Page List

Thursday, February 16, 2017

Beli Saham Naik Yang Mana?

Silahkan lihat Chart 1 dan 2 di bawah ini.

Chart 1

Chart 2

Pada Chart 1 harga saham naik dari sebelumnya bergerak turun/downtrend. Pada Chart 2 harga saham naik dari sebelumnya bergerak horizontal/sideway.

Kalau harus memilih antara membeli saham seperti di Chart 1 atau saham seperti di Chart 2, anda pilih yang mana? Dengan kata lain, menurut anda mana yang lebih Bullish, Chart 1 atau Chart 2?

(Kalau anda belum tahu arti Bullish, silahkan baca pos "Arti 'Bullish' dan 'Bearish' di Bursa Saham." Silahkan baca juga pos )

Coba anda pikirkan dulu beberapa menit.






Sudah?

Nah, menurut Stan Weinstein di buku Secrets for Profiting in Bull and Bear Markets, yang lebih Bullish adalah Chart 2.

(Untuk memudahkan diskusi, kata "Bullish" di pos ini kira-kira artinya adalah "kuat naiknya.")

Chart 3 (Source:Stan Weinstein's Secrets for Profiting in Bull and Bear Markets, page 17)

Chart 4 (Source: Stan Weinstein's Secrets for Profiting in Bull and Bear Markets, page 17)

 
Saya kutip pernyataan Stan Weinstein:

". . . the steeper the angle of descent of a declining trendline (Chart 3), the less bullish its implications are when it's overcome. . . However, the closer to horizontal the trendline is when it's broken on the upside (Chart 4), the more bullish the implications are."

Terjemahannya kira-kira begini:

Semakin curam derajat penurunan garis tren yang sedang turun, semakin tidak bullish implikasinya ketika garis trend tersebut ditembus. Akan tetapi, semakin mendekati horisontal garis tren ketika ditembus ke atas, semakin bullish implikasinya.

Apa artinya?

Artinya, kalau anda harus memilih antara saham naik yang sebelumnya bergerak turun dan saham naik yang sebelumnya bergerak mendatar, sebaiknya pilih saham naik yang sebelumnya bergerak (relatif) mendatar.

Mengapa?

Karena saham yang sebelumnya bergerak mendatar, kalau naik—biasanya—akan naik lebih kencang daripada saham yang sebelumnya bergerak turun.

Kok bisa begitu?

Mau tahu apa sebabnya saham yang sebelumnya bergerak mendatar kalau naik—biasanya—akan naik lebih kencang daripada saham yang sebelumnya bergerak turun? Silahkan lanjut baca ke pos "Beli Saham Naik Yang Mana? Bagian 2." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]

Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

13 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Pak iyan salam kenal,,
    Dari jan 15 saya menyukai blok ini.dan dari blok ini saya belajar trading ...awal nya saya rugi 50%. Betul sekali pak.. bulan nov 16 saya sudah beli bwpt 194 besok nya naik ke 198 saya tahan tapi hari ke 5 turun ke 192 saya tahan tapi hari ke muncul new low 190 lalu saya cutloss takut lebih dalam lagi.trauma karena bulan agustus pernah rugi beli 298 jual 202 . Tapi setelah saya cutloss bwpt malah naik ke 210 .sy pikir ini naik palsu jd saya gak brani beli lagi.hingga sekarang bwpt sudah 3xx. Saya tambah gak berani beli.dalam hati seandainya artikel pak iyan ini sudah pernah kubaca sebelum nya pasti aku masuk lagi di 210 ... trimakasih artikel bapak iyan sekarang aaya tambah ilmu trading.
    Pak saya mau tanya jika saya menemukan emitten seperti chart nomor 2 bagaimana saya mengeksekusi nya agar saya berani masuk apakah dari vulume,atau value ataukah dari foreign buy . Treimakasih Gbu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari pandangan Analisa Teknikal, kalau harga menembus RESISTANCE tertentu, berarti sinyal beli.

      Tapi TIDAK ADA JAMINAN bahwa kalau menembus Resistance berarti harga saham PASTI naik.

