Page List

Wednesday, October 14, 2015

Fondasi Psikologi Trading/Main Saham

Kalau anda ingin belajar tentang psikologi main saham, saya anjurkan anda untuk membaca buku Trading in the Zone karya Mark Douglas.

Figure 1. Sampul Buku Mark Douglas "Trading in the Zone"

Setelah membaca dan memahami materi buku tersebut, saya lebih disiplin dalam bermain saham. Pada saat yang bersamaan, tingkat stress saya juga berkurang.

[Catatan: materi Trading in the Zone BUKAN sesuatu yang mudah dimengerti. Saya baru mulai mengerti penjelasan Mark Douglas setelah mengulang membaca buku tersebut beberapa kali.]

Salah satu poin terpenting buku tersebut adalah bahwa "a probalistic mind-set pertaining to trading consists of five fundamental truths." (dalam bahasa Indonesia bunyinya kira-kira begini: "pandangan probabilistik mengenai trading terdiri dari lima kebenaran fundamental.")

Saking pentingnya "lima kebenaran fundamental," saya menulis hal tersebut di secarik kartu dan membacanya SETIAP PAGI sebelum saya mulai trading saham.

Lima kebenaran fundamental tersebut adalah:

1. Anything can happen. Apapun bisa terjadi.

2. You don't need to know what is going to happen next in order to make money. Anda tidak perlu tahu apa yang akan terjadi berikutnya agar bisa mendapat untung.

3. There is a random distribution between wins and losses for any given set of variables that define an edge. Terdapat distribusi acak antara kemenangan dan kekalahan untuk semua kumpulan variabel yang membentuk suatu keunggulan.

4. An edge is nothing more than an indication of a higher probabilites of one thing happening over another. Suatu keunggulan tidaklah lebih dari suatu indikasi bahwa satu hal lebih besar berkemungkinan terjadi daripada hal lain.

5. Every moment in the market is unique. Setiap momen di pasar adalah unik.

Figure 2. Kartu Five Fundamental Truths to Probabilistic Mind-Set

Kalau anda ingin memahami psikologi main saham, baca buku Mark Douglas Trading in the Zone.






Pos-pos yang berhubungan:

[Pos ini ©2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, October 3, 2015

Pilih Mana: Beli Saham Yang Lagi Naik atau Lagi Turun?

Di bulan Agustus 2015 saya men-survey pembaca blog ini dengan pertanyaan berikut:

Pilih Mana:

1. Beli saham yang lagi naik.
2. Beli saham yang lagi turun.
3. Beli saham yang tidak-naik-tidak-turun.

Total 161 suara masuk (terima kasih untuk semua yang meluangkan waktu memilih) dengan hasil sebagai berikut:

42% (68 suara) memilih beli saham yang lagi naik
53% (85 suara) memilih beli saham yang lagi turun
5% (8 suara) memilih beli saham yang tidak-naik-tidak-turun


Terus terang, saya sedikit terkejut dengan hasil ini.

Sebelum melakukan survey, saya berasumsi bahwa mayoritas mutlak (75% atau lebih) pemain saham lebih suka membeli saham yang lagi turun.

Mengapa saya berasumsi begitu?

Karena selama ini, HAMPIR SEMUA pembaca blog yang bertanya dan mayoritas orang yang saya kenal lebih tertarik membeli saham yang lagi turun. (Ini mungkin karena manusia pada umumnya mengidentikkan harga turun sebagai "murah.")

Tapi rupa-rupanya asumsi saya salah.

Ternyata banyak juga orang yang tidak takut membeli saham yang lagi naik.

Ternyata juga, (relatif) banyak juga orang yang memilih saham yang tidak-naik-tidak-turun. (Asumsi saya: hanya 1%atau kurang— yang memilih saham tidak-naik-tidak-turun.)

Nah, sampai di sini mungkin ada beberapa pembaca yang bertanya,"Jadi, sebenarnya mana yang benar: beli saham yang naik, yang turun, atau yang tidak-naik-tidak-turun?"

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya saya beritahukan pilihan saya.

Saat baru mulai main saham dan belajar analisa fundamental, saya lebih suka membeli saham yang sedang turun yang saya anggap murah. Hasilnya: rugi besar.

Kemudian saya beralih mendalami analisa teknikal dan mencoba membeli saham yang sedang naik. Hasilnya: jauh lebih baik daripada membeli saham yang lagi turun.

Jadi sekarang ini—setelah mencoba kedua pilihan tersebut—saya memilih membeli saham yang lagi naik.

Sekarang kembali ke pertanyaan "Jadi, sebenarnya mana yang benar: beli saham yang naik, yang turun, atau yang tidak-naik-tidak-turun?"

Jawaban saya:

Membeli saham yang lagi naik tidak salah.

Membeli saham yang lagi turun juga tidak salah.

Membeli saham yang tidak-naik-tidak-turun juga sah-sah saja.

Lho? Kok tidak ada yang salah?

Iya. Karena hal di atas adalah tentang pilihan. Dan setiap orang punya preferensi masing-masing.

Kalau anda suka masakan pedas, teman anda suka masakan manis, sedangkan saya suka masakan masam, kita bertiga tidak salah. Demikian juga dengan saham: ada yang suka membeli saham yang lagi naik, ada yang suka membeli saham yang lagi turun, ada yang suka membeli saham yang tidak bergerak. Dan semuanya tidak salah.

Jadi, maksud bung Iyan ketiga-tiganya baik?

Nah, tidak salah tidak serta-merta berarti baik.

Mengapa?

Karena ada kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang lagi naik. Ada juga kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang lagi turun. Dan—boleh percaya boleh tidak—ada juga kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang tidak-naik-tidak-turun.

Apa artinya?

Artinya setelah anda tahu pilihan andabeli saham yang lagi naik, beli saham yang lagi turun, atau beli saham yang tidak-naik-tidak-turun—anda sebaiknya membeli saham hanya pada kondisi dan saat yang sesuai.

Jadi, PR (pekerjaan rumah) anda adalah untuk menyelidiki dan mencari tahu kondisi dan saat yang sesuai dengan pilihan anda.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]