Page List

Wednesday, September 2, 2015

Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian II)

Pos ini adalah lanjutan dari pos "Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian I)."

Di pos "Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian I)" anda sudah tahu bahwa ketika terjadi Gap Up atau Gap Down, rentang harga High/Low tidak mencerminkan rentang sesungguhnya (True Range).

Apa ada solusinya?

Tentu saja. 

Solusi yang diberikan J. Welles Wilder adalah sebagai berikut:


a. Saat Tidak Gap Down/Gap Up

Saat tidak terjadi Gap Down/Gap Up, True Range adalah sama dengan Range yaitu High dikurangi Low.

True Range = Range = High - Low.

Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Figure 1 di bawah ini.

Figure 1. True Range Saat Tidak Ada Gap Up/Gap Down


b. Saat Terjadi Gap Up

Saat terjadi Gap Up, True Range adalah High hari itu dikurangi Previous Close.

True Range = High - Previous Close.

Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Figure 2.

Figure 2. True Range Saat Terjadi Gap Up


c. Saat Terjadi Gap Down

Saat terjadi Gap Down, True Range adalah Previous Close dikurangi Low hari tersebut.

True Range = Previous Close - Low.

Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Figure 3.

Figure 3. True Range Saat Terjadi Gap Down


2. Rumus Cara Menghitung Average True Range

Berdasarkan solusi J. Welles Wilder di atas, rumus untuk mendapatkan nilai True Range adalah:

True Range = max[(High - Low), abs(High - Prev Close), abs(Prev Close - Low)]

Kalau saya jabarkan dalam kata-kata: True Range adalah nilai maximum (terbesar) dari nilai (High - Low), nilai abs(High - Prev Close), nilai abs (Prev Close - Low).

[Perhatikan bahwa fungsi abs (absolut, bukan asal bapak senang) adalah menjadikan (High - Prev Close) dan (Prev Close - Low) selalu bernilai positif. Ingat: yang ingin didapatkan di sini adalah RENTANG harga. Jadi, kita tidak mempermasalahkan apakah harga naik (positif) atau turun (negatif).]

Perhatikan juga bahwa dengan rumus di atas, anda TIDAK PERLU tahu apakah terjadi Gap Up/Gap Down atau tidak.

Mengapa?

Karena kalau terjadi Gap Up, secara otomatis rumus akan memilih nilai abs(High - Prev Close) karena nilai tersebut adalah yang terbesar. Kalau terjadi Gap Down, secara otomatis rumus akan memilih nilai abs(Prev Close - Low) karena nilai tersebut adalah yang terbesar. Kalau tidak terjadi Gap Up/Gap Down, secara otomatis rumus akan memilih nilai (High - Low) karena nilai tersebut adalah yang terbesar.

Keren, kan?

Lalu bagaimana cara mendapatkan Average True Range (ATR)?

Average True Range adalah RATA-RATA dari sejumlah True Range.

Average True Range = (TR1 + TR2 + TR3 ... + TRn)/n

Jadi kalau anda ingin menghitung rata-rata dari 10 True Range, jumlahkan ke 10 True Range tersebut lalu dibagi 10.

Nilai default n untuk Average True Range adalah n = 14.

----#$#----

Nah, sekarang anda sudah tahu cara menghitung Average True Range. Lalu, Average True Range ini termasuk analisa teknikal jenis apa: trend-following atau oscillator? Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke "Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian III)." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

10 comments:

  1. Salam bung Iyan,

    saya baru selesai baca indikator average true range ini, namun masih bingung menghubungkannya dengan posisi buy atau sell.. Mohon penjelasannya pak. Terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cara memakai Average True Range akan saya bahas di lanjutan pos ini. Mohon bersabar.

      Delete
  2. Halo bung Iyan,

    Dari artikel ini dan artikel lain yang saya baca, ATR digunakan untuk menentukan titik stop loss, umumnya 2x nilai ATR. Yang ingin saya tanyakan:
    1. Semisal stop loss dengan ATR sebesar -20% harga beli, apakah target harga yg kita tetapkan paling tidak 40% agar perbandingan resiko dan target harganya menjadi layak? Bagaimana bila 40% tersebut ternyata melebihi garis resistance-nya?
    2. Nilai ATR berubah setiap hari, apabila nilai atr turun apakah sebaiknya kita juga menaikkan stop loss?

    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya tidak memakai indikator Average True Range untuk menentukan titik cut-loss. Tapi saya akan coba jawab pertanyaan anda.

      1. Tergantung. Tapi, kalau menurut anda target harga (misalkan) 40% dari harga beli melebihi titik Resistance, ada baiknya anda pertimbangkan menjual sebagian di Resistance.

      2. Secara umum, kalau volatilitas turun, sebaiknya titik cut-loss juga dinaikkan. TAPI, saya tidak menganjurkan menentukan titik cut-loss HANYA berdasarkan ATR.

      Delete
  3. Bung Iyan, apakah ATR bisa digunakan untuk memperkirakan range harga pada waktu depan, misalnya bulan depan. Sehingga kita bisa mengetahui bahwa posisi harga saat ini masih bisa gain sekian persen dari range atas atr pada bulan depan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ATR berfungsi untuk memberi info apakah Range harga normal atau tidak normal.

      ATR tidak berfungsi memberikan perkiraan Range harga di masa depan.

      Delete
    2. Ooo, Terima kasih Bung Iyan.
      Apakah suatu harga saat ini bisa disebut tidak normal, apabila standar deviasi ATR saat ini berada "jauh" diatas rata rata standar deviasi ATR pada suatu rentang waktu tertentu?

      Delete
    3. ATR = AVERAGE True Range.

      Artinya, nilai ATR adalah rata-rata (average) dari nilai True Range selama beberapa periode.

      Jadi kalau Range harga High-Low hari ini LEBIH BESAR/KECIL dari ATR, berarti Range harga hari ini TIDAK NORMAL kalau dibandingkan dengan ATR.

      Rasa-rasanya sih tidak perlu ditambah pusing dengan "standar deviasi."

      Delete
    4. Oo, iya, saya lupa, terima kasih bang.

      Delete

Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.