Page List

Saturday, February 12, 2011

Beli IPO Garuda di Book-Building, Rugi Besar

Saya selalu menganjurkan pemain saham, terutama pemula, untuk tidak memesan saham IPO saat book-building. Yang saya anjurkan adalah untuk ikut pooling IPO saham yang jatah book-buildingnya kurang dari 5%. Untuk jelasnya, silahkan baca pos “Cara Main Saham IPO untuk Pemula.”

Kalau anda mengikuti anjuran ini, anda tidak akan memesan saham Garuda Indonesia (GIAA)—baik pada saat book-building dan saat pooling—dan tidak stress melihat GIAA turun 20% pada menit-menit pertama tranksaksi di Bursa Efek Indonesia.

Mari kita telaah data IPO GIAA berikut:

Rentang Harga Book-building: Rp 750 - 1100
Harga Penawaran Umum: Rp 750
Jatah book-building: sekitar 50%
Jatah pooling: ?
Tanggal listing: 11 Februari 2011
Harga pada hari pertama: Tertinggi (Hi) 700, terendah (Lo) 580

Harga tertinggi GIAA Rp 700 hanya terjadi dalam beberapa detik awal pembukaan. Setelah itu, GIAA terjun bebas ke 580. Misalkan anda menjual di 600, kerugian dari penurunan harga adalah:

(750 - 600)/750 = 20%

Total rugi = 50% (jatah book-building) x 20%(penurunan harga) = 10%

Dalam hitungan menit, modal anda lenyap 10%.

Penurunan harga ini sudah bisa diterka sejak awal proses IPO karena pemesan book-building GIAA mendapat jatah 50%. Kalau GIAA ramai peminat, pemesan tidak akan mendapat jatah sebanyak ini.

Masalah bertambah besar ketika banyak pemesan tidak membayar pesanannya. Mengapa ini terjadi?

Saya menduga banyak investor yang membandingkan GIAA dengan Krakatau Steel (KRAS). Saat book-building KRAS, investor mendapat  jatah hampir 0%; jadi saat book-building GIAA banyak investor yang memesan jumlah besar, jauh lebih besar dari kemampuan mereka membayar.

Mengapa nekat memesan padahal duitnya tidak cukup? Investor-investor ini berasumsi mereka akan mendapat jatah kecil seperti saat book-building KRAS. Sayangnya perkiraan mereka meleset total dan GIAA memberi jatah 50%an. Karena jatah lebih besar dari kesanggupan bayar, banyak investor yang tidak membayar.

Kalau anda termasuk pemesan book-building yang tidak membayar, anda mungkin lega karena tidak menderita rugi. Tapi yang anda lakukan itu salah: anda seharusnya membayar apa yang mereka pesan. Bayangkan kalau anda adalah penjual nasi goreng tek-tek dan saya memesan sepiring. Ketika anda sedang menggoreng nasi, saya membatalkan pesanan. Apakah anda akan:

     A. Menerima pembatalan dengan legowo
     B. Marah dan memaksa saya untuk membayar
     C. Marah, tidak memaksa membayar tapi tidak akan melayani saya lagi di kemudian hari kalau tidak membayar di muka.


Ingat: kalau anda tidak memesan saham IPO saat book-building, anda tidak akan terseret melanggar etika memesan tapi tidak mau bayar.

Karena banyak pemesan book-building GIAA yang tidak mau bayar, penjamin emisi dan perusahaan sekuritas di masa mendatang sangat mungkin hanya akan menerima pesanan yang disertai pembayaran penuh.

Siapa yang menelan kerugian karena investor yang tidak bayar ini?

Jawaban: perusahaan sekuritas tempat mereka memesan. Kalau mereka memesan langsung ke penjamin emisi (underwriter), underwriter yang menanggung rugi. Kalau mereka memesan lewat perusahaan sekuritas, sekuritas tersebut yang kena getahnya karena underwriter akan memaksanya membayar sesuai pesanan.

No comments:

Post a Comment

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.