Hahaha, nanti ane baca-baca lagi ya. inget mampir ke blog ane ya

      ReplyDelete
    2. Dear Mas Iyan..

      menarik nih..yang perlu dicermati harga apa ya (dari OHLC) mungkin bisa disertai contoh mas..misal :

      saham ABCD
      harga minggu 1
      harga minggu 2
      harga minggu 3
      harga minggu 4

      terima kasih

      ReplyDelete
      Replies
      1. Dear Mas Herlambang,

        Inti Trading Plan 4 Week Rule Richard Donchian adalah seperti yang saya kutip di atas. Penafsirannya harus dilakukan sendiri-sendiri.

        Intinya, kita hanya memperhatikan HIGH dari 4 minggu terakhir dan LOW dari 4 minggu terakhir.

        Ketika harga NAIK LEBIH TINGGI daripada HARGA TERTINGGI 4 minggu terakhir ini, Richard Donchian akan beli. Kalau harga TURUN LEBIH RENDAH daripada HARGA TERENDAH 4 minggu terakhir ini, Richard Donchian akan jual.

        Saya akan berencana akan membahas CONTOH modifikasi 4 Week Rule untuk saham Indonesia. Mohon bersabar.

        Delete
    3. Selamat siang Pak Iyan,

      Mengutip penjelasan dari Pak Iyan,

      "Intinya, kita hanya memperhatikan HIGH dari 4 minggu terakhir dan low dari 4 minggu terakhir.

      Ketika harga NAIK LEBIH TINGGI daripada HARGA TERTINGGI 4 minggu terakhir....dst....."

      Dengan kata lain, kita membandingkan harga CLOSE hari ini dengan HIGH tertinggi 4 minggu ke belakang. Apakah bisa disimpulkan seperti itu pak Iyan?

      Terima kasih.

      --
      Salam,
      Zulfikar Lubis

      ReplyDelete
      Replies
      1. Bung Zulfikar,

        Kesimpulan anda sudah sama dengan pemikiran saya. Saya rasa seperti itulah yang dimaksud Richard Donchian

        Delete
    4. Pak Iyan, strategi ini mirip dengan strategi Darvas ya? Artinya bisa dimodifikasi menjadi 1-week high :)

      Thanks pak Iyan, blog yang sungguh bermutu

      ReplyDelete
      Replies
      1. Mas Ryo, terima kasih untuk pertanyaan dan komentarnya.

        Setahu saya strategi Darvas adalah Box (Support & Resistance) dan Darvas tidak menentukan jangka waktu penentuan Support & Resistance tersebut.

        Atau mungkin saya salah mengerti maksud anda?

        Delete
    5. Pak Iyan, blog sungguh membantu saya dalam menyiapkan trading plan. Saya tunggu kelanjutan "Karakteristik Trading Plan yang Menguntungkan bagian 2" :D intinya beli saat menyentuh high tertinggi 4 minggu untuk sementara ini dan jual saat low terendah 4 minggu...thank

      ReplyDelete
      Replies
      1. Mas Jauhari, terima kasih untuk komentarnya.

        Betul, inti trading plan Richard Donchian adalah membeli ketika harga naik di ATAS Highest High 4 minggu terakhir dan jual saat harga turun di BAWAH Lowest Low 4 minggu terakhir.

        Delete
    6. Untuk lebih mudahnya pakai aja candle stick dengan time frame weekly,benar bang Iyan...?

      ReplyDelete
      Replies
      1. 4 Week Rule hanya memperhatikan High dan Low selama 4 Week (4 minggu).

        Bisa saja anda memakai candlestick weekly. Yang penting adalah High dan Low dalam rentang 4 minggu.

        Delete
    7. dear pak iyan,
      terima kasih telah berbagi ilmunya,
      saya masih kepikiran mengenai 4 week rule ini.
      saya mau kasih contoh data TLKM 10/04/2019 sampai 10/05/2019. high di 3,950 low di 3,720 dalam bingkai waktu 4 week terakhir itu, jadi kita mesti beli disaat misal di 4,000 lalu jual di 3,700, apakah itu tidak terbalik pak? atau saya yang masih gagal paham dengan penjelasan dari pak iyam, mohon jawabannya bagaimana pak, terima kasih.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Memakai contoh data TLKM dalam menerapkan 4 Week Rule berarti anda beli ketika harga > 3950 dan sell short ketika harga < 3700.

        Tapi untuk contoh kasus TLKM ini, kemungkinan hasilnya akan rugi.

        Mengapa?

        Karena 4-Week High di 3950 dan 4-Week Low di 3720 rentangnya mengindikasikan bahwa saat itu TLKM sedang TRENDLESS.

        Seperti yang saya tulis di pos di atas, kalau saham TRENDLESS sulit untung dengan 4 Week Rule.

        Delete

    Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.