      Artinya, kalau pergerakan harga TIDAK SESUAI dengan harapan, anda HARUS SIAP CUT-LOSS>

      Delete
  3. Nice artikel bapak memberikan insight yang baru buat saya, selama ini saya berpikiran jika makin terjal turunannnya makin tajam pantulannya, ternyata justru yang sideways yang bakal bullish ya...

    ReplyDelete
  4. Memang sih, semakin terjal turunnya, semakin besar kemungkinan akan mantul. Tapi rasanya kurang tepat anggapan bahwa makin terjal turunnya berarti makin tajam pantulannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Iyan salam kenal

      Terima kasih atas tulisan Bapak yang sangat banyak memberikan pelajaran bagi kami. Tetap semangat, Pak untuk memberi manfaat bagi banyak orang

      Sedikit ingin menanggapi, Pak tulisan Bapak yang ini. Jika dikaitkan dengan prinsip momentum, bukankah justru berlaku bahwa makin terjal turunnya, maka makin tajam pula pantulannya jika dibandingkan yang sebelumnya cenderung mendatar?

      Maaf kalau argumen saya kurang tepat, Pak. Terima kasih :)

      Delete
    2. Jonathan,

      Memang kalau turunnya SANGAT TERJAL dan dalam waktu yang SANGAT SINGKAT, kemungkinan, pantulannya juga lumayan. Tapi pantulan ini biasanya tidak sampai 50% dari TURUNnya. Paling cuma 10-20%, lalu berangsur turun lagi.

      Dan MASALAH PALING BESAR adalah anda tidak tahu di harga berapa harga akan mantul.

      Artinya, kalau saham turun dari 1000 ke harga 700 dalam waktu singkat, dan anda sudah beli di 900, 850, 800, lalu harga saham mantul ke 760 (mantul 20% dari turun Rp 300), anda masih rugi toh.

      Kalau anda beli di 700 dan lalu langsung mantul, anda untung. Tapi berapa besar kemungkinan ini selalu terjadi?

      Delete
  5. Artikel yg sangat bermanfaat. Ditunggu kelanjutannya Pak. GBU

    ReplyDelete
  6. Dear Mas Iyan....
    Sungguh ilmu yg sangat membantu bagi sy, terutama dlm menentukan posisi BUY, semoga kebaikan anda mendapat balas yg melimpah dari Allah SWT.
    Menurut anda mana yg lebih bullish kuat,
    -Saham yg baru membentuk break out (chart 4)
    -Atau saham yg UPTREND dan berturut turut membentuk NEW HIGH
    Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Mas Abi,

      Menurut saya (belum tentu benar, lho) yang lebih Bullish adalah saham yang UPTREND yang berturut-turut membentuk NEW HIGH.

      Masalahnya dengan saham yang sudah lama BULLISH seperti ini adalah tidak ada yang tahu kapan BULLISH-nya akan berakhir. Artinya, semakin kencang naiknya suatu saham, semakin BULLISH. Tapi resiko juga semakin besar.

      Artinya juga, membeli saham yang baru break-out berarti resikonya (relatif) lebih kecil daripada membeli saham yang sudah naik terus-menerus dalam jangka waktu (relatif) lama.

      Delete
  7. Pak iyan aku mau nanya kalo pak iyan trading apakah juga melihat faktor regional dalam pengambilan keputusan???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indeks regional TIDAK termasuk faktor untuk mengambil keputusan.

      Semua keputusan hanya tergantung TRADING PLAN yang sudah dibuat.

      Delete
  8. Mungkin jawaban pertanyaan bung iyan, saham yang sideway berhari hari bahkan berbulan bulan adalah salah satu strategi bandar, untuk melakukan akumulasi saham secara perlahan lahan, atau strategi untuk mengusir investor ritel yang tidak sabaran sehingga melakukan cut loss, lalu setelah memiliki cukup barang baru dikerek naik setinggi tingginya...
    Ditunggu lanjutan artikel menarik ini ya bung iyan..

    ReplyDelete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.